Mohon tunggu...
Rizky Hadi
Rizky Hadi Mohon Tunggu... Lainnya - Anak manusia yang biasa saja.

Selalu senang menulis cerita.

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Catatan Akhir Magang

10 November 2021   09:58 Diperbarui: 11 November 2021   01:46 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sini saya akan lebih spesifik membahas karakter siswa kelas VII (menurut observasi saya). Terdapat dua macam sikap yang saya amati. Pertama, golongan siswa yang tertarik dengan pelajaran tapi sulit memulai percakapan. Kedua, golongan siswa yang abai akan pelajaran tapi mudah menyatu ketika ada sebuah percakapan.

Golongan yang pertama sangat jelas, mereka datang ke sekolah dengan niat penuh meraup ilmu. Tujuan mereka jelas dan terarah. Tapi ketika mereka dihadapkan dalam sebuah social dialogue, mereka kesulitan mengembangkan topik. Di luar pelajaran pun, banyak dari mereka yang belum cukup responsif. Ada banyak keraguan yang muncul ketika aktifitas di luar kelas.

Hal yang sangat kontras terjadi pada golongan kedua. Mengenai mereka yang seolah abai terhadap pelajaran, berbanding terbalik dengan situasi social dialogue. Mereka unggul dalam sebuah konteks percakapan non lesson. Bahkan sering sekali siswa model begini memulai percakapan dengan tujuan mengalihkan pembelajaran. Dalam eksperimen uji ketertarikan minat, siswa golongan ini memungkinkan untuk menjangkau lebih banyak bidang ekstra karena mereka lebih menyukai aktifitas outdoor ketimbang indoor.

In different case, jika kedua golongan mereka disatukan, akan menjadi kolaborasi baik dalam percakapan. Hal ini yang membuat menarik. Jika diibaratkan dalam dunia komedi, golongan kedua akan menjadi pengumpan dan golongan pertama akan bertugas menyelesaikan.

Program Magang ini memberikan banyak pembelajaran dan pengalaman. Ada hubungan timbal balik yang terjadi. Dahulu saya menjadi siswa yang diajar oleh guru Magang dari kampus, sekarang saya memainkan peran sebagai guru Magang tersebut. Dahulu saya ramai sendiri ketika ada guru Magang, sekarang kebalikannya. Hal tersebut membuat saya merasa berkaca, "Oh ... mungkin ini yang saya lakukan dahulu ketika duduk di balik meja."

Perlahan peran sebagai pendidik berstatus Magang saya lakoni. Dan tak terasa peran tersebut menemui ujungnya. Saya harus melambaikan tangan dan mengucap perpisahan. Tak terasa waktu pun jatuh. Di awal siang yang terik. Ini baru langkah awal untuk menghadapi barikade ujian dari kampus.

Kata seorang insan kepada insan lain, "Mulai nyaman tapi ujungnya ditinggal."

Begitulah realitanya. Program dari kampus yang rata-rata hanya berusia satu hingga dua bulan mendukung kalimat tersebut. Kami seolah diajarkan bahwa tidak boleh merasa nyaman hanya dalam satu tempat saja. Kampus seolah memberitahu bahwa kami harus terus bergerak di dalam situasi apapun.

Sebagai penutup, kalau boleh saya mengutip kalimat seorang bijak, "Sebagus apapun perpisahan, kata berpisah akan selalu menyedihkan."

***

*Terimakasih keluarga besar MTS PSM Tanen yang telah memberikan kesempatan, kepercayaan, dan pengalaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun