Mohon tunggu...
Rizki Saputra
Rizki Saputra Mohon Tunggu... Guru - Nagan Raya, Nanggroe Aceh Darussalam

Rizki Saputra: Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Arab yang menyukai kisah-kisah serta buku-buku klasik yang bersumber dari negeri Timur.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Antara Peluang dan Impian

20 Maret 2020   22:23 Diperbarui: 20 Maret 2020   22:38 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
peluang dan harapan

Sebut saja namanya Gibran (karna penikmat karya Khalil Gibran), dia merupakan mahasiswa semester akhir di salah satu perguruan tinggi. Usianya kala itu dua puluh satu tahun dan dia adalah anak tunggal, untuk remeja se-umurannya tidak ada yang spesial tentangnya.

Dia bukan anak pintar, apalagi populer. Dia hanya kenal teman-teman yang satu ruangan dengannya dan beberapa teman lainnya, tapi jumlahnya sangat sedikit dibandingkan remaja pada umumnya.

Nilainya juga tidak bagus-bagus banget, kecuali beberapa mata kuliah yang masih dalam ruang lingkup filsafat dan sastra karena memang ia menyukai filsafat dan sastra.

Dari semester pertama perkuliahannya sampai semester lima, ia lebih suka duduk di kantin sambil menikmati segelas kopi dan rokok, mengobrol ringan dengan teman-teman sejurusan yang seangkatan dengannya, dan sesekali membahas materi perkuliahan bersama teman-temannya. 

Sebenarnya sejak kecil dia terbilang anak yang pendiam dan pemalu, tapi tidak pendiam dan pemalu banget juga. Normal-normal saja, tapi sungguh sifat pendiam dan pemalu inilah yang membuatnya berbeda dari remaja kebanyakan.

Perkuliahannya dari semester satu sampai semester lima berlalu seperti mahasiswa lain pada umumnya, masuk ruangan, persentasi makalah, diskusi, mengeluarkan argumen, mengikuti ujian tengah dan akhir semester, serta menunggu keluarnya nilai.

Keinginannya juga seperti keinginan kebanyakan mahasiswa, yaitu ingin mendapatkan nilai yang memuaskan atau cumloade yang nantinya akan digunakan untuk mendapatkan beasiswa prestasi akadamik. Sampai dengan semester lima, tidak ada yang spesial tentangnya.

Di awal semester enam, ia mendapat informasi tentang suatu yayasan pendidikan khusus agama (pondok pesantren) dari teman-temannya. Sampai lupa... Paragraf pengantar tidak menyebutkan jurusan yang dia pilih di kampus tersebut. Gibran memilih jurusan Pendidikan Bahasa Arab, karena dia lulusan sekolah Islam Terpadu.

Ia berfikir, kalau ia sampai masuk ke pondok pesantren tersebut, ia akan bisa belajar lebih maksimal sambil mengajar, mengingat mata kuliahnya sangat selaras dengan pelajaran-pelajaran yang dikaji di pondok pesantren tersebut.

Dengan pertimbangan tersebut ditambah dengan saran teman-teman lelakinya, ia memutuskan untuk masuk ke sana. Setelah bergabung ke pesantren tersebut, hari-harinya berlalu seperti yang ia fikirkan sebelumnya.

Suatu hari di pertengahan perkuliahan semester enam, dimana para mahasiswa mulai giat untuk menyelesaikan perkuliahan dengan harapan bisa menyelesaikan perkuliahan tingkat strata satu secepat mungkin atau tepat waktu agar bisa mulai meniti karier atau melanjutkan program studi ke jenjang strata dua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun