Pada Chapter 12 ini menggaris bawahi betapa pentingnya kolaborasi dengan pelanggan dalam bisnis baru yaitu melibatkan pelanggan dalam pengembangan layanan. Dalam konteks BPJS Ketenagakerjaan ide-ide ini dapat diterapkan melalui diskusi komunitas, survei kepuasan karyawan, atau kerja sama dengan kelompok pekerja informal. Dengan melibatkan peserta dalam desain ulang layanan BPJS tidak hanya memperbaiki sistem internal tetapi juga memberi masyarakat rasa kepemilikan program. Karena peserta merasa menjadi bagian dari pembangunan sistem bukan sekadar objek layanan hal ini meningkatkan loyalitas mereka (Bessant & Tidd, 2015).
Pada Slide 3, membicarakan konsep venturing internal dan inovasi perusahaan yang mencakup lebih dari sekadar pengembangan produk. Ini menunjukkan bagaimana membangun layanan sosial seperti BPJS Ketenagakerjaan secara strategis. Untuk meningkatkan kesetiaan peserta sektor informal BPJS harus mempertimbangkan peningkatan kualitas layanan sebagai suatu venture internal. Inovasi ini bertujuan untuk membuat sistem layanan yang lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang rentan dan kurang terlayani. Institusi pelayanan publik seperti BPJS juga harus memiliki lingkungan bisnis yang mendorong inovasi lebih radikal. Lingkungan ini harus mendukung inisiatif seperti layanan digital mobile, pembentukan agen komunitas (PERISAI), dan respons cepat terhadap klaim, sehingga meningkatkan persepsi kualitas layanan dan meningkatkan kepercayaan peserta sektor informal.
Pada Slide 7, menyoroti berbagai atribut venture baru bisnis inti seperti signifikansi, risiko, ketidakpastian, dan kebaruan. Pendekatan venture ini dapat digunakan dalam BPJS Ketenagakerjaan untuk membuat berbagai program pelayanan khusus untuk pekerja informal yang memiliki kebutuhan khusus dan risiko sosial yang tinggi. Loyalitas peserta dapat dibangun lebih kuat melalui pengalaman positif yang berkelanjutan jika BPJS mampu mengatasi masalah ini dengan memberikan layanan yang adaptif dan proaktif.
Dalam Slide 11, memberikan penjelasan tentang pengelolaan corporate venture dengan menggunakan pendekatan opportunistic, enabling, advocacy, dan producer. Metode ini dapat digunakan untuk mengelola inovasi layanan BPJS. Salah satu contohnya adalah peran PERISAI sebagai perwakilan untuk memberikan pendidikan dan menumbuhkan kepercayaan peserta. Namun aplikasi digital dapat bertindak sebagai pengaktif yang memudahkan akses. Dengan menggabungkan metode ini sistem pelayanan yang komprehensif dapat dibangun yang akan meningkatkan loyalitas peserta dari berbagai latar belakang. Untuk mengetahui seberapa efektif inisiatif seperti PERISAI, layanan keliling, dan kampanye edukasi dalam BPJS penting untuk melakukan evaluasi. Dengan pengetahuan ini strategi pelayanan dapat ditingkatkan secara bertahap untuk menghasilkan pengalaman yang lebih positif dan memuaskan bagi peserta, yang pada akhirnya akan meningkatkan loyalitas peserta.
Strategi venturing mendorong organisasi untuk mengambil risiko dalam skala yang terkendali. Selama ini BPJS sering bersifat birokratis dan tidak fleksibel saat menghadapi masalah di lapangan. Secara terbatas menggunakan unit ventura untuk mencoba pola layanan baru akan memberikan ruang untuk eksperimen dan mengumpulkan data dan evaluasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas layanan secara keseluruhan yang pada akhirnya akan meningkatkan loyalitas peserta. Dalam chapter 13 ini keberhasilan venturing sangat bergantung pada kerja sama antar bagian dalam organisasi dan partisipasi pihak eksternal. Untuk BPJS Ketenagakerjaan ini berarti bekerja sama dengan platform digital lokal, asosiasi komunitas, dan koperasi pekerja. Dengan bekerja sama organisasi dapat memperluas layanan ke sektor informal dengan pendekatan yang lebih berbasis nilai sosial dan kepercayaan sekaligus mengurangi jarak antara peserta dan institusi.
Selain itu venturing perusahaan memungkinkan organisasi untuk belajar dengan cepat karena mereka dapat menggunakan umpan balik langsung dari lapangan untuk menyesuaikan layanan. Ini menghasilkan siklus perbaikan layanan yang berlangsung secara konsisten. Ketika BPJS mampu menunjukkan bahwa mereka terus belajar dan memperbaiki diri dari pengalaman peserta loyalitas akan bertahan lama dan meningkat melalui rekomendasi sosial dan persepsi positif di masyarakat. Dengan menerapkan prinsip-prinsip corporate venturing yang dijelaskan dalam chapter 13 ini BPJS Ketenagakerjaan memiliki peluang untuk meningkatkan kualitas layanan dan menjadi institusi jaminan sosial yang inovatif, adaptif, dan inklusif. Ini akan meningkatkan kesetiaan peserta dari sektor informal yang selama ini menjadi kendala besar dalam memperluas kepesertaan BPJS.
Dalam chapter 13, menunjukkan betapa pentingnya pemimpin untuk membawa misi organisasi ke segmen pasar baru. Dengan menunjuk koordinator layanan atau agen PERISAI sebagai pemimpin venture di wilayahnya masing-masing dan BPJS Ketenagakerjaan dapat menggunakan strategi ini. Mereka tidak hanya melakukan tugas teknis tetapi mereka juga bertanggung jawab secara strategis sebagai pembawa nilai dan inovasi dalam layanan. Kualitas layanan akan meningkat secara signifikan dan peserta dari sektor informal akan lebih merasa dihargai dan terlibat ketika pemimpin menemukan masalah lokal dan menemukan solusi inovatif.
Pengembangan talenta dalam perusahaan juga penting untuk membuat layanan yang adaptif. Dalam chapter 13 ini, menekankan bahwa venturing berfungsi sebagai ladang latihan bagi bakat yang akan datang. Dalam BPJS ini berarti bahwa karyawan yang terlibat dalam proyek inovatif atau pelayanan langsung ke sektor informal akan memiliki pengalaman empiris yang jauh lebih besar dalam memahami kebutuhan peserta. Ini membantu membangun budaya pelayanan prima di mana kualitas layanan bergantung pada kemampuan dan sensitivitas pribadi pemberi layanan serta sistem.
Venture yang berhasil seringkali menjadi model untuk diikuti di bidang lain. Jika BPJS berhasil mengembangkan model pelayanan khusus untuk sektor informal dengan menggunakan pendekatan venturing seperti pendaftaran berbasis komunitas, layanan keliling, atau loket layanan di pasar tradisional mereka dapat memperluas model tersebut ke wilayah lain yang memiliki kebutuhan yang sama. Penyebaran layanan berkualitas tinggi akan dipercepat dengan metode ini yang pada akhirnya akan meningkatkan loyalitas peserta secara nasional. Oleh karena itu venturing perusahaan bukan hanya memperkuat organisasi secara internal, tetapi juga memperluas jangkauan pelayanan dengan cara yang lebih terarah dan adaptif (Bessant & Tidd, 2015).
Pada Slide 4, menggambarkan delapan komponen utama keberhasilan bisnis baru diantaranya  manajemen rantai nilai, cakupan pasar, usia bisnis, ukuran tim pendiri, dan hak paten. Dalam konteks BPJS Ketenagakerjaan sektor informal kualitas layanan terkait langsung dengan manajemen rantai nilai dan cakupan pasar. Manajemen rantai nilai menentukan seberapa puas dan setia peserta informal dengan program layanan yang transparan, responsif, dan efektif dalam menjangkau peserta informal dapat meningkatkan persepsi dan keterikatan peserta.
Dalam Slide 8, membahas pendanaan untuk mendukung pertumbuhan dalam beberapa tahap. Walaupun BPJS bukan organisasi berbasis keuntungan fase perkembangan yang disebutkan di atas masih relevan karena upaya untuk meningkatkan layanan seperti digitalisasi atau untuk mengembangkan produk seperti jaminan sosial untuk pekerja lepas tetap membutuhkan dukungan keuangan yang berkelanjutan. Kualitas layanan dapat dipengaruhi oleh keterbatasan ini yang pada akhirnya dapat mengurangi kesetiaan pekerja di sektor informal.