Hallo Kompasianers, kembali dengan saya yang kali ini akan bercerita tentang pengalaman membuat sebuah produk hingga pemasarannya. Untuk mengikuti cerita keseruan kami, yuks simak sebuah artikel yang sudah saya tulis ini!!
1.Motivasi
Kegiatan Kuliah Terpadu di Desa Jambuwer menjadi kesempatan berharga bagi kelompok “Thrice Nice Merchandise” untuk mengeksplorasi kreativitas dan mengasah keterampilan wirausaha. Kami sangat antusias ketika mendengar kabar bahwa kegiatan ini akan menjadi ajang bagi mahasiswa untuk mengekspresikan ide-ide kreatif melalui pembuatan produk, sekaligus mengasah jiwa bisnis. Kegiatan ini bukan sekadar praktik lapangan biasa, tetapi juga wadah bagi mahasiswa untuk mempraktikkan secara langsung bagaimana sebuah ide dapat diwujudkan menjadi produk nyata yang memiliki nilai jual dan makna edukatif.
Awalnya, kami merasa tertantang ketika diminta membuat produk yang memiliki unsur sastra untuk kemudian dipamerkan. Ada rasa canggung dan bingung, karena kami harus memikirkan konsep yang bukan hanya menarik tetapi juga relevan dengan tema yang diusung. Namun, rasa penasaran dan semangat untuk berinovasi membuat kami bangkit. Kami melihat ini sebagai peluang untuk belajar dan berkembang, bukan hanya dalam aspek wirausaha, tetapi juga dalam menghargai proses kreatif di balik sebuah produk.
Ekspektasi kami terhadap kegiatan ini cukup tinggi. Kami berharap dapat belajar bagaimana sebuah ide bisa dikembangkan menjadi produk yang layak jual. Lebih dari itu, kami ingin memahami bagaimana proses pemasaran, strategi promosi, dan menghadapi konsumen secara langsung. Kami juga berharap dapat melihat reaksi masyarakat terhadap produk kami, sehingga dapat menjadi evaluasi untuk pengembangan di masa depan.
2.Cerita di Balik Produk
Konsep utama produk kami berawal dari kecintaan terhadap dunia sastra. Kami merasa bahwa sastra bukan hanya sekadar tulisan, tetapi juga merupakan cerminan budaya, nilai, dan inspirasi yang dapat menyentuh banyak orang. Dari sinilah muncul ide untuk mengemas sastra dalam bentuk merchandise yang bisa digunakan sehari-hari. Kami berdiskusi panjang untuk mencari produk yang tidak hanya bermanfaat, tetapi juga mampu membawa pesan sastra secara halus dan elegan.
Setelah melalui brainstorming, kami sepakat untuk membuat tiga jenis produk utama: Totebag Merchandise Sastra, Gantungan Kunci Custom, dan Pulpen Custom. Totebag kami rancang menggunakan bahan kanvas yang kuat dan tahan lama, dihiasi dengan kutipan-kutipan inspiratif dari karya sastra. Ini menjadi media ekspresi yang tidak hanya modis, tetapi juga mengedukasi. Gantungan kunci kami desain dengan sentuhan personal berupa inisial penulis terkenal atau simbol literasi. Sementara pulpen custom kami buat dengan ukiran kata-kata singkat yang memotivasi, sehingga setiap kali orang menggunakannya, mereka diingatkan pada kekuatan kata-kata.
Makna produk ini bagi kami sangat dalam. Selain menjadi media untuk mengekspresikan kecintaan pada sastra, produk ini juga menjadi jembatan antara kami dan masyarakat untuk sama-sama mengapresiasi karya sastra. Dengan mengusung tema sastra, kami ingin produk ini bukan hanya bermanfaat secara fungsional, tetapi juga menjadi pemantik diskusi tentang literasi di tengah masyarakat. Produk ini pun menjadi sarana kami untuk belajar memadukan kreativitas, keterampilan, dan nilai edukasi dalam satu paket yang menarik.
Proses pembuatan produk tentu tidak selalu mulus. Tantangan pertama adalah menentukan desain yang sesuai dengan tema sastra, namun tetap memiliki nilai jual. Kami harus berulang kali berdiskusi untuk memadukan elemen sastra ke dalam desain visual produk. Tantangan lain adalah waktu yang terbatas, mengingat kegiatan kuliah terpadu ini hanya berlangsung selama tiga hari. Kami harus memanfaatkan waktu secara efektif agar produksi berjalan lancar. Namun, dengan kerja sama tim yang solid, kami berhasil menyelesaikan produk tepat waktu.
3.Strategi Pemasaran yang Dicoba
Untuk memasarkan produk kami, strategi pertama yang kami lakukan adalah memanfaatkan media sosial. Kami membuat poster digital yang menampilkan produk-produk kami lengkap dengan harga, deskripsi, dan keunggulannya. Poster ini kami bagikan melalui WhatsApp dan Instagram, terutama di kalangan mahasiswa dan warga sekitar agar mereka tahu bahwa kami akan membuka stand di Desa Jambuwer.
Selain itu, kami juga memanfaatkan promosi langsung dengan membuka stand di wisata edukasi Jowaran. Dengan izin kepala desa, kami mendirikan booth yang menarik, dihias dengan ornamen bertema sastra. Kami menampilkan produk-produk secara rapi agar pengunjung dapat melihat langsung kualitas produk kami. Kami juga menyediakan penjelasan singkat tentang filosofi produk dan nilai sastra yang kami angkat, sehingga pengunjung tidak hanya membeli produk tetapi juga memahami maknanya.
Strategi pemasaran ini cukup efektif. Kami melihat antusiasme pengunjung yang datang ke stand kami, banyak dari mereka tertarik setelah membaca poster atau mendengar penjelasan kami tentang produk. Bahkan beberapa pengunjung memberikan pujian atas desain yang unik dan makna yang terkandung dalam produk. Ini menjadi bukti bahwa strategi kami dalam memadukan media online dan offline berjalan dengan baik. Penjualan produk pun cukup menggembirakan, dengan banyak produk yang laku terjual kepada mahasiswa, warga sekitar, dan wisatawan yang datang.
4.Suasana dan Pengalaman di Hari Pameran
Suasana pameran di Desa Jambuwer sungguh berkesan. Wisata edukasi Jowaran menjadi tempat yang strategis untuk menggelar acara ini, karena banyak wisatawan dan warga lokal yang berkunjung. Booth-booth mahasiswa yang berjejer menampilkan produk-produk unik menciptakan suasana yang meriah. Ada keragaman produk mulai dari makanan tradisional, kerajinan tangan, hingga produk edukatif seperti merchandise sastra yang kami buat.
Reaksi pengunjung terhadap produk kami sangat positif. Mereka mengapresiasi desain totebag yang memuat kutipan sastra, serta gantungan kunci dan pulpen custom yang menurut mereka sangat kreatif dan bermakna. Beberapa pengunjung bahkan tertarik membeli produk kami sebagai hadiah untuk teman atau keluarga, karena mereka merasa produk kami unik dan memiliki nilai edukasi.
Kami cukup beruntung karena berhasil menjual cukup banyak produk, terutama totebag dan pulpen custom. Pembeli berasal dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa, warga lokal, hingga wisatawan. Proses transaksinya cukup sederhana, kami melayani langsung di stand dan menerima pembayaran secara tunai. Respons positif dari pengunjung menjadi dorongan besar bagi kami untuk terus mengembangkan produk ini ke depannya.
Momen paling berkesan bagi kami selama pameran adalah ketika melihat pengunjung tersenyum puas setelah membeli produk kami. Bahkan ada seorang pengunjung yang mengucapkan terima kasih karena produk kami membuatnya merasa lebih dekat dengan dunia sastra. Hal ini menjadi bukti bahwa apa yang kami lakukan tidak sia-sia, dan produk kami benar-benar memiliki nilai bagi orang lain.
5.Refleksi dan Pembelajaran
Dari pengalaman ini, kami belajar bahwa dunia usaha tidak hanya soal menghasilkan produk, tetapi juga soal bagaimana memahami kebutuhan pasar dan bagaimana cara memasarkan produk dengan baik. Kami menyadari pentingnya branding, komunikasi dengan konsumen, serta membangun kepercayaan melalui kualitas produk. Selain itu, kami belajar bahwa kreativitas dan inovasi adalah kunci dalam memenangkan persaingan pasar.
Kegiatan ini juga membuat kami semakin tertarik untuk menekuni dunia wirausaha. Rasanya menyenangkan melihat ide yang awalnya hanya konsep di atas kertas berubah menjadi produk nyata yang bisa dinikmati orang lain. Ini membuat kami berpikir untuk terus mengembangkan usaha di bidang merchandise sastra, bahkan mungkin ke produk-produk kreatif lainnya.
Namun, kegiatan ini juga membuka mata kami tentang tantangan di dunia bisnis. Mulai dari keterbatasan waktu, pengelolaan sumber daya manusia, hingga manajemen produksi. Kami menyadari bahwa membangun bisnis tidak semudah yang dibayangkan. Tantangan seperti modal, distribusi, dan menjaga kualitas produk adalah hal-hal yang harus dipikirkan secara matang jika ingin usaha ini berkembang.
Sebagai mahasiswa, pengalaman ini memperkaya cara pandang kami dalam melihat keterkaitan antara teori yang kami pelajari di kampus dengan praktik di lapangan. Kami belajar bagaimana konsep pemasaran, manajemen produksi, dan inovasi diterapkan dalam konteks nyata. Ini menjadi modal penting bagi kami untuk menghadapi dunia kerja maupun untuk memulai usaha sendiri di masa depan.
6.Harapan dan Rencana ke Depan
Setelah pengalaman berharga ini, kami tentu tidak ingin berhenti di sini. Kami berencana untuk mengembangkan produk ini lebih lanjut, baik dari segi desain maupun variasi produk. Kami ingin menambah koleksi merchandise dengan item baru seperti notebook bertema sastra atau mug dengan kutipan-kutipan inspiratif. Kami juga berencana memanfaatkan media sosial secara lebih intens untuk memasarkan produk ke pasar yang lebih luas.
Dalam hal kewirausahaan, kami semakin termotivasi untuk terus belajar dan mencoba hal-hal baru. Kami ingin memanfaatkan pengalaman ini sebagai batu loncatan untuk memulai usaha di bidang kreatif yang sesuai dengan passion kami. Selain itu, kami juga ingin berkontribusi dalam kegiatan pengabdian masyarakat, misalnya dengan mengadakan workshop tentang literasi dan kreativitas bagi anak-anak dan remaja di desa-desa.
Untuk teman-teman mahasiswa yang belum berani memulai usaha, pesan kami adalah: jangan takut untuk mencoba! Memulai usaha memang tidak mudah, tetapi dengan kerja keras, kreativitas, dan keberanian untuk menghadapi tantangan, kita bisa belajar banyak hal yang tidak akan kita dapatkan di bangku kuliah saja. Percayalah bahwa setiap langkah kecil yang kita ambil hari ini akan menjadi pondasi bagi kesuksesan di masa depan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI