Mbok Yem begitulah para pendaki memanggilnya, beliau hanya turun gunung sewaktu hari raya idul fitri atau keadaan mendesak lainnya. Kalau bahan baku yang beliau jual habis biasanya anaknyalah yang membawakan dagangannya itu dari bawah. Lawu sendiri yang termasuk dalam The Seven Summits of Indonesia memang terkenal dengan kesakralan ataupun pusat kegiatan spiritual, hal ini sangat di percayai di tanah Jawa, sehingga tak jarang banyak ditemui sesaji, bunga melati ataupun dupa, sehingga ketika kita kesana harus menjaga setiap perbuatan maupun perkataan baik yang tertulis maupun tidak tertulis.Â
Konon katanya burung jalak menjadi penuntun langkah kita ketika berada disana agar kita tidak tersesat, sedangkan kupu-kupu hitam dengan bulatan biru merupakan pertanda bahwa Gunung Lawu menerima kedatangan kita, dan bagi pendaki yang tidak menaati aturan maka akan tertimpa musibah.
Gunung merupakan salah satu tempat untuk kita merelaxkan diri kita, dengan alam yang ada di dalamnya membuat kita menjadi tenang dan nyaman, sekalipun perlu perjuangan untuk mendakinya, tapi kita akan mendapat keindahan dibaliknya, puncak bukalah tujuan utama melainkan adalah bonus dari perjuangan kita.Â
Mengapa aku harus pergi? Karena aku harus memiliki cara pandang maupun pengalaman baru dalam hidupku, hidup mungkin hanya sebentar namun terlalu singkat jika hanya untuk numpang makan dan minum. Sehingga ketika aku pulang kembali ke tempatku semula pengalamanku bertambah dan lebih baik dari sebelum aku melanglang. Dari situlah aku tertantang memberanikan diriku mengali hal baru sembari menikamati karya Sang Kuasa yang sayang jika terlewatkan. Itulah alasan mengapa aku harus pergi.