Mohon tunggu...
R.K. Awan
R.K. Awan Mohon Tunggu... -

menumpahkan isi kepala

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kalau Saya Tim Sukses Prabowo..

9 Juni 2014   21:46 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:30 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

.. saya akan tandingkan Prabowo[1] dengan calon kubu seberang dari sisi prestasinya untuk menunjukkan potensi apa yang dimilikinya bila mendapat kesempatan memimpin negara ini. Namun semua akan saya letakkan pada porsinya secara proporsional, di mana Prabowo adalah seorang pendiri dan PIMPINAN PARTAI (Ketua Dewan Pembina)[2], bukan seorang gubernur. Tugas seorang pimpinan partai tentunya berbeda dengan tugas seorang eksekutif daerah yang berperan menjalankan tugas pembuatan, pelaksanaan, perbaikan, atau mungkin blusukan. Tugas seorang pimpinan partai adalah meningkatkan elektabilitas partainya, menjadi wajah perwakilan partai, seraya membuat kebijakan internal untuk menjaga anggotanya agar berperilaku sesuai dengan visi misi partai. Dalam hal ini, Prabowo adalah seorang juara.

Partai Gerindra muncul dan berkembang bersama gagasan dan kekuatan seorang Prabowo. Harus diakui kalau kecenderungan orang memilih Gerindra banyak dipengaruhi faktor nama besarnya[3]. Partai lain dengan individu yang menonjol hanyalah partai pengusung capres kubu seberang. Bisa dikatakan bahwa elektabilitas Partai Gerindra sangat meningkat bersama dengan Prabowo, meskipun dirinya tetap menginginkan pengkaderan di tubuh partainya untuk menjaga cita-cita kebangsaannya tetap hidup.

Tidak hanya di ranah elektabilitas, Prabowo juga berperan dalam berbagai instruksinya untuk menjaga anggota partainya tetap sesuai dengan visi-misi yang diinginkan. Instruksi yang paling populer, inovatif, dan langka terjadi adalah melarang anggota legislatif Gerindra untuk bepergian ke luar negeri menggunakan dana negara[4][5]. Instruksi ini datang bersama sanksi pemecatan. Yang perlu diapresiasi adalah bahwa instruksi ini tidak hanya dihasilkan lalu dibiarkan begitu saja, tapi instruksi ini nyata diterapkan dan berjalan dengan baik. Adalah sebuah kualitas yang harus dimiliki seorang kepala negara untuk bisa bersikap tegas dalam membuat instruksi perbaikan dan memastikannya terlaksana di lapangan, seperti yang sudah acap kali dibuktikannya.

Instruksi yang lebih besar dari ini adalah larangan praktek korupsi bagi legislator Gerindra, yang juga disertai ancaman pemecatan[6]. Mungkin bisa dicek juga bagaimana ini terlaksana di lapangan. Gerindra tercatat memiliki track record yang sangat baik terkait angka korupsi dibandingkan dengan partai-partai lainnya. Catat pula mengenai apresiasi dari berbagai lembaga pengawas korupsi seperti ICW dan TII terhadap transparansi laporan keuangan partai ini[7].

Kalau kita perhatikan dalam masa kampanye akhir-akhir ini, kita tidak lagi melihat puisi cinta dari sekjen Gerindra. Ini bisa jadi karena ada instruksi Prabowo yang melarang serangan dalam berkampanye dan keharusan membalas serangan dengan kebaikan[8]. Hal lain terkait kampanye yang perlu diapresiasi adalah Gerindra tidak menyertakan kader paling populernya sebagai juru kampanye[9] agar bisa tetap fokus bekerja memberikan pelayanan bagi daerahnya. Seharusnya ini bisa menunjukkan bagaimana pencegahan korupsi, penghematan negara, dan komitmen bekerja bisa dicapai melalui instruksi serta kemampuan untuk menegakkannya.

Yang perlu juga diingat adalah sebuah keharusan bagi partai untuk mengangkat kader-kader unggulnya untuk bisa berpartisipasi lebih dalam pemerintahan. Coba kita tengok beberapa kader Gerindra yang mencuri perhatian dalam pemerintahan daerah akhir-akhir ini, antara lain Ridwan Kamil (Emil) di Bandung[10], Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di Jakarta[11], atau Longki Djanggola di Sulawesi Tengah[12]. Di sini bisa terlihat bagaimana kader-kader bangsa yang memiliki kemampuan bisa diangkat untuk maju. Seperti juga misalnya yang sudah Prabowo lakukan dengan program Taruna Nusantara[13] untuk memberi kesempatan anak-anak terbaik bangsa bisa melanjutkan pendidikan dan menimba ilmu di berbagai sekolah di luar negeri lalu kemudian kembali ke tanah air untuk membangun negeri.

Satu hal menarik yang sering dilupakan orang adalah mengenai bagaimana calon presiden kubu seberang bisa menduduki posisi gubernur ibukota, yaitu melalui dorongan dan dukungan dari Prabowo. Sejarah boleh mencatat bagaimana pendukung pasangan gubernur terpilih ini hanya ada 2 partai[14]. Pada awalnya dari 2 partai ini hanya Gerindra yang yakin dengan pasangan ini karena partai lainnya masih ragu hingga saat-saat terakhir[15][16]. Entah bagaimana prosesnya sampai pada akhirnya pasangan ini kemudian bisa naik kopaja untuk mendaftar mengikuti proses pemilihan gubernur[17] bahkan kemudian memenangkannya. Apa karena lobi Prabowo[18]? Atau karena lobi JK yang berasal dari partai status quo tadi[19]? Bagaimana pun, jangan sampai kacang lupa pada kulitnya.

