Mohon tunggu...
Rizky Kurniawan
Rizky Kurniawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pribadi

Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Syekh-Yusuf Tangerang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Lavender

19 Oktober 2018   21:02 Diperbarui: 19 Oktober 2018   21:20 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Apa kau mengenalku?" tanya Bianca pada Calvin.

"Apa kamu tidak mengenalku? Kamu pasti sedang bergurau, kan? Lalu ke mana semua rambut indahmu?" pertanyaan bertubi-tubi keluar dari mulut Calvin.

Bianca masih terlihat bingung.

"Bahkan kamu masih menyimpan itu," ucap Calvin kemudian sambil menunjuk benda kotak yang tentu saja dia sangat kenal. Lukisan daun yang tepajang di meja, samping ranjang perawatan. 

"Saat itu, sebenarnya aku akan memberimu sesuatu. Sebentar!" ucap Calvin masih dengan menangis. Kemudian anak itu mengeluarkan kotak berwarna putih kecil. "Mungkin ini sudah layu, tapi ini masih sama. Ini sebagai ungkapan rasa kagumku kepadamu," ucap Calvin. Kali ini bocah itu menyerahkan kotak tersebut pada Bianca.

Tapi, tetap saja perempuan itu sangat bingung. Walau begitu, dia tetap mengambil kotaknya dan perlahan dibukanya. Wanita itu terlihat menatap Calvin sesaat setelah melihat isi kotak itu.

"Iya! Itu lavender. Artinya sama seperti saat kamu memberikan benda ini kepadaku." Calvin mengeluarkan sebotol cat berwarna lavender, kali ini anak laki-laki itu mengulum senyum. "Kamu pernah mengatakan kalau warna lavender adalah warna yang mewakili kekagumanmu kepadaku, dan ... sekarang, aku membalasnya. Aku mengagumimu, dan bunga itu lambangnya," ucap Calvin lagi. 

Dia seperti tidak membiarkan sedikitpun Bianca untuk membantahnya. "Terima kasih, Bianca. Aku akhirnya bisa tidak bosan dalam menunggu kakakku. Dan kau lihat? Dia ada di sini, bersamaku." Ucapan itu akhirnya ditutup dengan pelukan hangat dari Calvin pada Bianca.

Kali ini, Bianca membalas pelukan anak kecil itu. Dia memang merasa telah mengenal anak ini sebelumnya, walau tidak yakin di mana. Akhirnya wanita itu tersenyum juga saat Calvin merenggangkan pelukannya dan beralih menatap mata Bianca. Begitu sejuk senyuman dan mata itu, membuat hati Calvin begitu damai dan nyaman.

Selanjutnya Calvin memandang kakaknya yang masih terdiam bingung dengan pemandangan di hadapannya. "Ini wanita yang sering kuceritakan padamu saat kau masih koma. Dia yang membantuku dan meyakinkanku kalau kau pasti akan bangun, tidak jadi seorang yang malas," ucap Calvin. "Aku menyayangi kalian ...."

Setelah mendengar kalimat itu, Axel ikut menghambur ke arah dua orang yang dicintainya. Kemudian mereka saling berpelukan erat, terlihat hangat sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun