Mohon tunggu...
Rizki Muhammad Iqbal
Rizki Muhammad Iqbal Mohon Tunggu... Penulis - Suka makan ikan tongkol

Hari ini adalah besok pada hari kemarin

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Apakah Aneth Memang Sudah Gila?

8 Oktober 2021   19:19 Diperbarui: 8 Oktober 2021   19:43 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: dream.co.id logo

"Terserah itu bukan jawaban." ucapnya ketus.

"Ya sudah. Aku mau soto ayam saja."

"Okay. Berarti aku yang soto sapi."

Mendengar itu, aku memang sudah biasa. Namun mengapa dia tidak ingin menyamakan sotonya denganku? Persetan! Lagi pula, tidak sama-sama makan soto ayam juga bukan berarti dia tidak mencintaiku. Namun terkadang ingin rasanya aku menuntut kemesraan dari dirinya, meskipun hanya sekadar menyamakan jenis soto.

"Kau sering merasa nggak kalau apa yang kita lakukan di kehidupan ini tidak memiliki sesuatu tujuan apa pun?"

Sudah kuduga dia akan memulainya lagi. "Enggak. Aku punya tujuan, yaitu menyelesaikan kuliah, mencari kerja, punya penghasilan sendiri, lalu membeli apa saja yang aku inginkan." ucapku dengan semangat.

Dia tertawa lepas. "Lantas, setelah kau mencapai semua itu, apa tujuanmu selanjutnya?"

"Ya menikmati hidup saja."

"Menikmati hidup dengan bekerja sepenuh waktu dan menikmati waktu luangmu dengan melayani hasrat kebendaanmu itu?" aku diam saja. Dia melanjutkan, "Mendengar jawabanmu itu, aku merasa bahwa kau akan menua sebagai mesin. Bukan saja mesin pekerja, namun juga mesin hasrat yang selalu ingin memuaskan keinginanmu yang tidak ada juntrungannya itu."

Aku diam saja. Persetan dengan perkataannya. Aku hanya ingin berdua dengannya sambil memakan soto di pinggiran kota, bercanda, sekaligus membicarakan hal-hal yang remeh-temeh; tanpa harus berbicara mengenai hal-hal yang hanya akan membuat pening di kepala. Menurutku, dia jarang sekali menanyakan keseharianku. Jarang sekali menanyakan aku sedang di mana selama seharian penuh. Tidak pernah menyinggung persoalan yang menyangkut asmara. Bukankah asmara juga bagian dari tujuan kehidupan itu sendiri?

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun