Mohon tunggu...
ROBET RIANTO NAIBAHO
ROBET RIANTO NAIBAHO Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

lucky

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Resensi Buku Tanoto "Oase Pendidikan di Indonesia"

25 Juli 2014   01:43 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:18 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul: OASE PENDIDIKAN DI INDONESIA

Pengarang: Tim Penulis Mitra Forum Pelita Pendidikan

Penerbit: cetakan pertama 2014

Tebal halaman: 260 halaman + iv

Ukuran buku: 23 cm x 15 cm

ISBN: 978-979-013-204-7

Editor dan Penyelaras Akhir: Bambang Wisudo dan Lisa Esti Puji Hartanti


  • Tema


Sekelumit kehidupan tentang Sanggar Anak Alam. Di sana diceritakan tentang kehidupan anak yang sesungguhnya baik dalam suka maupun duka. Kisah ini merujuk kepada filosofi bapak Sukato Tanoto: “The moment you stop learning, you brain becomes cancerous, continue to improve, continue to learn-never stop learning”. Dalam hal ini tersirat pelajaran penting kehidupan yaitu bahwa untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan lebih bermakna, kita tidak boleh untuk berhenti belajar, kita harus terus meningkatkan kemampuan kita dalam bentuk apapun itu dan tidak hanya di ruangan belajar secara kognitif, tetapi sisi afektif dan psikomotorik juga harus bisa dikembangkan.


  • Pembukaan

Di dalam kehidupan seperti sekarang ini sangat dibutuhkan yang namanya kejujuran, tanggung jawab serta kepedulian terhadap sesama umat manusia. Ketiga nilai tersebut dapat kita lihat dari kehidupan yang dialami oleh siswa Sanggar Anak Alam (Salam). Salam adalah manifestasi dari perjuangan untuk meningkatkan kualitas anak yang terbelakang secara ekonomi untuk terus berjuang meningkatkan kualitas hidupnya kelak. Ada nilai positif yang bisa diperoleh dari cerita buku ini bahwa anak bisa didayagunakan dalam hal pengembangan pribadi mereka untuk masa depan mereka yang lebih cerah pada saatnya nanti seperti pepatah “semua indah pada waktunya”.


  • Isi

Pada Bagian Pertama : Pembelajaran yang Memerdekakan

Nilai dari pembelajaran yang memerdekakan dapat kita lihat ketika ada gentong yang pecah di kamar mandi sekolah, dan celengan yang hilang. Kita membicarakan dulu tentang gentong yang pecah. Dari cerita yang dialami oleh siswa Salam sebenarnya tidak jauh beda dengan siswa pada umumnya yang memiliki keinginan dan harapan untuk terus bermain-main dengan kehidupan mereka masing-masing. Perilaku main-main tersebut tidak melihat waktu dan tempat selagi bisa untuk dilakukan,termasuk mandi di kamar mandi. Mereka biasanya mandi di kamar mandi rame-rame dan sering lupa waktu karena keasyikan bermain di kamar mandi sampai kawan-kawannya yang sedang ngantri terlupakan. Suasananya pun selalu riuh, sampai diketok-ketok dari luar untuk mengingatkan bahwa masih benyak kawannya yang ngantri di luar. Hingga suatu saat terjadilah suatu hal yang menggemparkan mereka yaitu gentong yang mereka pakai untuk mandi ternyata pecah, setelah usut punya usut Ken lah pelakunya karena pada saat mandi, Ken masuk ke dalam gentong yang mengakibatkan gentong tersebut pecah. Ken pun mengakui bahwa dia lah yang menyebabkan gentong tersebut menjadi pecah sehingga anak yang lainnya menyalahkan Ken. Untuk melindungi diri, Ken juga mengatakan bahwa ada kawan-kawan lainnya yang juga pernah masuk ke gentong. Di bagian ini saya melihat bahwa penulis sangat mendalami peristiwa sesungguhnya dan keadaan psikologis dari anak tersebut.

Pada bagian ini ada hal yang menarik dapat untuk dipelajari yaitu kita bisa melihat secara nyata bagaimana anak daapt bersikap jujur, bersolider, bertanggung jawab dan tidak menyalahkan orang lain. Hal ini bisa dikatakan sebagai salah satu pembangunan mental pada anak-anak disamping mereka mendapatkan materi secara kognitif. Dalam cerita tersebut pembaca sangat terkesan pada alur ceritanya di mana siswa merasakan kehilangan, sedih, dan menangis, tetapi guru memberika suatu penyelesaian yang menyemangati mereka untuk bekerja dan bertindak dengan baik dan bijaksana.

Sanggar anak Alam (Salam) merupakan perenungan panjang yang dimulai pada tahun 2000. Salam diharapkan bisa menjadi oase di tengah padang pasir, di mana anak diberikan ruang khusus untuk mengembangkan potensi yang terdapat di dalam dirinya sendiri. Dengan segala resiko, salam memilih mendesain kurikulum sendiri dengan menggunakan perspektif pangan, kesehatan, lingkungan hidup, dan sosial budaya. Hari demi hari para guru mempunyai tantangan dalam menghadapi anak yang beraneka ragam. Dalam tulisan ini ada hal yang perlu dipelajari yaitu pembelajaran dilakukan secara bersama. Belajar bersama membuat mereka tidak kelelahan dan dalam kebersamaan itu, harus ada totalitas.

Hal lainnya yang dipelajari pada anak di Sanggar Anak Alam adalah bagaimana pada saat makan siang, anak diajari bagaimana menjadi anak yang religius, ilmiah sampai sikap dan perilaku mereka. Belajar bersama anak tidak membuat guru menjadi bosan. Rencana proses pembelajaran selalu dibuat sedemikian detail, mulai dari introduksi, metode penyampaian, teknik penyampaian sampai kepada evaluasi. Menurut pendapat tim penulis Mitra Forum Usaha Pendidikan, pemerintah belum percaya akan proses yang dilakukan di Salam. Legalitas yang diberikan pemerintah kepada Salam adalah legalitas sebagai sekolah nonformal. Ironisnya, Salam oleh masyarakat justeru dijadikan tujuan studi banding sekolah-sekolah.

Pada Bagian Kedua : Anak dan Komunitas Belajarnya

Pada bagian ini kita melihat bahwa memang sebagian besar siswa dari Salam adalah siswa yang orangtuanya miskin seperti ayah Rizki yaitu seseorang pemungut sampah. Kedua orangtua Rizki sangat kurus, dan sering sakit-sakitan. Hal ini adalah hal yang biasa pada sekolah nonformal Salam. Di sekolah ini ada diajarkan kepada siswa yaitu pembuatan jepit rambut yang sesuai dengan kurikulum pendidikan kecakapan hidup. Sering sekali siswa terlambat ke sekolah. Secara disiplin pendidikan ini bukanlah hal yang baik untuk siswa karena terlambat itu menyatakan atau mengisyaratkan bahwa siswa tersebut tidak disiplin. Untuk mengantisipasi hal tersebut terbesit di dalam pikiran bahwa bisa menghasilkan uang dari suatu hal yang konstruktif dan edukatif untuk menghasilkan kreatifitas siswa tentunya yaitu pembuatan jepit rambut. Pembuatan jepit rambut adalah bagian dari pendidikan kecakapan hidup yang terdapat di dalam kurikulum. Kegiatan ini sanagt baik untuk meningkatkan kreatifitas belajar siswa. Ada beberapa strategi khusus yang digunakan dalam pembuatan jepit rambut tersebut. Siswa –siswa yang diikutsertakan dalam pembuatan jepit rambut tersebut adalah Siswa SMP Negeri 2 Pangedangan. Membuat jepit rambut tersebut kelihatannya mudah, tetapi memerlukan ketekunan dan ketelitian, seperti Bapak Sukanto Tanoto beserta Ibu yang berjuang keras untuk menafkahi kehidupan dan terus belajar secara autodidak dan terus belajar tanpa bosan untuk mencapai kesuksesan hidup mereka.

Di sini ada namanya pembagian tugas bagi para siswa dalam hal taraf ketelitian dan kesabaran yang mereka miliki. Di dalam buku ini juga dibicarakan/perbincangkan tentang beasiswa yang diperoleh oleh siswa menurut skala prioritas tertentu, prioritas pertama adalah siswa yang berprestasi tetapi dalam kondisi ekonomiorangtuanya yang benar-benar kurang mampu.

Pada Bagian Ketiga

Membangun Profesionalisme Guru

Pada bagian ini dibicarakan tentang sertifikasi guru, di mana guru berhak mendapatkan sertifikat sertifikasi yang profesional. Sertifikat ini sebagai penghargaan kepada guru atas kinerja mereka untuk membangun anak bangsa. Ginanjar Hambali menyatakan bahwa Sertifikasi Guru atau yang sring kita sebut sebagai Setgur Bukanlah sebuah Sihir yang didapatkan atau diperoleh begitu saja. Guru yang disertifikasi setidaknya memenuhi persyaratan memiliki masa kerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) aatu bukan PNS minimal enam tahn pada satuan Pendidikan. Pada tahun 2011, pemerintah mengeluarkan kebijakan baru yaitu hanya 1% guru saja yang bisa lolos sertifikasi selebihnya harus mengikuti PLPG. Sertifikasi guru ini memberikan angin segar bagi guru di mana guru mendapatkan penghasilan tambahan untuk meningkatkan profesionalits mengajar mereka. Dalam buku ini saya medapatkan pelajaran yang menarik yaitu Belajar dari seorang guru yang banyak membaca dan berpengetahuan luas, bagaikan meminum air segar dari mata air yang tiada habisnya. Belajar dari seorang guru yang jarang membaca dan tidak bertambah pengetahuannya, bagaikan meminum air keruh yang sudah lama menggenang. Tanoto Foundation yang didirikan oleh Pak Sukanto Tanoto dan ibu Tinah Bingei Tanoto senantiasa memperhatikan pendidikan Indonesia agar bisa bangkit dari keterpurukannya khususnya sekolah yang terpinggirkan. Menurut salah satu pengajar yaitu Ibu Dhita Putri Saraswati Setiap orangmemiliki sejarah belajar dan mengajar matematika yang berbeda beda, dengan begitu menjadi pengalaammn yang sangat personal. Seorang guru harus memiliki teknik yang interpresonal untuk memperbaiki cara mengajar. Guru bisa juga mengikuti salahs atu organisasi profesional dalam pengembangan profesi guru yaitu IGI. IGI diawali diawali dengan pembentukan Klub Guru Indonesia (KGI)


  • Tokoh & Penokohan

Ken, Oka, Kaka, Laras, Satiti, Thea, Rosa, Rizki, dll (Siswa Sanggar Anak Alam)

Bu Wahya, Pak Heru, Bu Dhita Putri, dll (Guru)

Ibu Melly Kiong (pengusaha)

Ke


  • Setting/Latar

Sanggar Anak Alam Yogyakarta


  • Nilai-Nilai dalam Buku OASE PENDIDIKAN INDONESIA

Kejujuran, tanggung jawab, semangat juang serta usaha untuk merubah kehidupan yang lebih baik lagi.


  • Kelebihan & Kekurangan

  • Kelebihan

Ritme/ alur cerita dalam kisah anak Salam teratur.


  • Kekurangan

Gambar yang disajikan berupa gambar biasa, tanpa menambah foto atau gambar yang lebih menarik tentang Sanggar.


  • Penutup

Pendidikan merupakan bagian kehidupan yang tidak bisa untuk ditinggalkan. Pendidikan sangat dibutuhkan bagi anak untuk masa depan mereka yang lebih cerah Sanggar Anak Alam (Salam) sebagai salah satu lembaga pendidkan nonformal telah memperhatikan kehidupan anak yang terbelakang dan dipinggirkan oleh masyarakat dengan baik dan bijaksana. Miskin bukan berarti tidak bisa mendapatkan pendidikan yang memadai bagi anak tentunya karena mereka adalah penentu masa depan bangsa yang terutama. Mereka adalah penerus estafet pembangunan bangsa yang berkualitas. Mendidikan memiliki peran yang sangat fital dalam pembangunan bangsa kedepannya.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun