Mohon tunggu...
Robbi Gandamana
Robbi Gandamana Mohon Tunggu... Ilustrator - Ilustrator

Facebook : https://www.facebook.com/robbi.belumfull -------- IG : https://www.instagram.com/robbigandamana/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Tuhan, Jadikan Aku Raja Tega

21 Oktober 2016   18:32 Diperbarui: 21 Oktober 2016   19:26 3919
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anakku, malam ini dan esok hari kau minum teh lagi. Maaf, ayah tak ada duit untuk beli susu instan sapi. Seseorang yang minta digambar wajahnya tempo hari, ternyata hanya bilang, "terima kasih."

Kau yang masih bayi harusnya dapat asupan banyak gizi, terpaksa malam ini harus gigit jari. Sedangkan ibumu menderita preeklamsia, tak sanggup memberimu ASI.

Anakku, kau boleh marah pada ayah tapi jangan pada dia. Ayah yakin, dia tidak mangkir, hanya tak tahu dan juga bukan tak punya hati. Dia hanya polos, kosong, belum terisi ilmu akan arti dan makna sebuah profesi.

Ayah tanggung semua marah, tangis dan cacimu, anakku. Karena ayahmu adalah ayah yang babak belur : terlalu ramah, berprasangka baik pada siapa saja, tak bisa menjawab pertanyaan "berapa?"

Ayah ikhlas nggak akan menagih, di dunia maupun di akhirat nanti. Semoga tidak juga malaikat dengan wajah ngeri : "Hai kau manusia, banyak meminta daripada memberi, tidak menghormati profesi, kerja keras seharian dibayar terima kasih!" Jdaarrr! Cemeti pun membelah dia punya peli.

Walau hanya dapat 'terimakasih', ayah bahagia. Karena membuat bahagia manusia, walau ayah sendiri bokek luar biasa. Tapi ayah akan tutup itu rapat dan tetap menyebar lelucon, kebahagian, kemesraan di jagat maya, jadi badut medsos, seolah ayah adalah lelaki paling gembira sedunia.

Tapi memang jangan pernah tunjukan kesusahamu pada publik, anakku. Ingat nasehat klasik : "Tertawalah, seisi dunia akan tertawa bersamamu. Jangan bersedih karena kau hanya akan bersedih sendirian.” Karena jarang ada teman yang mau diajak sedih, kebanyakan cuma basa-basi.

Dulu saat kau sakit, ayah tidak menyetatuskan itu pada publik di tembok ratapan. Biarlah hanya kita yang tahu dan rasakan. Jangan buat mereka repot dengan sumbangan. Ayah tak mau banyak hutang kebaikan.

Kau tahu anakku, ayah sudah berusaha dan selalu berdoa : "Tuhan, mohon jadikan aku raja tega, " tapi ayah malah dijadikan sinterklas. Ayah tak tahu apakah dengan itu maqam ayah akan naik kelas. Ah biarlah, yang ayah tahu semua kebaikan pasti akan Dia balas.

Kadang ayah ingin seperti pengusaha-pengusaha itu, yang bermain sebagai Tuhan. Seolah dia lah penentu hidup matinya karyawan. Begitu tega membayar murah para buruh dengan recehan. Buruh terpuruk, mau resign tak mampu bayar pinalti jutaan.

Oala Le, hidup memang kadang tak adil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun