Mohon tunggu...
Rizqi Arie Harnoko
Rizqi Arie Harnoko Mohon Tunggu... Freelancer - Content Creator

Media and sports enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Otis Hahijary, Maestro Baru Pertelevisian Indonesia

28 Juni 2017   00:28 Diperbarui: 28 Juni 2017   08:57 7807
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Titik awal kesuksesan ANTVmenjadi televisi yang konsisten berada di jajaran tier 1berawal dari kesuksesan menayangkan serial Mahabharata yang turut mempopulerkan nama Shaheer Sheikh di tanah air, kemudian diikuti dengan penayangan serial India lainnya di jam keluarga seperti Mahadewa, The Adventure of Hatim, dan Jodha Akbar. Kesuksesan ANTVmenjadi trendsetterpenayangan serial India berlanjut ketika mencoba menggebrak dengan menghadirkan serial Uttaran yang kemudian dilanjut dengan berbagai judul lainnaya seperti Thapki, Anandhi, Gopi, dan lain-lain. Tidak puas hanya menjadi trendsetter serial India, ANTVmencoba melakukan eksperimen dengan menayangkan serial Turki berjudul Abad Kejayaan, yang diikuti dengan judul-judul lainnya seperti Shehrazat, Antara Nur dan Dia, Belahan Jiwa Kahraman, Cinta Elif, Cansu & Hazal, Efsun & Bahar, Fatmagul, dan lain-lain. Meledak juga di pasaran.

Dengan mengimpor serial asing dari India dan Turki, ANTV justru mampu menghemat anggaran. Hanya saja, ANTV juga tetap berusaha mencoba mematuhi regulasi mengenai batasan konten luar negeri yang ditetapkan dalam P3SPS KPI. Untuk menyiasati hal tersebut, ANTV juga menghadirkan sinetron dalam negeri yang diproduksi oleh beberapa production house di Indonesia, dengan menggabungkan artis dalam negeri dan artis luar negeri ataupun menggunakan artis dalam negeri secara keseluruhan. 

Beberapa sinetron dalam negeri di ANTV yang berhasil diterima pasar antara lain Cinta di Langit Taj Mahal, Roro Jonggrang, Nadin, Cahaya Cinta, Cinta di Pangkuan Himalaya, serta yang saat ini sedang populer adalah Jodoh Pengantar Jenazah. Selain itu, ANTV juga sempat menayangkan ulang sinetron dalam negeri yang pernah berjaya di masanya seperti Jinny Oh Jinny, Tuyul dan Mbak Yul, Jin dan Jun, Putri Duyung, dan lain-lain, yang kemudian beberapa sinetron tersebut di-remake menjadi versi yang lebih kekinian.

Selama membenahi ANTV, yang pertama kali dilakukan Otis setelah menarget ulang pangsa pasar utama adalah membenahi alur kerja internal dengan menghidupkan kembali peran bagian programming. Pada masa sebelumnya, bisnis televisi didorong pada basis produksi, sehingga bagian programming terkesan kurang difungsikan. Paradigma itulah yang dibantah oleh Otis. Menurut beliau, jantungnya bisnis televisi adalah bagian programming, sehingga bagian produksi dan penjualan harus sejalan dengan arahan bagian programming karena hanya merekalah yang mampu membaca data statistik sebagai indikator pergerakan tren pemirsa. Perlu diketahui bahwa mayoritas anggota tim programming ANTV adalah orang-orang lama, hanya saja mentalitas dan cara berpikirnya saja yang diubah dalam bekerja agar produktivitasnya meningkat.

Otis juga turut melakukan perubahan paradigma terhadap tim programming. Salah satu paradigma yang diubah adalah pandangan mengenai primetime. Dahulu kala, tim programming ANTV berpandangan bahwa primetimehanya di malam hari saja, yakni antara pukul 19.00 hingga 22.00 WIB, seperti yang dianut oleh kebanyakan stasiun televisi. Namun kini, paradigma tersebut diubah, bahwa setiap waktu (daypart) merupakan primetimebagi setiap karakteristik demografi penonton, tidak bisa lagi dipukul rata. Artinya, anak-anak, remaja, ibu-ibu, dan bapak-bapak punya primetime-nya sendiri-sendiri. Mengingat setiap daypart merupakan primetime bagi setiap karakteristik demografi penonton dan tayangan, maka Otis berupaya memastikan timnya agar program-program yang ditayangkan oleh ANTV bisa menang di setiap daypart (atau setidaknya ANTV mampu menguasai kurang lebih 75% dari keseluruhan waktu siaran yakni 24 jam).

Strategi ANTV berikutnya adalah mengkombinasikan program series dengan program general entertainment. Perlu diketahui bahwa ketika tren program series naik, umumnya program entertainment akan cenderung turun dan begitupun sebaliknya. Dengan menerapkan strategi ini, ANTV diharapkan tetap mampu menjaga stabilitas jumlah pemirsanya meski salah satu dari kedua genre tersebut mengalami penurunan dan satu genre lainnya mengalami peningkatan.

Itulah sebabnya, mengapa ANTV juga tetap mengembangkan program in-house mereka, yakni Pesbukers dan Take Me Out Indonesia. Meski tayangan Pesbukers kerap menayangkan candaan yang cenderung sarkastik dan seringkali juga membuat gimmick yang menyinggung ranah privasi artis, nyatanya program ini tetap menjadi pilihan utama pemirsa di antara program sejenisnya, yang dibuktikan dengan kesuksesannya meraih penghargaan di ajang Panasonic Gobel Awards selama 4 kali berturut-turut sejak 2013. Bahkan di tahun ini, Pesbukers berhasil mencapai puncak kesuksesannya sebagai program sahur dan menjelang berbuka yang paling banyak ditonton pemirsa berdasarkan catatan Nielsen, sehingga turut mengantarkan ANTV menjadi televisi nomor satu sepanjang bulan Ramadhan tahun 1438 H.

Untuk meningkatkan loyalitas pemirsa, ANTV juga turut menghadirkan beberapa bintang serial India yang ditayangkannya ke tanah air untuk kemudian dibuatkan beberapa program on-air maupun off-air, seperti Mahabharata Show ataupun program sejenisnya dalam bentuk live theater, menggelar event meet and greet, maupun melibatkan mereka dalam program in-house ANTV maupun pada saat perayaan ulang tahun (sejak 2015). Khusus di tahun ini, ANTV memboyong kurang lebih 27 aktor dan aktris India untuk tampil di program Pesbukers Ramadhan dan Sahurnya Pesbukers, dengan ikut bermain dalam sketsa komedi di program tersebut maupun turut berbaur dalam flashmobchicken dance” versi India yang kini menjadi trendsetter.

Hasilnya, pada tahun 2016 ANTV mampu menyalip peringkat kepemirsaan dua stasiun televisi milik Emtek (SCTV dan Indosiar) dan berhasil menduduki peringkat kedua TV nasional (hanya kalah dari RCTI), namun di beberapa kota sampel Nielsen di luar Jakarta dan Bandung mampu menduduki peringkat pertama (khususnya Surabaya yang proporsinya sebesar 20%, terbesar kedua di bawah sampel Jakarta). Strategi tersebut juga mampu menaikkan level kepemirsaan ANTV di segmen upper class, sehingga persepsi publik terhadap program India yang dulunya dianggap “kampungan” menjadi tayangan kekinian yang juga disukai masyarakat kelas atas. Bahkan di tahun ini, ANTV semakin menunjukkan eksistensinya sebagai televisi nomor satu di tanah air melalui tayangan Pesbukers dan sinetron Jodoh Pengantar Jenazah, yang ternyata juga disukai kalangan upper class (meski posisinya sempat tergeser pada bulan April – Mei 2017 oleh SCTV melalui sinetron baru produksi Sinemart dan juga Indosiar melalui beberapa tayangan serial India yang pernah ditayangkan kakaknya plus beberapa program in-house produksi IEP).

Sukses menjadikan ANTV sebagai televisi trendsetter bagi pemirsa Indonesia, Otis membuat fenomena mengejutkan dengan melakukan rejuvenasi terhadap tvOne yang notabenene merupakan televisi berita nomor satu per 15 April 2017, di mana pola programmingtvOne selama periode 2014 hingga 2016 hanya bermain di program berita dan olahraga plus religi (porsi berita sangat mendominasi). Bagi Otis, pencapaian tvOne sebagai televisi berita teratas di tanah air masih terasa kurang lengkap jika masih stuck di peringkat 9 atau 10 dari 15 TV nasional (hanya bergantian posisi dengan NET.) ditambah dengan kondisi politik yang tidak stabil dan menimbulkan kejenuhan pemirsa terhadap tayangan informasi politik ataupun banyaknya tuntutan pemirsa ANTV yang belum tertampung di tengah keterbatasan slot, sehingga Otis mencoba melakukan eksperimen dengan memindahkan serial Turki yang pernah sukses ketika ditayangkan oleh ANTV. maupun menayangkan serial baru yang belum sempat ditayangkan oleh kakaknya. 

Selain itu, Otis juga memindahkan program game show Super Family 100 ke layar kaca tvOne (yang juga pernah tayang di ANTV pada tahun 2016), namun untuk proses produksinya tetap dikerjakan oleh kru produksi ANTV di bawah pengawasan Fremantle Media. Sementara untuk mengisi waktu sore hari dan petang, tvOne menghidupkan kembali program olahraga mereka dengan mengambil kembali hak siar Liga 1 dan Liga 2 (sebelumnya bernama ISL dan Divisi Utama) yang ditayangkan langsung hampir setiap hari sebanyak 2 kali (kecuali Selasa hanya 1 kali dikarenakan jadwal Indonesian Lawyers Club), untuk melengkapi One Pride MMA dan Live World Boxing. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun