Bayangkan sebuah kapal sipil kecil bernama Madleen dikepung oleh drone, disemprot zat putih misterius, dilumpuhkan komunikasinya, lalu ditangkap di laut internasional semata-mata karena membawa air dan makanan untuk warga Gaza. Bukan senjata, bukan milisi hanya untuk bantuan kemanusiaan.
Sudah lebih dari 600 hari Gaza terkepung dalam perang yang tak berkesudahan. Selama 11 minggu terakhir, tidak satu butir pun bantuan kemanusiaan berhasil masuk. Di tengah kebuntuan dan keheningan dunia internasional, sekelompok aktivis berani menantang gelombang ketidakpedulian. Mereka berlayar bersama Madleen Flotilla, termasuk Greta Thunberg dan para aktivis iklim, serta beberapa aktor ternama dari serial Game of Thrones. Mereka bukan warga Palestina, tetapi mereka menolak diam. Mereka menolak menjadi penonton dari genosida yang terus berlangsung. Mereka membawa suara, makanan, air, dan keberanian. Namun respons yang mereka terima dari Israel adalah penangkapan dan intimidasi. Kapal Madleen dihentikan secara paksa di perairan internasional, tindakan yang bukan hanya melanggar hukum laut internasional tetapi juga melanggar nurani kemanusiaan.
Apa yang dilakukan para aktivis itu seharusnya menggugah kita, terutama Indonesia. Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, yang selalu menyuarakan solidaritas terhadap Palestina, kini saatnya Indonesia tidak hanya bersuara dalam forum-forum tertutup. Dunia sedang menyaksikan, dan diam berarti menjadi bagian dari ketidakadilan. Ironisnya, sebagian dari kita masih sibuk berdebat soal narasi. Masih takut berkata "Free Palestine" secara terbuka. Masih khawatir di framing atau dibungkam karena membela hak hidup rakyat sipil. Padahal hari ini, keberanian tidak lagi diukur dari siapa yang memegang senjata, tetapi siapa yang berani berpihak kepada yang tertindas.
Indonesia harus bersikap tegas. Kirimkan nota protes diplomatik kepada Israel. Desak pembebasan para aktivis. Tegaskan bahwa Indonesia berdiri di sisi yang benar dalam sejarah. Dunia tidak butuh penonton lagi, melainkan dunia butuh negara-negara yang berani bersuara. Mari buktikan bahwa kita satu umat, satu kiblat, dan satu luka. Jangan diam, dan jangan  biarkan Madleen Flotilla karam dalam sunyi. sudah saatnya  Indonesia bersikap.
Suara-suara kecil dari laut telah menggema lebih lantang daripada pidato para pemimpin dunia. Kini giliran kita Indonesia yang menjawab gema itu. Dengan keberanian, ketegasan, dan tindakan nyata.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI