Artinya, untuk memulihkan kepercayaan publik, pemerintah tak cukup hanya memberi klarifikasi. Perlu strategi komunikasi yang konsisten, terbuka, dan empatik agar masyarakat mau memproses informasi secara rasional --- bukan emosional.
Transparansi Adalah Nutrisi Kepercayaan
Krisis seperti ini seharusnya menjadi momen reflektif. Kepercayaan publik tidak bisa dibeli dengan slogan, melainkan dibangun lewat transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi masyarakat. Audit terbuka, pelibatan lembaga independen, dan komunikasi dua arah akan jauh lebih bermakna daripada sekadar konferensi pers. Negara wajib hadir, tetapi rakyat juga perlu diajak untuk percaya dengan alasan, bukan percaya karena diminta.
Penutup: Niat Baik Tak Boleh Berhenti di Pintu Dapur
Program Makan Bergizi Gratis tetaplah gagasan yang patut dipertahankan. Namun niat baik saja tidak cukup jika tidak diiringi dengan pengawasan tepat, manajemen distribusi yang cermat, dan standar higienitas yang ketat.
Sebagai warga, saya tidak ingin berhenti pada rasa curiga. Saya ingin tetap percaya bahwa kebijakan sosial bisa berjalan dengan selamat dan bermartabat --- asalkan semua pihak mau belajar, terbuka, dan bertanggung jawab. Karena pada akhirnya, yang paling bergizi bagi bangsa ini bukan sekadar makanan, melainkan kepercayaan yang tumbuh dari kejujuran.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI