Mohon tunggu...
Rizkiyah Gustiana Najiullah
Rizkiyah Gustiana Najiullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Jakarta Prodi KPI 1A

Menulis sama dengan mengabadikan Ilmu:)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Maaf, Aku Tidak Menunggumu

14 Oktober 2022   16:44 Diperbarui: 14 Oktober 2022   16:51 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pemuda tampan berpenampilan rapi dengan wibawanya menyampaikan materi dengan begitu baik di acara seminar yang aku hadiri ini. Para hadirin di gedung itu sangat fokus dengan apa yang disampaikan oleh pemuda tersebut. Aku pun sangat kagum dengan caranya menyampaikan materi dengan sangat baik.

  Saat sepanjang acara seminar tadi saya seperti tidak asing dengan mukanya, seperti pernah melihat sebelumnya. Saat saya keluar dari gedung tersebut tiba-tiba ada yang memanggil saya, "Assalamu'alaikum, Shanum"

  Siapa yang memanggil, saya merasa di seminar ini tidak mengenal siapapun, tapi aku tetap menjawabnya karena itu wajib.

"Wa'alaikummsalam, maaf ada perlu apa ya?", Saat melihat siapa yang menyapa tadi aku sempat terkejut karena dia pemateri di depan tadi. 

"Tidak ingat aku ya?" Kata nya.

Aku bingung dia ini siapa, tapi setelah itu dia menyebutkan namanya "Muhammad Husain Abdad, num"

Astagfirullah, ternyata dia. Seketika aku teringat masa-masa 7 tahun lalu kembali. Saat dia menyatakan perasaannya sewaktu acara wisuda di pesantren. Waktu itu aku sedang berpelukan bersama teman-teman perempuanku dan dia datang memanggil, "Shanum, bisa ikut sebentar tidak?, ada yang mau aku bicarakan". katanya begitu

 Aku melihat teman-teman ku dan mereka menganggukan kepala seraya berkata "tidak apa-apa, mungkin saja penting " kata teman-temanku.

  Akhirnya aku ikut dengannya ke luar gedung acara tadi, aku langsung saja menanyakan maksudnya apa mengajakku ke luar gedung acara. " Shanum, kamu tau bukan jika sejak lama aku mengagumimu bahkan maaf, sesekali aku memandangimu dengan terang-terangan, aku menyukaimu tetapi setelah ini aku akan melanjutkan pendidikan ku ke Turki, aku harap kamu bersedia menunggu ku" aku tak tau harus bicara apa dan hanya diam, ia lanjut mengatakan " Tetapi, jika saat aku masih belum bisa menemui kedua orang tuamu dan ada laki-laki lain juga lebih baik dariku yang melamarmu tidak apa-apa terima saja" aku ingat sekali dia mengatakan itu dengan senyuman tapi, matanya mengatakan bahwa dia juga takut jika itu terjadi.

"Hai, Shanum!"

Aku tersentak, dan segera menoleh ke arahnya seraya tersenyum, dan mengatakan "Maaf Husain, jika kau ingin bertanya perihal pertanyaan 7 tahun lalu, maka jawabannya, sudah ada laki-laki yang melamar ku bulan lalu, dan kami akan menikah 2 bulan lagi".Aku sebenarnya tak enak hati menyampaikan itu, tapi menurutku lebih baik dia tau dari aku dari pada dari orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun