Mohon tunggu...
Risman Senjaya
Risman Senjaya Mohon Tunggu... Lainnya - Writer Wannabe

Writer wannabe. Hobi fotografi dan musik. Peminat novel Tere Liye dan Ika Natassa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gadis yang Sedang Tak Ingin Jatuh Cinta

1 Desember 2020   11:23 Diperbarui: 1 Desember 2020   11:52 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Oh, mau tau nama Gue. Kirain ngga butuh. Hmmm..., Gue bakal kasih tau nama Gue dengan satu syarat yang mudah dan menyenangkan." Aku tahu Vania penasaran walau tampang juteknya berusaha menutupi itu semua.

"Apa syaratnya? Harus menang tanding one on one lawan Lo? Ayo, siapa takut!" tantang Vania.

"Bukan.... Syaratnya Lo mau nge-date sama gue akhir pekan ini. Bagaimana?" tawarku.

"Ih, ngga banget! Jangan ngarep, Lo. Ya udah, Gue ngga jadi pengen tahu siapa nama Lo," ujar Vania ketus dan membuang muka. Aku tersenyum melihat reaksi Vania yang terlihat kesal sekali.

"Gue tinggal di tower Emerald unit 107. Lo tinggal dimana?" tanyaku membuka diri. Vania tak menjawab.

"Gue bekerja di Bank Berdikari sebagai staff funding. Nomor telepon Gue 0817XXXXXX," kataku lagi. Vania masih tak peduli dan tetap memasang ekspresi kesal. Tak mengapa karena Aku berada diatas angin.

Senja perlahan turun dengan syahdu. Vania lalu berdiri dan melepas ikat rambutnya. Ia kemudian merapihkan lalu mengikat kembali rambut hitam panjangnya. Adegan yang juga memperlihatkan lehernya yang jenjang dan tengkuknya yang ditumbuhi rambut halus. Entah mengapa wanita dimataku selalu terlihat seksi saat mengikat rambut. Tanpa sadar aku menelan ludah menahan pikiran kotorku. Hey, aku lelaki normal.

Vania lalu bangkit meninggalkan lapangan basket apartemen Dream City. Sebelumnya  ia menatapku selama beberapa detik. Tatapannya seolah berkata: hanya begini saja?

"Hei, boleh Gue antar sampai lobby?" tanyaku sambil bangkit. Langkah Vania terhenti, lalu ia menoleh dan menatapku datar. Tak ada afirmasi namun tak jua ada negasi. Vania lalu kembali melangkahkan kakinya. Aku setengah berlari mengejarnya.  Kini aku berjalan berdampingan dengannya.

Sepanjang jalan menuju apartemennya, kami hanya diam. Jujur aku tertarik padanya, hanya saja Aku bingung kenapa ia galak sekali padaku. Dia memperlakukanku seolah Aku ini bajingan, bedebah atau sejenisnya. Padahal Aku lelaki baik-baik. Percayalah!

Langkah kami terhenti di depan sebuah bangunan tinggi. Ternyata ia tinggal di tower Diamond. Di apartemen ini ada empat tower: Emerald, Diamod, Rubi, dan Pearl. Aku tak tahu Vania tinggal di unit berapa, tapi paling tidak Aku tahu di tower mana dia tinggal.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun