Laki-laki bernama Bams Conoras ini sudah mengenalmusik dari lahir, karena papanya juga seorang pemusik era 90-an, Mansyur A Conoras. Bagi laki-laki kelahiran tahun 1991 ini, kampung halamannya dahulu adalah sebuah negara yang di dalamnya ada Kesultanan Tidore yang menguasai hampir Indonesia Timur dengan nama persatuan Uli Siwa yang kemudian bergabung dengan Indonesia.
Baca Juga: Apa Itu Fast Fashion? Waspada Dampak Buruknya!
Di kampung halamannya, Bams melihat bahwa semua serba tradisional, baik dari tutur bahasa, pola bagunan, busana yang sama dengan orang Persia, cara mengolah makanan, hingga dalam bercocok tanam masyarakatnya masih menggunakan mantra-mantra nyayian. Begitu pula dalam bermusik, baik modern maupun tradisional, tradisi dan budaya terselip disana. Oleh sebab itu, Presiden Tidore memiliki cita-cita dan keinginan untuk melestarikan tradisi dan budaya Maluku Utara lewat musik yang dia cintai, hip-hop.
Menurut laki-laki yang mempelajari ilmu pemerintahan saat kuliah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini, budaya sangat lekat sekali dengan orang-orang Tidore, dia tidak ingin budaya atau sejarah itu hilang. Hal itu menjadikan inspirasinya dalam bermusik. Itulah sebabnya dia membuat lagu untuk menyelamatkan cerita dan sejarah lokal. Dan mengenalkannya kepada masyarakat luas, tak hanya di Maluku Utara, tak hanya di Indonesia, tapi hingga ke luar negeri.
"Karena tidak semua orang suka membaca buku, tapi semua orang pasti senang mendengar musik, makanya saya memilih musik sebagai jalur penyampaian pengetahuan, yaitu hip-hop," ucapnya.
Baca Juga: Hati-Hati! Kecanduan Gadget pada Anak Ternyata Bisa Bikin Stunting
Beberapa lagunya yang mengangkat tentang sejarah dan budaya seperti Hikayat Moloku Kie Raha, yang bercerita tentang proses orang Maluku Utara terbentuk dalam sistem sosial dan terciptanya Kesultanan Moloku Kie Raha, Kesultanan Tidore, Kesultana Jailolo, Kesultanan Bacan, dan Kesultanan Ternate.
Kemudian ada pula lagu Makrifat Cokaiba, sebuah lagu yang unik karena bercerita mengenai Bangsa Fagogoru (orang-orang Halmahera Timur dan Tengah) bagaimana mereka mencintai nabi Muhammad begitu besar walaupun belum berjumpa. Cokaiba sendiri adalah sebuah topeng spritual yang dipakai dalam proses perang karena saking besarnya proses intimadasi ke musuh menjadi sangat menakutkan.
Lalu ada lagu Boki Nukila Vs Colonial. Boki Nukila adalah pemimpin perempuan pertama di Nusatana tahun 1522. Boki Nukila Vs Colonial bercerita mengenai sepak terjang beliau tahun 1522 dalam menegakkan kebenaran dan menjaga wilayah yang dia pimpin.
Baca Juga: Ini 4 Superhero Lokal yang Jadi Idola Zaman Dulu
Bukan hanya lewat karya musiknya Presiden Tidore mengenalkan dan melestarikan tradisi Maluku Utara, gaya berpakaiannya juga tidak lepas dari pakaian tradisional Tidore dan tenun, seperti jas tertutup Manteren Lamo, atasan belah dada, hingga kain tenun yang dia padukan dengan style khas hip-hop.