Di program Magang ini saya belajar banyak mengenai itu. Bahwa seburuk apa pun hari saya, pada waktunya berdiri di depan kelas sepatutnya saya harus berubah menjadi pribadi yang menyenangkan. Melepaskan atribut kesedihan dan kekesalan.
Di setiap pengalaman baru, pasti menyisakan secuil peristiwa yang masih mengikat di pikiran. Entah itu fun incident maupun bad incident, tetap akan sulit dilupakan dalam sekejap. Ada dua poin yang menarik perhatian saya selama Magang ini.
Nostalgia
Sewaktu saya menjejakkan kaki pertama di tempat Magang (sekolah), hal yang pertama kali saya rasakan ialah "WOW". Perasaan yang sama ketika 9 tahun lalu saat berdiri pertama kali di depan gerbang MTS dan SMK tiga tahun kemudian. Selalu senang mengunjungi tempat baru. Itu berarti akan banyak tantangan, rekan, dan pengalaman baru yang akan saya peroleh.
Dahulu sewaktu sekolah, saya selalu tak tertarik mendengarkan pelajaran. Tetapi di sisi lain -- yang bertolak belakang, ada rindu tentang lingkungan sekolah (diakui atau tidak, hampir semua orang merasakan itu). Mau sebandel atau 'segila' apapun, kalau dalam pembicaraan membahas mengenai sekolah pasti akan tertarik membahasnya. Ada banyak cerita yang bisa dikulik dalam ranah sekolahan.
Pada situasi tertentu, lingkungan sekolah menjadi alasan utama seorang siswa untuk semangat bersekolah. Lebih seringnya, saya dahulu juga mengalami itu.
Di satu kejadian, tak mendapat uang saku pun akan tetap berangkat sekolah kalau lingkungan sekolahnya memenuhi kebutuhan kesenangan. Bagi siswa (seperti saya) kesenangan akan diburu, bukan pelajaran. Walau dalam perjalanan ke depan, ada penyesalan mengapa dahulu tidak sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu.
Terlepas dari itu, lingkup sekolah akan menjadi cerita nostalgia yang tak pernah usang bila diceritakan. Bayangkan kalian bereuni dengan teman sekolah, lalu salah satu teman kalian sedikit saja menyentil tentang masa-masa sekolah. Maka, sentilan tersebut akan menjadi cerita bersambung, saling kait mengait, kemudian dibalur dengan gelak tawa. Magnificent.
Melihat para siswa berangkat sekolah, menjadi nostalgia sendiri. Kemajuan yang saya lihat sekarang ialah bahwa sudah sangat jarang melihat ada siswa yang terlambat masuk kelas. Kalau pun ada, mungkin itu hanya satu dua. Salah satu penyebabnya adalah kedisiplinan yang sudah ditanamkan sejak kecil.
Karakter Siswa
Di beberapa kesempatan, saya selalu mengatakan bahwa karakter siswa (MTS) itu menarik. Di satu sisi mereka tidak mau dikatakan seperti seorang bocah tapi di sisi lain tingkah mereka masih menandakan seorang anak-anak. Maklum mereka masih dalam masa peralihan. Lambat laun karakternya akan terbentuk sesuai proses yang dijalani.