Kelima, perubahan kepribadian anak pun turut terdampak dalam era pasca-kebenaran ini. Peranannya bisa menjadi negatif maupun positif, karena anak sadar bahwa dirinya tidak terpengaruh secara negatif oleh perkembangan teknologi dan media, maka mereka akan mengembangkan kepribadian yang positif. Di sisi lain, ketika anak mulai terpengaruh oleh perkembangan zaman yang disertai gaya hidup modern, akan memiliki kepribadian yang negatif, seperti malas dan hanya fokus pada aktivitas online.
Indonesia saat ini dibanjiri dengan penipuan dan berita palsu, yang akhirnya memecah belah seluruh masyarakat sehingga menimbulkan kecurigaan dan ketidakpercayaan terhadap hal-hal tertentu. Generasi saat ini tidak akan tumbuh dalam kegelapan dan terang berita apa pun bisa dengan cepat masuk ke dalam kehidupan sehari-hari tanpa tahu benar atau salah. Semua dengan cepat ditelan oleh manusia. Lantas, jika dalam beberapa tahu ke depan semuanya hanya tentang kebohongan, apa yang akan terjadi? Kemudian, bagaimana cara mengatasi keniscayaan era post-truth ini? Tidak ada cara lain selain meningkatkan literasi pada masyarakat.Â
Menurut ketentuan konstitusi, kemampuan untuk memanfaatkan potensi seseorang dengan lebih baik merupakan salah satu solusi yang paling layak, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Literasi tidak terbatas pada menulis di atas kertas atau hanya membaca buku. Literasi sangat fleksibel dan bisa diterapkan di mana saja, termasuk sosial media terutama di era Revolusi Industri 4.0. kemampuan membaca dan menulis akan memungkinkan setiap orang untuk berpikir kritis, tidak mudah bingung dengan hal-hal yang abstrak, serta bertanggung jawab atas tulisan dan sharingnya di media sosial.