Mohon tunggu...
Rizoelart
Rizoelart Mohon Tunggu... Seniman

saya seniman dari Cianjur saya terobsesi dengan ekspresi emosional dan kebebasan, namun itu bisa dicapai melalui seni

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika anak anak mengidolakan Karakter fiksi

19 Juli 2025   04:22 Diperbarui: 19 Juli 2025   04:22 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
editing photoshop by Rizoel

Anak anak mengidolakan tokoh fiksi bukan hanya karena hiburan. Mereka melihat sosok sosok itu sebagai panutan, inspirasi, dan cerminan dari keinginan mereka. Di sinilah dunia fiksi menjadi arena awal anak mengenali siapa dirinya, apa yang dia kagumi, dan siapa yang ingin dia jadi di masa depan.

editing photoshop by Rizoel
editing photoshop by Rizoel

 

Saat Imajinasi Menjadi Arah Karakter

Proses meniru tokoh fiksi ini tidak bisa dianggap sepele. Di dalamnya, anak sedang membangun narasi tentang kehidupan: mana yang baik, mana yang jahat, mana yang benar, mana yang salah. Nilai-nilai seperti keberanian, kejujuran, ketekunan, hingga solidaritas mulai terbentuk secara tidak langsung.

Misalnya, anak yang suka karakter Spiderman mungkin mulai belajar arti tanggung jawab. Anak yang suka karakter penyihir yang suka membaca bisa mulai tertarik pada buku. Ini adalah momen di mana imajinasi mulai memberi arah pada masa depan anak.

Apa yang Bisa Dilakukan Orang Tua?

Orang tua tidak perlu langsung khawatir saat anak terlalu terobsesi dengan tokoh fiksi. Justru, ini bisa menjadi pintu masuk untuk memahami dunia batin anak dan membentuk komunikasi yang lebih dekat.

Beberapa hal yang bisa dilakukan:

https://innovativelearningcenter.co.id/wp-content/uploads/2021/01/shutterstock_116496178-1024x683-1200x800-1-1024x683.jpg
https://innovativelearningcenter.co.id/wp-content/uploads/2021/01/shutterstock_116496178-1024x683-1200x800-1-1024x683.jpg
  • Tanyakan alasan anak mengidolakan karakter tersebut. Ini memberi ruang untuk refleksi dan berbagi perasaan.

  • Diskusikan tindakan dan pilihan tokoh itu. Apakah bisa dibenarkan? Apa akibatnya?

  • Bantu anak menghubungkan tokoh idola dengan kehidupan nyata. Misalnya, "Kalau kamu mau sekuat dia, kamu juga  harus rajin  belajar dan olahraga."

Dengan cara ini, anak belajar untuk tidak hanya mengagumi, tetapi juga memaknai dan mengambil inspirasi positif.

baca bisa mulai tertarik pada buku. Ini adalah momen di mana imajinasi mulai memberi arah pada masa depan anak.

https://observer.case.edu/wp-content/uploads/2014/09/Dr-Russ-HC_2SM.jpg
https://observer.case.edu/wp-content/uploads/2014/09/Dr-Russ-HC_2SM.jpg

Dr. Sandra Russ, psikolog anak dari Case Western Reserve University, menyatakan bahwa bermain dan berimajinasi dengan tokoh fiksi justru membantu anak mengembangkan kreativitas, kemampuan sosial, dan regulasi emosi.

https://cdn.kibrispdr.org/data/256/gambar-anak-belajar-di-rumah-1.jpg
https://cdn.kibrispdr.org/data/256/gambar-anak-belajar-di-rumah-1.jpg

Ketika anak mengidolakan karakter fiksi, sebenarnya mereka sedang menyusun versi terbaik dari dirinya sendiri. Mereka belajar bermimpi, berjuang, dan mengenali nilai hidup dari tokoh-tokoh yang mereka kagumi.

Tugas kita sebagai orang dewasa bukan mematikan imajinasi itu, tapi mendampingi dan mengarahkan, agar tokoh idola bukan hanya hadir di layar, tapi juga menginspirasi anak menjadi pahlawan dalam hidupnya sendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun