"Tapi, sampai kapan?" tanya Alisa sedikit marah
"Aku juga bingung, tapi aku janji kalau kita bisa secepatnya. Jadi untuk saat ini, aku ingin kamu menunggu," jawab Suara Ambudi yang mulai meninggi---bukan karena marah, tapi karena takut kehilangan
"Tapi... Aku mau nunggu kamu sampai kapan? Orang tua aku udah tanyain terus, aku harus jawab apa?" tanya Alisa dengan tangisnya yang mulai mengalir
Ambudi diam seribu kata, ia melamun hingga tak sadar jika Alisa sudah pergi tak bersamanya.
Pertanyaan-pertanyaan yang tak bisa ia bungkam lagi akhirnya meledak. Ia pun tenggelam dalam dirinya sendiri, Alisa pergi tak kunjung kembali. Ia pernah terlihat namun asing seperti tak mengenali Ambudi.
Hubungannya kandas seperti kapal karam di tengah lautan. Tak ada yang bisa menyelamatkan mereka dari kehancuran, begitu juga dengan Ambudi yang kian lama kian mengkhawatirkan, ia sekarat dan hampir mati dibuatnya.
Namun sang bulan yang tak pergi kembali menyentuh wajah Ambudi yang kini penuh luka seakan  berkata : "aku masih disini bersamamu," Ambudi meresponnya dengan mengadah ke atas dengan kedua tangan terbuka yang berarti pasrah akan nasib yang kini ia jalani.
Tetesan air mata keluar secara perlahan memberi tanda pasrah pada sang maha kuasa. Hidupnya tersiksa akibat pilihannya sendiri, dengan sedikit harapan, ia mengusap air mata yang telah keluar dari jendela jiwa yang terbuka akibat luka yang tak di tutup dengan sempurna.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI