Mohon tunggu...
Rizky Andira
Rizky Andira Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Stay humble and classy.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mencerdaskan Generasi Muda Indonesia dengan Literasi Media Massa

20 Januari 2021   11:24 Diperbarui: 20 Januari 2021   12:03 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh karena itu, literasi media massa sangat bermanfaat untuk menghindari dampak-dampak tersebut. Media literasi merupakan gerakan penting dalam rangka mengendalikan kepentingan dan pengaruh media massa dalam pendidikan, kehidupan individu, keluarga dan masyarakat serta membantu kita merancang tindakan dalam menangani pengaruh tersebut. Dalam kata lain, literasi media ini membantu individu menjadi melek media. 

KONDISI LITERASI SAAT INI 

Keadaan literasi tergambarkan belum mencapai tujuan yang diharapkan, ini dinyatakan oleh Toto Supriayatno dalam Temu INOVASI pada 26 Juli 2018 yang dimuat dalam Kompas edisi 26/07/2018. Ia mengemukakan bahwa budaya membaca dan literasi masyarakat Indonesia masih tergolong rendah, "jika dalam literasi membaca dan menulis saja masih rendah, bagaimana dengan literasi dalam penguasaan teknologi informasi dan komunikasi?". Pernyataan tersebut juga didukung dengan data UNESCO yang mengakumulasikan minat baca masyarakat Indonesia hanya sebesar 0,001%. 

Dan angka tersebut tidaklah seimbang dengan angka melek huruf, dimana berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS, pada 2019 buta aksara turun 0,15 persen menjadi 1,78 persen. Sementara pada 2018, masyarakat buta aksara sebesar 1,93 persen. "Tahun 2018, total buta aksara di Indonesia 1,93 persen, lebih dari 98 persen penduduk negeri ini sudah melek huruf. Pun, dari segi penilaian infrastruktur untuk mendukung proses membaca, peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa. Berdasarkan komponen infrastruktur Indonesia berada di urutan 34 di atas Jerman, Portugal, Selandia Baru dan Korea Selatan. Kenyataan itu, menunjukkan bahwa Indonesia masih sangat minim dalam memanfaatkan infrastruktur yang tersedia.

Berbagai upaya coba dilakukan oleh pemerintah guna meningkatkan semangat generasi literasi, diantaranya ialah Gerakan Literasi Nasional, Gerakan Literasi Sekolah dan program lainnya yang diselenggarakan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) dan Kemendikbud dengan tujuan meningkatkan budaya literasi saat ini. Program yang dipilih pemerintah untuk peningkatan generasi literasi saat ini adalah dengan diterapkannya Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang mulai dilaksanakan pada tahun pelajaran 2016- 2017. 

Gerakan Literasi Sekolah ini dilakukan dalam bentuk kegiatan membaca buku dalam rentang waktu tertentu yang telah disepakati. Pemerintah menganjurkan membaca selama 15 menit, namun dalam prakteknya bisa lebih dari waktu yang dianjurkan tersebut.  Kemudian, dalam acara Temu INOVASI di Jakarta (Kompas, 26/7/2018). Mark Heyward, Direktur Program INOVASI (Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia) Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kemendikbud menyiapkan Peta Literasi Nasional dalam rangka menyukseskan Gerakan Literasi Nasional (GLN). ia mengatakan bahwa sekolah wajib membelanjakan anggaran BOS untuk menyediakan paling sedikit 5 buku baru dengan 5 judul berbeda setiap tahun. Hal ini bertujuan memperluas kesempatan anak untuk membaca buku. 

Tidak hanya berhenti di situ, pemerintah turut mengupayakan infrastruktur penunjang yang memadai. Diantaranya seperti penambahan jumlah layanan perpustakaan keliling, dan inovasi aplikasi Ipusnas. Kemudahan akses perpustakaan nasional (Ipusnas) ini juga mengubah sudut pandang kita dan mengukuhkan bahwa konsep revolusi industri 4.0 terbukti telah menjadi bagian penting dalam kehidupan kita termasuk dalam mendukung aktivitas kita meraup informasi pengetahuan.

Sebagai generasi yang peduli, kita harus menyadari bahwa era globalisasi telah membawa perubahan besar di berbagai segi kehidupan manusia. Perkembangan informasi dan teknologi yang sangat pesat menuntut setiap negara untuk beradaptasi dan meningkatkan kompetensi sumber daya manusianya. 

Di dalam negara kita sendiri, berbagai akselerasi untuk mengatasi ketertinggalan masyarakat telah dilakukan oleh pemerintah. Untuk mengatasi ketertinggalan masyarakat Indonesia, hal yang paling penting dalam menghadapi transformasi budaya media massa di era globalisasi adalah peningkatan literasi masyarakat. Sebagian tugas untuk menciptakan kondisi yang mendukung, daya literasi generasi terkini juga harus dapat menangkap/menyerap sisi positif hadirnya media massa. Sama halnya dengan peranan media massa yang telah menjadi wahana belajar publik, maka dengan demikian media massa harus menjadi praktik baik dalam menyampaikan informasi dan wawasan sehingga dapat menjadi acuan serta bahan belajar masyarakat.

REFERENSI:

Effendy, Onong Uchjana. (2008). Dinamika Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun