Mohon tunggu...
Rizky Kurniawan
Rizky Kurniawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pribadi

Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Syekh-Yusuf Tangerang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Lavender

19 Oktober 2018   21:02 Diperbarui: 19 Oktober 2018   21:20 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tapi semuanya terlihat percuma, kemudian Calvin melonggarkan pelukannya. Dia kembali keposisi duduk, namun tetap menggenggam erat tangan Axel.

Kali ini segaris senyum keputusasaan terbentuk di bibir anak berusia delapan tahun itu. "Kamu jahat, Axel. Sepertinya aku terlamapau bosan dengan semua ini. Terlebih Bianca sudah tidak ada. Jadi daripada menunggu esok, lebih baik aku bosan hari ini saja," ucap Calvin. Kemudian dia berdiri, merenggangkan genggamannya. "Selamat tinggal, Axel ...," Calvin melepaskan genggamannya. Dia hendak beranjak pergi.

"Calll ... vin ...," suara itu mengagetkan Calvin. Bukan hanya suara, Axel ternyata juga menggenggam tangan kecilnya. Axel sadar.

"Himori ... Axel siuman. Kau harus memanggil dokter!" teriak Calvin.

Mendengar itu Himori luar biasa kaget, dia yang sejak tadi menguping di balik pintu, berlari ke arah Calvin yang sudah dengan matanya yang semakin berair. Dia menekan tombol panggil, dan beberapa saat kemudian para dokter dan perawat datang untuk membantu mengecek keadaan Axel.

Semuanya seperti berubah seketika itu juga. Himori memeluk Calvin erat, begitu juga sebaliknya. Mereka menangis tersedu-sedu, saking senangnya. Axel siuman ... itu hal yang terindah setelah lebih dari tiga bulan lamanya mereka menanti.

**

Dua minggu setelah masa pemulihan Axel, pemuda 22 tahun itu akhirnya diijinkan pulang. Dan ini adalah hari keenam dia di rumah. Rumah yang telampau besar, untuk ukuran rumah yang hanya dihuni oleh lima orang, yaitu Axel, Calvin, Himori, Sarah dan anak mereka, Ridho. 

Sejak kedua orang tua Axel dan Calvin meninggal, keluarga Himori yang memang sudah bekerja di rumah ini sejak Axel kecil, akhirnya dipaksa untuk ikut menetap di rumah besar ini. Mereka sudah menjadi bagian dari keluarga Gabriel, lalu Axel dan Calvin pun tidak sekadar mengganggap mereka pembantu atau sopir. Keduanya lebih menganggap Himori dan Sarah lebih kepada seorang paman dan bibi.

Axel sedang menunggu adik kesayangannya pulang dari sekolah. Axel ingin mengajak adiknya untuk ke luar. Ada satu hal yang harus diurus, dan sepertinya Axel harus membawa Calvin.

"Silahkan teh hangatnya, Tuan!" ucap Sarah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun