Mohon tunggu...
Robertus Widiatmoko
Robertus Widiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Menerima, menikmati, mensyukuri, dan merayakan anugerah terindah yang Kauberikan.

Indahnya Persahabatan dalam Kebersahajaan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cintaku di Kampus Biru

18 Januari 2019   11:25 Diperbarui: 18 Januari 2019   13:37 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

4 tahun kemudian semenjak kepergianku selesai sudah perjuangan di Kampus Kuning. Desertasi tugas akhirku telah menyematkan aku sah sebagai sarjana ekonomi. Perjuangan yang panjang dan melelahkan, kadang tak terbayang bisa selesai dengan indah. Aku bahagia dan terharu biru selaksa burung berseliweran terbang meliuk ke kanan meliuk ke kiri ke atas menukik ke bawah berteriak-teriak kaokkk ...kaokkk mengabarkan kegembiraan tiada bertepi. Aku telah menyudahi sebuah pertandingan dengan kemenangan telak. 

Namun, itu baru sebuah awal pertandingan. Pertandingan-pertandingan berikutnya akan datang lagi menyusul. Keberhasilan ini memaksaku untuk mencari sebuah tantangan baru lagi. Sambil mencari pekerjaan aku mencoba melanjutkan belajar berencana studi ke luar negeri. Tempat yang jauh namun tidak jauh-jauh amat. 

Berselancar di internet menembus batas namun terjangkau secara ekonomi atau kemampuan diri. Yach ...beasiswa S2 menjadi incaranku. Setidaknya sekembalinya dari sana aku bisa mengembangkan bisnis usaha nenek moyangku. Kebetulan nenekku mempunyai kebun kopi. Tanahnya lumayan luas. Aku berharap bisa membuka cakrawala harapan baru di benua yang tidak begitu jauh dengan tanah airku. Benua Australia menjadi rujukan dan idamanku. Sejam dua jam mengeksplore pelbagai kemudahan dan kenyamanan belajar di negeri kangguru itu. 

Dengan satu pengharapan yang mulia membahagiakan cintaku nun jauh di sana. Lama tak mendapatkan kabar baik. Seiring sejalan menjalin komunikasi dengan kawan sekampus membantu usaha kedai kopi kecil-kecilan. Sebuah kedai kopi yang tersaji dengan dipadu roti dan jagung bakar. Bertiga menyiapkan berbagai jenis selai ada selai kacang, cokelat, dan madu nusantara. Sementara roti tinggal membeli di toko roti atau tawaran dari agen. Alat dan perangkat untuk membakar sudah tersedia lengkap. 

Makanan jagung tinggal menghubungi petani jagung di pinggiran kota. Kami memang sudah siap untuk menjadi wira usahawan muda. Semua dijalani , ditekuni, dan dinikmati bareng-bareng. Berbekal materi di bangku perkuliahan semua teori dipraktikkan di pasaran kerja. Susah senang dikerjakan bersama-sama. Kedai Kopi Trigonometri demikian nama kedai kami.

Beberapa bulan kemudian aku mendapatkan jawaban. Lamaran belajar S2 yang dinanti-nantikan berhasil tembus. Aku diundang oleh pihak rektorat di kampus setempat untuk segera registrasi ulang dan dapat memulai aktivitas kuliah di bulan berikutnya. Betapa senang dan bahagianya hati ini. Berita baik ini aku sampaikan kepada rekanan bisnisku. Mereka ikut bahagia dan mendoakan semoga lekas selesai dan kembali ke Indonesia. "Selamat sobat, semoga tercapai apa yang menjadi keinginanmu.

 Salam buat Pak Rektor" tutur temanku. Dia adalah Doni, pemuda bersahaja dan suka humor namun juga mempunyai hobi melukis. Ada banyak lukisan dipajang di rumahnya. Tidak diperjualbelikan hanya sebagai koleksi pribadi. Selain itu, ia juga ganteng. Lain Doni lain Riyanto, pemuda cekatan yang berperawakan kekar. Ia mantan jago silat, suka bermain musik dan olah raga, terutama berenang. Ia memiliki latar belakang anak pedagang kaki lima, ayahnya berdagang bakpau. Ada rasa kacang ijo, rasa strowberi, rasa coklat, dan rasa  ayam. Aku pernah bermain ke sana dan mendapatkan dia sedang asyik bermain game. Rumahnya mewah dan  mempunyai mobil pickup untuk usaha bakpau.

 "Aku juga mengucapkan selamat, kawan. Selesai kuliah mampirlah ke rumah. Ajak-ajak tu Yangmu sing ning Jawa. Jangan dilupain ya!" tuturnya. "Ah bisa aja kamu Ri. Bikin tambah berat aza mau berangkat ni. Baiklah, semoga kalian tetap akur dan baik-baik saja. Aku pamitan dulu!"jawabku. Sore pukul 5 aku diantar Riyanto menuju ke Bandara Soekarno Hatta. Laju melaju dengan mobil pickupnya. Sekalian antar sekalian dia membawa barang-barang dagangan. Semua perbekalan untuk jualan hari itu juga. 

Sejam lewat dan sampailah sudah. Dia menghentikan mobilnya di terminal 1E. Dan aku bersiap turun dengan barang bawaanku. Kemudian dia meninggalkan Bandara Soekarno Hatta untuk menyambangi Doni berjualan lagi. Sementara itu, sendiri aku berjalan meneteng tas dan koper hitamku. Berbaris berderet mengantre untuk masukin barang ke bagasi dan pemeriksaan tiket. Sesaat kemudian tibalah di ruang tunggu.  Awak pesawat telah datang, para penumpang bersiap-siap untuk masuk ke pesawat terbang. Penerbangan dari Jakarta ke Melbourne akan segera berangkat. Sembari mengatur bagasi dan tempat dudukku, hening sesaat meminta pertolongan Tuhan agar perjalanan dilancarkan. Welcome Melbourne, Australia. 

Tibalah aku di Universitas Melbourne, Australia mengambil kuliah S2 bidang moneter dan keuangan perbankan. Dua tahun menghabiskan waktu di sini bersama-sama dengan mahasiswa asal Indonesia lainnya. Bertempat tinggal di sebuah apartemen mewah tidak jauh dari kampus itu. Semua fasilitas gratis dan semuanya dibiayai oleh pihak sponsor. Sementara itu, untuk keperluan keseharian aku berusaha bekerja keras sehabis kuliah. Kebetulan ada teman baik membawaku ke sana. Menjadi pramusaji sebuah restoran ternama di kota itu. Koceknya cukuplah kalau cuma buat sebulan bahkan bisa menabung. Bukan yang pertama hanya berpindah lokasi. Tambahannya kemampuan komunikasi dan kecepatan penyajian. 

Pelayanan harus prima. Sebuah pengalaman berharga. Bosku bernama Mr Willy. Ia sangat cakap dalam meracik dan menyajikan makanan. Chef Willy biasa tetamu restoran memanggil. "Chef Willy, this is my new friend. He is from Indonesia. His name Mr Bob. He will stay in Melbourne,  Australia for two years. And I hope he can be goodfrend for you. " tutur temanku. "Nice to be a yourfriend" jawabnya. "All right , Mr Bob ... Have do you know? Are you okay and is there any question for us?" tanyanya padaku. "Is he married or single?" tanyaku."Oh! Single" jawabnya. "Thank you very much. I fell very happy and proud to meet Chef Willy. Nice to meet you sir" kataku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun