Aku tak pernah tahu kemana diriku terbawa.
Jakarta ternyata.
Aku tak pernah duga dengan siapa diriku tersapa.
Kau rupanya.
Juga aku tak pernah sangka kenangan apa yang paling menyisa disana.
Tentangmu, kukira.
Ini bukan tentang romantisasi Jakarta.
Tanpa diromantisasi sekalipun, kota ini sudah layak rasanya.
Yang kita lakukan dahulu hanya sederhana.
Menjahit manis, menangkis pahit.
Membuat setiap sudut kota menyimpan kenangan usang sepasang asing.
Memupuk segala rindu di setiap taman kota agar kelak dapat kita petik tatkala dunia terlampau pelik.
Dan tentu saja, membingkai senja untuk dapat kita rangkai dalam pigura sekali pakai.
Terima kasih untuk perjumpaan singkat yang tak dapat dihilangkan dari ingat.
Sejak saat itu, kota ini tak pernah sama lagi.
Karena Jakarta tanpamu, hanya kota sibuk tanpa kenangan berarti.