Kalau saya tim sukses Prabowo, akan ada banyak prestasi[20] yang harus diangkat mengenai bagaimana proses kepemimpinan dijalankan oleh Prabowo, sejak masanya sebagai anggota militer hingga ke berbagai sepak terjangnya pada berbagai bidang lain yang membawa nama bangsa di dunia internasional. Banyak orang lupa bahwa prestasi dari kepemimpinan Prabowo adalah prestasi bertaraf internasional dari berbagai organisasi yang dipimpinnya. Agak kurang tepat ketika membandingkan prestasi internasional dengan prestasi lokal, atau membandingkan prestasi di berbagai bidang dengan prestasi spesifik di satu bidang kepemimpinan saja. Mari kita bahas satu per satu.

Ada berbagai hal menarik yang perlu diangkat dari karier militernya. Bagaimana secara patriotik dia lebih memilih masuk ke akademi militer di Indonesia dibanding melanjutkan studi di universitas luar negeri ternama[21]. Bagaimana dia bisa menjadi lulusan terbaik Akabri di angkatannya. Tidak hanya di Indonesia, dia bahkan menjadi yang terbaik juga di berbagai pelatihan militer luar negeri, antara lain di Jerman dan Amerika Serikat[22]. Bagaimana kemampuan strateginya bisa membebaskan sandera internasional yang ditahan oleh OPM[23][24]. Bagaimana pasukan khusus pimpinannya menjadi salah satu yang paling ditakuti dan dihargai, lengkap dengan kurikulum pendidikan yang ikut disusunnya[22]. Bagaimana sebagai Pangkostrad dia memimpin puluhan ribu pasukan pertahanan keamanan strategis di seluruh wilayah Indonesia[25]. Bagaimana seharusnya dia bisa mengeksekusi kudeta dengan sukses namun tidak dia laksanakan demi menghormati konstitusi, sementara di berbagai belahan negara lain mungkin malah menjadi langkah pilihan utama yang akan diambil seorang pemimpin militer dengan kekuatan yang dimilikinya[26].

Kita harus bisa mengapresiasi seorang pemimpin yang berani mengambil alih tanggung jawab kesalahan anak buahnya[27] untuk kemudian menjalani pemeriksaan yang kemudian mencederai karier cemerlangnya di militer. Pemeriksaan yang bahkan tidak dibuka ketetapannya. Pemeriksaan yang bisa jadi tidak akan muncul sama sekali andai tidak ada kesaksian mereka yang selamat dari penculikan (yang sekarang sebagian bergabung menjadi fungsionaris Gerindra)[28]. Ada banyak logika yang meleset dari kasus ini. Terlebih kasus ini menimpa seorang Letnan Jenderal yang pada masa itu menjadi bagian dari keluarga penguasa tunggal. Mungkin karena tugas militer adalah kewajiban negara, sementara sudah kewajiban baginya untuk menjaga rahasia tugas negara, dia hanya bisa mengatakan "Biar ini sudah jadi bagian tanggung jawab saya."[29] Di balik ini semua muncul sebuah harapan bahwa Prabowo bukan tipikal orang yang hanya akan melemparkan kesalahan ke anak buah tanpa menanggung sebagian dari hal tersebut[30]. Serta ada harapan bahwa Prabowo adalah seorang patriot yang akan memprioritaskan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi dan kekuasaan[31].

Prestasi di luar militer pun banyak yang perlu diangkat ke ruang publik. Bagaimana nama Indonesia berkibar di dunia internasional di cabang polo berkuda dengan menjadi juara Asia[32]. Atau bagaimana pencak silat menjadi juara umum di Sea Games[33][34]. Jadi jangan terlalu aneh kalau Prabowo naik kuda atau sanggup bela diri. Jangan terlalu aneh juga kalau dia bisa mengantarkan para pendaki Indonesia hingga akhirnya bisa menancapkan sang dwiwarna di puncak tertinggi dunia[35][36]. Jangan bingung juga ketika ada perjuangan untuk TKI yang berhasil[37]. Jangan juga heran ketika di saat banyak orang berlomba-lomba memanfaatkan posisi keluarga atau kenalannya, Prabowo menjadi besar tanpa perlu mengangkat nama besar Djojohadikusumo yang dimiliki kakek dan ayahnya. Dia lebih memilih membawa nama Subianto, yang diangkat dari nama pamannya yang gugur terbunuh oleh tentara Jepang[1]. Sebuah apresiasi yang acap kali luput dari mata publik dan media, namun menariknya, Prabowo sendiri tidak terlalu mem-blow up ini dan memilih untuk low profile. Sebagai contoh, berapa banyak dari kita yang mengetahui tentang LSM Lembaga Pembangunan yang ikut diprakarsai Prabowo muda untuk memberdayakan masyarakat desa[38]? Berapa banyak dari kita yang ingat upaya pengembangan bibit sepak bola sebagai olah raga terpopuler di tanah air melalui ajang Piala Garuda[39]? Atau partisipasinya dalam Asian Physics Olympiad (APhO)[40][41]? Atau misalnya bagaimana dia menyumbangkan dana untuk Teater Tanah Air untuk bisa ikut serta bahkan menyabet gelar "The Best Performance" dalam festivalInternational Childrens festival of Performing Arts di India[42].

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun