Mohon tunggu...
Rizky Febrinna S.Pd
Rizky Febrinna S.Pd Mohon Tunggu... Guru - Love Your Sweet Life

Write all about life, believe in your heart...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Akhir Penantian

30 November 2020   04:24 Diperbarui: 30 November 2020   05:02 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi ini aku harus ke pasar membeli bahan-bahan dapur karena siang ini ibu mertuaku datang dari kampung. Sebenarnya dengan kegiatanku yang full di kantor aku tidak bisa wara-wiri di dapur seperti IRT pada umumnya. Karena awal nikah Mas Erwin sudah mengizinkanku untuk bekerja. Kebetulan belum punya anak juga. Begitu kata beliau. Namun khusus hari ini aku izin telat ke kantor dan untungnya bos ku mengizinkan. Kasihan juga nanti ibu datang tidak ada makanan sama sekali. 

***

"Assalamualaikum, Dela." Terdengar suara di ruang depan. Bergegas aku menyambut ibu.

"Waalaikumsalam ibu, gimana kabarnya?" Aku persilahkan ibu duduk dan kami ngobrol karena sudah 2 tahun kami baru berjumpa lagi. 

"Ibu tu kefikiran dengan Erwin dan kamu. Kemarin bapak kamu nyuruh ibu ngunjungin kamu, katanya kenapa belum ada kabar calon cucu buat kami."

Duh ternyata ini penyebab ibu tiba-tiba datang. Ibu diam menunggu jawaban dari mulutku.

Sebenarnya ada sesuatu yang ibu dan bapak tidak tahu antara aku dan mas Erwin. Gimana aku mau hamil, mas erwin jarang di rumah. Di rumah pun hanya sekedar numpang makan tidur mandi. Setelah itu kerja lagi. Jarang dia ngobrol atau sekedar duduk berdua denganku. Namun aku tak pernah cerita kepada orang tuanya karena aku tidak mau jadi beban mereka yang hanya akan membuat mereka sakit nantinya.

"Iya bu, belum dikasih Allah, ibu doain kami ya. Kebetulan Dela harus ke kantor lagi. Dela udah masak, di kulkas ada cemilan juga bu. Maaf Dela berangkat dulu ya. Assalamualaikum." Aku harus segera berangkat dan membawa rasa bersalah karena harus ninggalin ibu sendiri.

Aku menulis WA untuk mas erwin.

"Mas, ibu udah di rumah. Aku udah masak juga tapi ibu nanya kenapa kita belum punya anak. Aku bingung jawab apa. Aku terpaksa berangkat dulu. Aku izin kerja mas. Assalamualaikum."

Langsung centang biru. Namun tak dibalas. Itu hal biasa bagiku. Mas Erwin jarang membalas pesanku. Dan aku tahu jawabannya. Dia tidak pernah cinta denganku. Dia terpaksa menikah denganku agar bapaknya bisa lebih lama bertahan hidup karena bapaknya sudah berjanji dari sebelum kami berdua lahir bahwa kedua orang tua kami sudah saling menjodohkan aku dan mas Erwin. Entah takdir hidup membuatku terus melangkah hingga ke rumah tangga yang seperti ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun