nama saya Riqotus Zahro, Saya lahir di Lumajang pada tanggal 13 Juni 2006 , saya anak pertama dari 2 bersaudara . Saya berasal dari keluarga yang sederhana, tepatnya dari sebuah desa bernama Klakah. Desa Klakah merupakan tempat yang menjadi akar kebanggaan saya karena di sanalah saya dibesarkan dan mendapatkan dasar-dasar kehidupan yang membentuk siapa saya saat ini.
Saya tumbuh di lingkungan yang sederhana, tetapi penuh kasih sayang dan kebersamaan. Orang tua saya selalu berusaha memberikan yang terbaik meskipun kondisi ekonomi kami tidak seberapa. Dari latar belakang keluarga seperti itu, saya belajar banyak tentang pentingnya kerja keras, ketulusan, dan kesabaran dalam menjalani kehidupan.
Masa Kecil dan Pendidikan Awal
Perjalanan pendidikan saya dimulai ketika saya bersekolah di Taman Kanak-Kanak Al-Hidayah Klakah. Saya menjalani pendidikan selama tiga tahun di sana. Namun, pada awalnya saya harus menunggu karena sebenarnya usia saya belum cukup untuk masuk TK saat itu. Tapi dengan semangat dan dukungan dari orang tua, saya mampu menyelesaikan pendidikan TK dengan baik.
Setelah menyelesaikan TK, saya melanjutkan pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Yaqin Klakah. Saya menjalani pendidikan dasar di MI Nurul Yaqin dengan penuh semangat hingga lulus dari kelas 6. Masa-masa di MI Nurul Yaqin memberikan saya banyak pengalaman berharga terutama dalam pembelajaran agama dan kemampuan akademik dasar. Di sini saya terbiasa belajar dengan disiplin dan mulai mengenal arti tanggung jawab sebagai murid.
Pengalaman Mondok Selama 6 Tahun: Perjalanan Hidup Saya di Pondok Pesantren Syarifuddin
Setelah menyelesaikan pendidikan dasar di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Yaqin Klakah, saya, , diberikan kesempatan oleh orang tua untuk menempuh pendidikan di pondok pesantren. Pilihan ini bukan hanya keputusan biasa, melainkan sebuah perjalanan yang sangat berarti dalam hidup saya. Saya mondok selama enam tahun di Pondok Pesantren Syarifuddin yang berlokasi tidak jauh dari tempat asal saya. Pengalaman ini membuka banyak pintu dan memberi pelajaran hidup yang sangat berharga.
Awal Masuk Pondok Pesantren
Awal memasuki pondok saya rasakan sebagai tantangan besar. Berpisah dengan keluarga, lingkungan rumah yang nyaman, dan kebiasaan sehari-hari membuat saya harus menghadapi segala sesuatu yang baru. Namun, semangat untuk menuntut ilmu dan keinginan orang tua untuk membekali saya dengan pendidikan agama yang kokoh menjadi motivasi utama untuk bertahan.
Pondok pesantren bagi saya bukan hanya merupakan tempat belajar agama, tetapi juga tempat membentuk karakter dan mental. Dalam hari-hari pertama, saya banyak belajar tentang kedisiplinan, kemandirian, dan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan baru yang ketat.
Sistem Pendidikan di Pondok Pesantren
Selama enam tahun, saya menempuh pendidikan mulai dari tingkat Madrasah Tsanawiyah (MTS) hingga Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di lingkungan pondok. Sistem pembelajaran di pondok sangat berbeda dengan sekolah umum. Selain pelajaran umum, kami juga mengikuti kegiatan keagamaan yang intensif seperti , pengajian al --qur'an , dan pembelajaran kitab kuning.
Kegiatan harian dimulai sejak pagi hari dengan salat berjamaah dan doa bersama, kemudian dilanjutkan dengan jadwal pelajaran yang padat hingga sore hari. Setelah itu, kami kembali mengikuti kajian agama, serta kegiatan ekstrakurikuler. Disiplin waktu adalah hal yang sangat dijaga di pondok, setiap santri harus mematuhi jadwal yang telah dibuat dengan ketat.
Kehidupan Sosial dan Kebersamaan
Mondok selama enam tahun membuat saya mengalami kehidupan sosial yang sangat berbeda. Hidup bersama ratusan santri dari berbagai daerah memberikan pengalaman berharga untuk membina hubungan antar sesama. Kami hidup dalam suasana kebersamaan, saling membantu, dan belajar untuk menghargai perbedaan.
Kebersamaan ini juga menghadirkan banyak momen yang penuh warna, mulai dari suka cita saat kegiatan bersama, tantangan dalam penyelesaian tugas kelompok, hingga saat saling mendukung di masa sulit. Kami diajarkan untuk memiliki sikap empati dan gotong royong, yang merupakan nilai-nilai Islam yang sangat ditekankan di pondok pesantren.
Pembelajaran Ilmu Agama dan Umum
Selama mondok, saya sangat memperdalam ilmu agama. Materi yang saya pelajari meliputi tafsir Al-Qur'an, hadis, fiqh, akidah, dan bahasa Arab yang digunakan dalam kitab-kitab klasik. Setiap pelajaran tidak hanya berhenti pada teori tapi juga dikaitkan dengan praktik sehari-hari agar lebih mudah dipahami dan diamalkan.
Selain pelajaran agama, saya juga menempuh pendidikan formal di bawah naungan sekolah madrasah yang setara dengan sekolah umum. Di jenjang SMK, saya mengambil jurusan tata busana / menjahit karena itu keinginan orang tua saya . Dengan demikian, saya mendapat keseimbangan antara ilmu agama dan keilmuan umum.
Tantangan Selama Mondok
Tidak bisa dipungkiri, banyak tantangan yang saya hadapi selama mondok. Hidup jauh dari keluarga, menghadapi aturan yang ketat, dan beban belajar yang tinggi membuat saya harus belajar mengelola diri dengan baik. Sekali waktu, ada masa-masa rasa rindu dan keinginan untuk pulang. Namun, saya selalu ingat tujuan saya dan dukungan keluarga yang selalu memberikan semangat.
Selain itu, saya harus mampu mengatasi kesulitan belajar, terutama dalam memahami kitab kuning yang menggunakan bahasa Arab klasik, yang berbeda dengan bahasa Arab modern yang saya pelajari di pelajaran umum. Saya belajar sabar dan giat, memanfaatkan waktu di pondok sebaik mungkin untuk bertanya kepada ustadz dan senior.
Pelajaran Hidup dan Kedisiplinan
Salah satu hal terpenting yang saya dapatkan dari mondok adalah kedisiplinan hidup. Jadwal yang ketat dan aturan yang harus ditaati membuat saya terbiasa untuk mengatur waktu, bertanggung jawab atas kewajiban sendiri, dan menghormati orang lain. Kedisiplinan ini saya rasakan sangat membekali saya untuk kehidupan di luar pondok, termasuk saat kuliah nanti.
Saya juga belajar arti sabar dan tawakal dalam menjalani setiap proses. Saat mendapatkan ujian, baik itu ulangan maupun tantangan hidup sehari-hari, saya dilatih untuk tidak mudah menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dengan bimbingan Allah SWT.
Kenangan dan Pengalaman Berkesan
Selama enam tahun mondok, banyak kenangan yang tak terlupakan. Mulai dari kegiatan tadarus bersama di malam hari, lomba-lomba antar santri, peringatan hari besar Islam yang penuh hikmah, hingga momen kebersamaan yang hangat meskipun hidup penuh kesederhanaan.
Saya juga mendapatkan kesempatan untuk berkontribusi dalam berbagai kegiatan di pondok. Misalnya ikut serta dalam acara dakwah, dan membantu kegiatan sosial yang diselenggarakan oleh pondok. Semua pengalaman tersebut memperluas wawasan dan keterampilan sosial saya.
Masa Transisi dan Melanjutkan Kuliah
Setelah enam tahun mondok, saya akhirnya memutuskan untuk berhenti mondok dan melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Keputusan ini tentunya melalui pertimbangan matang bersama keluarga. Saya ingin mendapat pendidikan yang lebih luas lagi, serta dapat mengembangkan potensi secara maksimal tanpa harus tinggal di pondok kembali.
Saat ini saya melanjutkan kuliah di Universitas Syarifuddin (Unisya) berangkat dari rumah. Saya mengambil jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam karena saya memiliki ketertarikan yang besar terhadap dunia komunikasi agama dan media dakwah. Jurusan ini saya pilih agar bisa menggabungkan ilmu agama dengan teknologi komunikasi modern, sehingga dapat menyebarkan nilai-nilai Islam secara efektif dan menjangkau masyarakat luas.
Kuliah dari rumah memberi tantangan baru untuk mandiri dalam belajar, namun saya merasa sudah terbiasa disiplin sejak mondok sehingga lebih mudah mengaturnya. Dukungan keluarga juga sangat berarti dalam menjalani fase ini. Saya berkomitmen untuk menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh agar kelak mampu memberikan kontribusi nyata dalam bidang komunikasi Islam dan penyiaran yang saya tekuni.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI