1. Fortuna (Nasib /Hal-hal yang tidak dapat kita kendalikan)
Fortuna mencakup segala sesuatu yang datang dari luar diri, seperti cuaca, opini orang lain, penyakit, atau kematian. Semua hal ini bersifat tidak pasti dan berada di luar kendali manusia, sehingga yang terbaik adalah menerimanya dengan tenang.
2. Virtue (Kebajikan / Hal-hal yang dapat kita kendalikan)
Virtue berkaitan dengan hal-hal yang sepenuhnya berada dibawah kendali kita - seperti pikiran, sikap, reaksi, dan tindakan moral. Menurut Marcus Aurelius, disinilah letak kekuatan dan kebahagiaan sejati manusia.
Melalui Askesis, seseorang belajar untuk fokus para Virtue dan menerima Fortuna dengan lapang dada, sehingga hidup menjadi lebih damai dan seimbang.
Contoh kasus: Penerapan dalam kehidupan
Kisah seorang pegawai yang bekerja keras namun gagal mendapatkan promosi karena keputusan atasan yang memihak orang lain adalah contoh nyata benturan antara harapan dan realita. Dalam filsafat STOA, situasi ini mengajarkan tentang pemisahan antara Fortuna (Nasib) dan Virtue (Kebajikan).
Penerapan Stoikisme mendorong kita untuk tidak larut dalam amarah atau kekecewaan atas hal yang tak bisa diubah (Fortuna). Alih-alih, fokus diarahkan pada komitmen untuk terus berbuat yang terbaik (Virtue). Inilah yang disebut askesis yaitu kesadaran dan pengendalian diri. Dengan mempraktikkannya, seseorang bisa tetap tenang, bermartabat, dan tidak kehilangan arah batin di tengah ketidakpastian hidup.
Seperti kata Marcus Aurelius:
"Waste no more time arguing what a good man should be. Be one."
(Jangan buang waktu berdebat tentang seperti apa orang baik itu. Jadilah orang baik.)
Kemampuan Membedakan antara Emosi dan Sensasi