Mohon tunggu...
Rizky Prabowo Rahino
Rizky Prabowo Rahino Mohon Tunggu... Wiraswasta - Entreprenuer, Stock Enthusiast

Hanya untuk ruang menyalurkan hobi. Sedang belajar menulis apapun di waktu senggang secara santuy, bebas dan ringan. Jika rerkadang mengkritik harap dimaklumi.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Realistis Indonesia Keluar AFF, Masuk EAFF, atau Tetap Bertahan di AFF?

26 Juli 2022   18:17 Diperbarui: 26 Juli 2022   18:48 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rabbani Tasnim Siddiq (kanan) dan rekannya berselebrasi. (Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

Bola panas soal PSSI keluar dari AFF terus menggelinding hingga kini. Isu viral ini panen komentar di dalam negeri maupun luar negeri sejak Minggu 10 Juli 2022 . Desakan netizen +62 dipertimbangkan para petinggi PSSI. PSSI sudah berkomunikasi dengan Federasi Sepakbola Asia Timur, EAFF. Kendati Asosiasi Sepakbola Asia Tenggara, AFF belum merespons nota protes yang dilayangkan PSSI. Apakah isu santer ini benar-benar menjadi kenyataan ?

Kisruh bermula dari kenyataan Timnas U-19 Indonesia gagal lolos ke babak Semifinal AFF U-19 2022.

Di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, Jawa Barat, skor kemenangan telak 5-1 dari Myanmar menjadi sia-sia bagi skuad Garuda Muda.

Pasalnya pada laga penentuan lainnya, Thailand Vs Vietnam berakhir imbang dengan skor 1-1.

Sama-sama mengoleksi 11 poin di klasemen akhir Grup A, Indonesia mau tak mau harus rela Vietnam dan Thailand melaju ke babak selanjutnya.

Hal ini merujuk aturan urutan tie breaker untuk menentukan posisi klasemen akhir fase grup. Yakni, head to head, lantas selisih gol dan produktivitas gol.

Faktanya, Indonesia tak bisa menjebol gawang Thailand maupun Vietnam saat bersua.

4 tim berhak lolos ke Semifinal AFF U-19 2022 diantaranya Thailand, Vietnam, Laos dan Malaysia.

Hasil babak Semifinal, Malaysia menang 3-0 atas Vietnam dan Laos unggul 2-0 atas Thailand.

Pada laga puncak turnamen ini, Malaysia keluar sebagai Juara Final Piala AFF U-19 2022.

Skuad Harimau Malaya menang 2-0 atas laos di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, Jawa Barat, pada Jumat 15 Juli 2022 lalu.

Belum Digubris AFF

Inisiatif PSSI dengan melayangkan nota protes ke AFF terkait dugaan match fixing dalam laga Vietnam vs Thailand di ajang Piala AFF U-19 2022 belum digubris AFF.

Ketua PSSI, Mochamad Iriawan tak menampik hal ini. Namun, ia punya asa agar segera ada jawaban.

"Belum. Saya minta, mungkin minggu ini akan dibalas. Saya minta cepat apa yang mau dijawab sehingga kami tahu apa tanggapan mereka terkait pertandingan Thailand melawan Vietnam di Piala AFF U-19 202," ungkap Mochamad Iriawan dalam launching dan jumpa pers Liga 1 di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Sabtu 23 Juli 2022 seperti dilansir Bolasport.com.

PSSI, kata dia, masih mengkaji rencana keluar dari AFF dan pindah ke EAFF.

Menurut dia, keputusan tidak bisa serta merta dengan cepat. 

Banyak hal yang harus dipertimbangkan walaupun desakan warganet +62 terus muncul.

"Namun, kami berterima kasih kepada netizen, suporter, penggemar timnas, dan semuanya atas kecintaan kepada timnas. Itu atas kecintaan pada saat timnas mengalami satu hal yang tidak pas, maka mereka mengusulkan keluar dari AFF untuk gabung Asia Timur. Jadi, sekali lagi kami harus timbang-timbang dan mengkajinya," tutur dia.

Apakah 20 Menit Terakhir Thailand Vs Vietnam Sepakbola Gajah ?

Kegagalan Timnas U-19 Indonesia lolos Semifinal memantik reaksi masyarakat Indonesia.

20 menit terakhir laga Thailand Vs Vietnam menjadi sasaran netizen +62 - sebutan warga Indonesia di media sosial.

Mayoritas menuding Thailand dan Vietnam bermain mata dan sepakbola gajah.

Sepakbola gajah adalah istilah untuk menggambarkan pertandingan sepakbola yang berlangsung tidak sportif.

Menurut netizen +62, keduanya terlihat bermain tak agresif saat kedudukan menjadi 1-1.

Vietnam dan Thailand sama-sama merasa cukup dengan hasil tersebut agar keduanya lolos.

Sebagai penggemar sepakbola, saya memaklumi protes dan desakan netizen +62 merupakan satu diantara bentuk kecintaan terhadap Timnas Indonesia.

Apakah ini termasuk sepakbola gajah ? 

Jawabannya, bisa iya atau bisa juga tidak.

Tentunya, perlu investigasi mendalam sebagai pembuktian teruji dan handal dari AFF guna menemukan fakta tersirat maupun tersurat.

Hal ini agar isu liar ini tak menjadi fitnah yang menyudutkan skuad sepakbola Thailand dan Vietnam.

Namun, terlepas dari prasangka negatif itu, saya mengajak masyarakat Indonesia untuk tetap berpikiran positif.

Sebagai bangsa yang besar, kita harus menjunjung tinggi sportivitas. Secara legowo, kita harus menerima apapun hasil setelah pertandingan skuad Garuda Muda.

Entah itu menang, kalah atau imbang. Lolos atau tidak, maupun juara atau gagal juara.

Saya pribadi menganggap apa yang diterapkan Thailand dan Vietnam adalah bagian dari taktik, lantaran terjadi saat laga berlangsung.

Kala itu, bermain aman adalah pilihan untuk mengamankan posisi keduanya lolos ke babak selanjutnya.

Adalah hal biasa, jika tim sepakbola mempertahankan hasil yang dianggap sudah realistis.

Saat unggul skor misalnya, ada pemain yang melakukan taktik mengulur waktu seperti berpura-pura cedera, menahan bola dengan lama, memancing emosional pemain lawan agar konsentrasi buyar atau bahkan taktik lainnya.

Kita juga tak jarang menyaksikan laga sepakbola, dimana taktik tim berubah guna mempertahankan hasil.

Sebut saja yang tadinya taktik penyerangan agresif, mendadak berubah jadi taktik pertahanan ketat seperti parkir bus yang diterapkan oleh Jose Maurinho ketika melatih Chelsea.

Sekedar menambah pemahaman kita, dikutip dari berbagai sumber, taktik adalah suatu siasat atau akal yang dirancang dan akan dilaksanakan dalam permainan oleh perorangan, kelompok maupun tim untuk memenangkan suatu pertandingan secara sportif.

Penggunaan taktik dalam sepakbola merupakan suatu usaha mengembangkan kemampuan berpikir, kreativitas, serta improvisasi untuk menentukan altenatif terbaik memecahkan masalah yang dihadapi dalam suatu pertandingan secara efektif, efesien, dan produktif dalam rangka memperoleh hasil yang maksimal yaitu sebuah kemenangan dalam pertandingan.

Sementara itu, strategi adalah suatu siasat atau akal yang dirancang sebelum pertandingan berlangsung dan digunakan oleh pemain maupun pelatih untuk memenangkan pertandingan yang dilaksanakan secara sportif dan sehat.

Strategi mengacu pada gerakan-gerakan yang dibutuhkan dalam pertandingan. 

Kedudukan strategi dalam olahraga memiliki makna sebagai pendukung aspek taktik olahraga.

Jadi, taktik berbeda dengan strategi. Secara sederhana, strategi disiapkan sebelum pertandingan. Taktik dilakukan saat pertandingan dimainkan.

Namun, dalam pelaksanaannya keduanya saling berkaitan serta mendukung untukmencapai tujuan yang sama, yaitu memenangkan pertandingan.

Hal yang lazim, jika taktik dan strategi digunakan dalam permainan, khususnya olahraga.

Sudah, move on aja yuk. Jangan larut dalam kesedihan, kekecewaan dan kekesalan terhadap hasil ini.

Kita anggap saja kegagalan di ajang AFF sebagai rezeki yang tertunda dan pembelajaran untuk terus mengasah performa skuad Shin Tae-yong menuju arah lebih baik lagi pada laga-laga kompetisi selanjutnya.

Anggap juga ini sebagai momentum menanamkan jiwa sportifitas tinggi, khususnya untuk saya pribadi dan kita semua sebagai pendukung setia skuad Garuda Muda yang haus gelar.

Bagaimana Jika Indonesia Masuk EAFF ?

Desakan terhadap Indonesia untuk pindah ke EAFF masih terus bergaung hingga kini.

Jika Indonesia benar-benar pindah dari AFF ke EAFF, tentunya ada plus dan minusnya.

Pindah ke EAFF membuat Indonesia berkesempatan untuk meningkatkan kapabilitas dan level permainan.

Mengingat EAFF dihuni sejumlah negara yang mempunyai tradisi kuat dan pengalaman berkompetisi di kancah regional maupun dunia.

Sebut saja Jepang dan Korea Selatan, keduanya merupakan negara langganan Piala Dunia mewakili EAFF.

Saat ini, EAFF beranggotakan 10 negara. Dari 1o negara, hanya sembilan yang aktif di FIFA, Federasi Sepakbola Internasional.

Minus Kepulauan Mariana Utara yang belum memperoleh izin bergabung ke FIFA.

9 negara anggota EAFF itu diantaranya Jepang, Korea Selatan, China, Korea Utara, Hong Kong, Taiwan, Makau, Mongolia dan Guam.

Berdasarkan data peringkat FIFA per 25 Juli 2022, Indonesia bercokol pada peringkat 155 dunia.

Sementara itu, Jepang menempati peringkat 24, Korea Selatan (28), China (78), Korea Utara (112), Hong Kong (145), Taiwan (157), Makau (182), Mongolia (184) dan Guam (205).

Data ini membuat Indonesia menjadi tim medioker, sebab berada di peringkat enam dari sembilan anggota EAFF.

Mau tidak mau, Indonesia harus menggenjot kualitas permainan sebagai cara membuka peluang untuk juara kompetisi EAFF maupun impian lolos ke Piala Dunia.

Pasalnya, "peluang besar Indonesia untuk berbicara banyak" berdampingan dengan "kecilnya peluang kesuksesan Indonesia" di EAFF, jika tak ada peningkatan performa skuad.

Indonesia wajib memiliki kualitas sebanding atau bahkan melebihi negara dominan EAFF, yakni Jepang, Korea Selatan dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) atau China.

Ketiga negara itu pernah mencicipi Juara EAFF. Korea Selatan terbanyak dengan lima gelar (2003, 2008, 2015, 2017, 2019), China dua gelar (2005, 2010) dan Jepang (2013).

Bagaimana Jika Indonesia Tetap di AFF ?

Berdasarkan ranking FIFA per 25 Juli 2022, Timnas Indonesia menempati peringkat 155 dunia.

Timnas Indonesia berada di bawah Vietnam yang bercokol di posisi 97 dunia, Thailand (111), Filipina (134) dan Malaysia (147). 

Jika dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, Timnas Indonesia menempati peringkat lima dari 11 negara di kawasan Asia Tenggara (di luar Australia).

Menilik peringkat ini, Indonesia masuk kategori menengah alias bukan tim medioker, tanpa menghitung Australia yang tidak aktif di Piala AFF senior.

Adapun 11 negara anggota AFF diantaranya Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapura, Myanmar, Filipina, Laos, Kamboja, Brunei Darussalam, Timor Leste dan Australia.

Bertahan di AFF adalah hal paling realistis untuk Indonesia. 

Bukan hanya soal lokasi astronomis, namun melihat kualitas Indonesia dan peringkat FIFA Indonesia saat ini.

Tak ditampik, poros kekuatan Asia Tenggara bergeser sejak beberapa tahun terakhir.

Jika dahulu Indonesia, Thailand dan Malaysia adalah poros kekuatan AFF.

Kini berubah menjadi poros Vietnam, Thailand dan Malaysia.

Vietnam menjelma menjadi tim kuat di Asia Tenggara dengan kualitas permainan yang berubah total dari sebelumnya.

Vietnam dahulu berbanding 360 derajat dengan Vietnam sekarang.

Jika melihat daftar juara di level AFF Senior, Indonesia belum pernah juara walaupun pernah masuk final sebanyak enam kali.

Adapun rincian juara yakni Thailand 6 titel (1996, 2000, 2002, 2014, 2016, 2020), Singapura 4 titel (1998, 2004, 2007, 2012), Vietnam 2 titel (2008, 2018) dan Malaysia 1 titel (2010).

Di level AFF U-23, satu titel diraih Thailand (2005), Indonesia (2019) dan Vietnam (2022).

Sementara itu di level AFF U-19, 5 titel diraih Thailand (2002, 2009, 2011, 2015, 2017) dan Australia (2006, 2008, 2010, 2016, 2019). 

Lantas, dua titel diraih Myanmar (2003, 2005) dan Malaysia (2018, 2022). 

Satu titel diraih Vietnam (2007), Iran (2021), Indonesia (2013) dan Jepang (2014).

Melihat fakta ini, kita bisa melihat bahwa Indonesia masih perlu pembuktian di level AFF.

Toh, dari hari ke hari, negara-negara AFF termasuk Indonesia terus berbenah dan meningkatkan kualitas permainan skuad sepakbola masing-masing.

Masih ada peluang besar Indonesia untuk menjadi Juara AFF di era Shin Tae-yong atau pelatih selanjutnya untuk mengembalikan posisi Indonesia menjadi poros kekuatan Asia Tenggara.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Apapun nantinya keputusan yang diambil oleh PSSI, saya berharap tidak hanya karena sisi emosional semata dan dugaan ketidakadilan yang sejatinya mesti dibuktikan.

Pertimbangan untung atau rugi harus dikaji mendalam agar tak menjadi bumerang bagi timnas Indonesia pada masa mendatang.

Ingatlah, ada impian rakyat tentang Timnas Sepakbola Indonesia menjadi skuad paling kuat di Asia Tenggara, Benua Asia bahkan dunia.

Jangan sampai ambisi pindah ke EAFF hanya menjadikan Indonesia sebagai tim hiburan dengan angan-angan kosong Juara EAFF dan lolos Piala Dunia.

Fokus saja di AFF. Apakah target menjadi yang terkuat di Asia Tenggara sudah tercapai selama ini ?

Kompasianers, saya belum terlambat untuk beropini kan ? Hehe

(*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun