Mohon tunggu...
Riva SeviAryani
Riva SeviAryani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Intinya saya mahasiswi :)

A student of geography which almost lost his sense of insanity.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Budaya Nongkrong di Kafe Bagi Remaja di Era Sekarang

9 Desember 2021   13:29 Diperbarui: 9 Desember 2021   13:42 862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Riva Sevi Aryani1, Dr. Nasruddin, M. Sc.2

1Mahasiswa Program Studi Geografi, FISIP-ULM

2 Dosen Program Studi Geografi, FISIP-ULM

Tumpukan kafe yang berada nyaris ada di setiap pinggiran jalan sudah menjadi santap mata remaja di era sekarang ini. Eksistensi kafe ini menimbulkan budaya baru di kalangan remaja yang di sebut dengan “budaya nongkrong”. Budaya yang di gandrungi remaja ini biasanya di lakukan di kafe dengan berbagai alasan contohnya untuk terlihat keren dan tidak ketinggalan jaman atau sekedar memenuhi keinginan berkumpul dan menghabiskan waktu bersama teman sebaya. Keberadaan kafe yang merebak di segala tempat ini, khususnya di kawasan kota-kota besar, mengakibatkan para remaja banyak meluangkan waktu untuk nongkrong bersama teman-temannya bahkan hingga larut malam. Hadirnya kafe sebagai alternatif tempat berkumpul anak muda menjadikan timbulnya banyak stereotip kepada anak muda jaman sekarang, seperti di pandang sebagai pribadi konsumtif dan boros.

Pemilihan kafe untuk nongkrong juga di lihat melalui beberapa unsur tetapi kafe yang memiliki nilai estetika dan instagramable selalu berhasil menarik perhatian mata remaja. Harga tiap makana atau minuman yang di sajikan tidak menjadi penghalang untuk remaja-remaja ini berkumpul dan menghabiskan waktu. Kegiatan nongkrong ini di sebut-sebut sebagai pelarian dari banyaknya tugas dan pelepas stres ataupun lelah. Dengan berkumpul bersama dan menghabiskan waktu sekedar bertukar cerita, bermain game online, dan di temani secangkir kopi serta cemilan, lelah dan stres yang ada di dalam diri remaja terlepas begitu saja.

Nongkrong juga sering di jadikan tempat untuk unjuk jati diri dan mencari pengakuan dari sesama remaja kalau mereka kekinian dan bebas, dapat menghabiskan waktu kapanpun mereka mau. Gengsi juga ikut menjadi alasan seringnya remaja nongkrong bersama teman-temannya. Sehingga banyak orang enggan menganggap nongkrong sebagai tempat berbagi cerita, sharing, atau melepas penat/stres. Waktu yang di habiskan juga cendrung berlebihan sehingga kurangnya waktu yang diluangkan bersama keluarga. Julukan “anak tongkrongan”pun sangkut kepada remaja yang sering menghabiskan banyak waktu untuk nongkrong. Julukan ini menimbulkan banyak tafsiran dari masyarakat. Beberapa menganggap bahwa anak tongkrongan adalah sekumpulan remaja yang humble dan mudah bergaul, namun banyak orang tua beranggapan bahwa anak tongkrongan adalah kumpulan anak remaja pengangguran dan suka membuang-buang waktu.

Padahal budaya nongkrong sendiri bisa menjadi sarana bertukar pikiran, berdikusi, atau tempat menertawakan kondisi diri ataupun negri, bahkan topik-topik ringan yang timbul di kehidupan juga bisa menjadi bahan pembicaraan dalam sebuah tongkrongan. Pembicaraan ini dapat memancing jiwa idealisme, berbagi ide unik, sarana pelepas beban, melatih public speaking, dan mengembangkan skill sosialisasi remaja, sehingga hasil pemikiran para remaja yang hobi nongkrong ini  dapat mendobrak stigma-stigma negatif di masyarakat. Menjadikan budaya nongkrong bukan hanya sekedar kegiatan buang-buang waktu tapi juga arena berbagi cerita, pikiran, bahkan ide, karena menurut kami, tempat nongrkong merupakan institusi sosial yang paling jujur di muka bumi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun