Mohon tunggu...
Riza Hariati
Riza Hariati Mohon Tunggu... Konsultan - Information addict

SAYA GOLPUT!!!! Tulisan yang saya upload akan selalu saya edit ulang atau hapus tergantung mood. Jadi like dan comment at your own risk. You've been warned!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Media Sosial Merusak Citra Hijabers

5 Juli 2020   03:52 Diperbarui: 5 Juli 2020   04:48 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedang untuk hijabers, begitu keras dimasa itu tekanan kepada hijabers, sampai hampir tidak ada wanita muslim yang berani memakai hijab. Karena hijab menggambarkan fanatisme. Hampir tidak ada hijabers di sekolah-sekolah, institusi pemerintah, militer dan juga hampir tidak ada hijabers bekerja di perusahaan swasta milik keturunan Tionghoa.

Hijabers rata-rata orang menengah kebawah. Miskin. Disingkirkan dan direndahkan. Kecuali mungkin hijabers di Sumatera Barat yang punya jalur perdagangan. Ingat Aceh saat itu ada masalah, dan Sumatera Barat sangat diperlukan oleh Pemerintahan Soeharto.

Di awal saya mengenakan hijab saat SMA, lebih dari 25 tahun yang lalu, almarhum orang tua saya, bahkan ibu saya, seorang muslim yang taat, merasa sangat khawatir. Takut pada masa depan saya, takut saya akan sulit mendapatkan pekerjaan. Takut bahwa saya akan diserang oleh orang-orang yang tidak suka pada hijabers.

Saya terlalu lugu pada saat itu, menganggap enteng. Tidak memahami konsekuesi nyata dari pilihan saya. Bahkan sekarang kalau dipikir-pikir, saya tidak tahu apakah saya akan memilih berhijab saat itu, kalau saya sungguh-sungguh memahami apa yang sebenarnya terjadi pada hijabers.

Orangtua saya menerbangkan kami sekeluarga dari Lampung ke Jakarta untuk menemui datuk saya (ayah dari bapak saya), seorang petinggi agama level dusun, untuk memasukkan logika kedalam kepala saya. Datuk saya dulu melarikan diri dari dusunnya, karena menolak untuk terlibat dalam pemberontakan PRRI. Dia saksi nyata pada apa yang terjadi pada kaum 'pemberontak' ini. Dia bisa mengatakan apa yang terjadi pada hijabers.

Tapi ketika itu Datuk saya tidak mengatakan apa-apa. Dia melihat mata saya, dan tahu bahwa saya sudah berketetapan hati. Dia hanya mengatakan, "Orang berjilbab tidak hanya bisa jadi guru madrasah. Tidak apa-apa." Lalu melanjutkan berbicara pada Bapak dalam bahasa suku saya, Rejang, yang sama sekali tidak saya mengerti.


Entah apa yang dikatakannya, tapi Bapak saya menjadi tenang. Bahkan bangga pada diri saya.

Tapi kemudian yang terjadi memang kurang menyenangkan, saya mengalami cukup banyak tekanan baik dari dalam keluarga besar maupun dari lingkungan sekolah. Saya menjadi agak depresi tapi jaman dulu, bahkan orang tua saya yang keduanya dokter, tidak mengerti apa depresi itu.

Teman-teman saya bersikap berbeda dari sebelum saya memakai hijab. Guru SMA yang menyukai saya, kini menatap saya terheran-heran. Bahkan saya ditaruh di ranking terakhir, setelah sebelumnya saya berada di ranking pertama di kelas sebelumnya. Ini agak membaik setelah saya bisa lebih bersikap santai di kelas 3. BTW, saya satu-satunya dari kelas di ranking terakhir itu yang lulus dari UNPAD sekaligus ITB, just saying.

Ironisnya, banyak dari orang yang menekan dan menyindir saya, sekarang mengenakan hijab. Dan menjadi kelihatan lebih alim ketimbang saya.

Setelah tahun 98 adalah masa terparah buat saya hijabers. Saya teringat pada banyak orang Tionghoa, baik yang merupakan korban langsung dari kerusuhan maupun membaca di media tentang betapa kejamnya penjarahan dan pemerkosaan yang terjadi, bahkan menolak untuk berbicara pada saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun