Epictetus (50-135 M) - Filsuf Stoik Yunani
Epictetus, filsuf Stoa Yunani, mengajarkan sebuah prinsip fundamental: kebahagiaan bukanlah hasil dari keadaan eksternal, melainkan dari disiplin pikiran.
Prinsip ini sangat berguna saat menghadapi kekecewaan, seperti kasus seorang karyawan yang gagal mendapatkan promosi jabatan yang diharapkan.
- Reaksi Umum : Karyawan mungkin akan merasa kecewa, iri, menyalahkan atasan, atau kehilangan semangat kerja - semua dalah reaksi emosiona; yang tidak produktif.
- Reaksi Stoa (Menurut Epictetus) : Karyawan memilih untuk berpikir positif dan rasional, menyatakan "Saya memang tidak bisa mengendalikan keputusan atasan, tetapi saya bisa mengendalikan cara saya bekerja dan memperbaiki diri."
Dengan menerima apa yang tidak bisa diubah dan berfokus pada yang bisa diubah, kita dapat menerima kehidupan dengan lapang dada dan tetap berpikir positif.
Epictetus menyimpulkan:
"No man is free who is not master of himself.)
(Tidak ada manusia yang benar-benar bebas kecuali ia mampu menguasai dirinya sendiri.)
Friedrich Nietzsche (1844-1900)
1. Pengertian "The Will to Power"
Salah satu gagasan utama dalam pemikiran Friedrich Nietzsche adalah konsep yang disebut "The Will to Power (Der Wille zur Macht). Namun, ide ini tidak hanya dimaknai sebagai keinginan untuk menguasai secara politik atau fisik. The Will to Power merujuk pada dorongan mendasar dalam diri makhluk hidup untuk bertumbuh, mencipta, dan mempertahankan keberadaannya.