Mohon tunggu...
Robbi Gandamana
Robbi Gandamana Mohon Tunggu... Ilustrator - Ilustrator

Facebook : https://www.facebook.com/robbi.belumfull -------- IG : https://www.instagram.com/robbigandamana/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

La Ubali (Khusus buat Jokower yang Membully Cak Nun)

10 Mei 2019   17:22 Diperbarui: 11 Mei 2019   09:45 2899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak dulu style dakwah Cak Nun ya begitu, penuh dengan candaan tapi juga penuh muatan ilmu kehidupan yang dahsyat yang tidak diajarkan di kampus-kampus. Cak Nun sangat lihai bicara, kapan saatnya "maskulin" dan kapan saatnya "feminin". Kapan saatnya ngakak dan kapan saatnya serius. Nggak heran kalau audiensnya betah duduk mendengarkan sampai subuh. Dan itu nyata adanya, karena pengajian beliau biasanya memang sampai pagi.

Banyak tokoh politik atau tokoh agama yang jadi obyek guyonannya. Aku ingat dulu saat Cak Nun menirukan gaya bicaranya Moerdiono, mantan Mensesneg Orba. Bicara dengan mata merem melek, " Saya kira....kita.....harus....mengadaken......hal...yang....kita....." Duarrrr!! Wartawannya mumet keburu dikejar detlain.

Atau saat menirukan suara Mahfud MD yang logat maduranya kental. Juga Gus Dur yang ngorok saat rapat kenegaraan tapi saat disuruh menyimpulkan hasil rapat, kesimpulannya bisa sangat nyambung dengan yang dirapatkan. Aneh bin ajaib.

Wis talah, kalau kamu memahami Cak Nun dengan pemahaman budaya yang mainstream, kamu bakalan bingung, kecewa, atau marah saat tokoh yang kamu kagumi dibuat guyon.

Kalau nonton videonya Cak Nun di youtube, samakan dulu frekuensimu dengan Cak Nun, hayati peristiwanya, kenali siapa yang bicara.

Guyonan Cak Nun itu guyonan rakyat, nggak jauh beda saat aku ngumpul dengan sohibku di kampung. Ada yang menirukan suara seorang anak yang ngomongnya bindeng, "nyanyok anyek anyek, monyok anyu dinyonyon nyanyi, nyonyong ae anyel oconyanye nyanyi..(jancok arek-arek, mosok aku dikongkon nyanyi, ngomong ae angel opo maneh nyanyi.."

Atau saat ngguyoni seseorang yang kakinya pincang, "Arek iku pancen seneng ngenyek pemerintah...lha ya'opo, dalan wis diaspal mulus kok sik dijeglong-jeglongno.."

Tentu itu semua tidak bermaksud menghina kalau kita memahaminya dengan hati yang luas. Itu peristiwa kemesraan antar sesama teman. Nggak jauh beda saat Cak Nun menjadikan Jokowi jadi obyek guyonannya, menirukan gaya berbahasa Inggris Jokowi.

Kalau ada Jokower yang marah besar. Itu karena fanatisme. Juga karena nggak kenal, gagal menyelami Cak Nun dan atau hatinya belum selesai. Tapi yang membuat masalah ini jadi polemik karena video guyonan tadi diframing. Disebarkan kepada para milenial unyu yang nggak sepenuhnya kenal atau bahkan nggak kenal Cak Nun sebelumnya. Maka ambyarlah semuanya.

Kalau Cak Nun sering mengejek Jokowi itu bukan berarti beliau memihak Prabowo. Prabower jangan geer. Kalau kalian kira Cak Nun memihak Prabowo, kalian akan patah hati nantinya. Cak Nun di luar semua itu.

Cak Nun itu ibarat orang yang berada di lantai atas gedung bertingkat dan Indonesia adalah jalan yang macet. Cak Nun bisa tahu dengan jelas, penyebab macet, jalan mana yang bisa dilewati, siapa yang bikin macet dan seterusnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun