Mohon tunggu...
Riza Hariati
Riza Hariati Mohon Tunggu... Konsultan - Information addict

SAYA GOLPUT!!!! Tulisan yang saya upload akan selalu saya edit ulang atau hapus tergantung mood. Jadi like dan comment at your own risk. You've been warned!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Media Sosial Merusak Citra Hijabers

5 Juli 2020   03:52 Diperbarui: 5 Juli 2020   04:48 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya bisa katakan bahwa dalam kehidupan nyata, ini adalah hal yang sangat sulit terjadi. Karena berdasarkan pengalaman saya, seorang berhijab, akan langsung ditempel oleh seorang security. Bahkan masuk minimarket saya langsung ditempel.

Saya membawa mobil saat berbelanja, terlihat saat parkir didepan minimarket itu. Tapi image hijabers pencuri yang disebar di media sosial sudah berurat akar diotak mereka.

Saya jadi teringat pertama kali saya berbelanja di supermaket terbesar dikota saya, tidak kurang dari 10 security mengawasi saya, kemana pun saya berbelok, ada security menghadang, bersikap seolah tidak sengaja. Tapi saya bukan orang dungu dan saya menyimpan semuanya dalam ingatan saya.

Kejadian seperti ini berkurang saat saya terus terang bertanya : "Bapak mengikuti saya, ya?" Sang petugas security menggeleng malu-malu lalu berlalu. Lalu pada saat itu, untuk pertama kalinya saya memperhatikan kamera pengawas di yang ada di langit-langit.

Mereka tidak berhenti, bahkan baru saja saya kemarin ditempel oleh seorang security, karena saya terlalu lama berhenti didepan rak sabun batangan. Saya lama berhenti disana karena saya tidak terbiasa memakai sabun batangan, tidak tahu mana yang baik. Saya sedang ingin mencoba suatu trik yang saya lihat di Instagram untuk alis saya.

Dia awalnya mengintip, tapi karena kesal, sengaja saya berlama-lama berdiri didepan rak sabun yang harga perbatangnya paling mahal hanya Rp.20.000 saja sementara kereta belanja saya setengah penuh dengan barang-barang yang bernominal hampir Rp.2.000.000. Dan tidak ada orang yang mengantri membeli sabun. Ini masa COVID, supermarket sepi.


Dia terus berdiri dibelakang saya, menunggui saya memilih sabun. Sampai akhirnya saya tatap dia dengan garang, langsung dimatanya, sambil melirik tag namanya. Dia terlihat gugup, lalu berlalu. Saya masih berdiri beberapa saat didepan rak sabun dengan perasaan sakit hati. Lalu akhirnya saya meneruskan belanja.

Bagaimana citra hijabers bisa jadi begitu rusak dimata mereka, sampai harus diawasi dengan begitu ketat dan memalukan? Apakah menjadi hijabers begitu rendah?

Kita bisa kembali JAUUH kemasa orde baru. Dimana propaganda Komunis & Islam Radikal VS Republik Indonesia begitu gencar. Propaganda yang begitu kuat, yang digunakan untuk mengendalikan rakyat.

Kita tahu penderitaan mereka yang dituduh sebagai pro Komunis, tidak perlu saya jelaskan lagi. Disemua media sudah disebutkan berulang kali. Mereka memiliki media TV dan cetak, untuk menjelaskan penderitaan mereka. Kita sudah mengerti.

Tapi mereka yang dituduh Islam Radikal juga menyedihkan. Jika golongan tertentu bisa berbisnis, Islam radikal menjadi orang-orang tersingkir, tidak punya bisnis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun