Mohon tunggu...
Risman Senjaya
Risman Senjaya Mohon Tunggu... Lainnya - Writer Wannabe

Writer wannabe. Hobi fotografi dan musik. Peminat novel Tere Liye dan Ika Natassa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Deja Vu Pengangguran

19 November 2020   14:13 Diperbarui: 19 November 2020   17:53 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Dul, kalo Lo punya duit satu milyar, mau Lo beliin apa?" tanya Mamat dengan logat Betawinya sambil mencomot pisang goreng dan melahapnya. Pisang goreng warung Mpok Lela memang nikmat disantap selagi hangat. 

"Gue bakal beli rumah sama mobil. Bosen Gue tinggal di rumah papan, pinggir kali pula. Terus mobilnya bisa Gue pake jalan-jalan sama anak bini Gue," jawab Adul setelah menyeruput kopi tubruk kentalnya.

Mamat hanya manggut-manggut mendengar jawaban Adul. Jawaban standard, mungkin itu yang dipikirannya. Pandangan pekerja serabutan itu lalu beralih ke arah Reno yang sedari tadi sibuk dengan gawainya.

"Kalo Lo gimana, No?"

"Gimana apanya, Bang?" Reno tak menyimak pembicaraan mereka rupanya.


"Kalo Lo punya duit satu milyar, mau Lo beliin apa?"

"Oh.... Gue bakal kasih semua duitnya buat bang Mamat sama bang Adul," jawab Reno santai tanpa mengalihkan pandangan dari gawai.

"Lho, langsung habis dong? Buat Lo mana?" Mamat terkejut dengan jawaban Reno barusan. Ia sampai menghentikan aktifitasnya melahap pisang goreng.

"Buat Gue, Bang? Yaa gampang lah. Gue tinggal mengkhayal lagi. Ini kita sedang berkhayal kan?" Jawaban Reno disambut tawa oleh Mamat dan Adul. Bahkan Adul sampai tersedak. Entah mereka tertawa karena berpikir jawaban Reno itu bodoh atau sadar jawaban mereka yang bodoh.

Rasanya seperti deja vu bagi Reno. Saban ke tempat ini, Reno selalu terjebak dalam pembahasan yang tidak memiliki signifikasi. Politik, ekonomi, agama, olahraga, selebritis, dan lain-lain dibahas tanpa argumentasi valid. Asal bunyi khas warung kopi. Namun Reno terpaksa harus sarapan disini, karena hanya Mpok Lela yang membolehkannya kasbon.

Reno berhenti meruntuki dirinya saat Midah, mengantarkan pesanannya. Gadis cantik anak mpok Lela itu meletakkan mie instan rebus dan segelas teh manis hangat dihadapan Reno. Ia lalu duduk di samping Reno, dengan jarak yang sangat dekat. Sesuatu yang membuat Adul dan Mamat cemburu.

"Masih belum dapat pekerjaan, Kak?" tanya Midah. Mata gadis usia awal dua puluh itu berbinar menatap Reno yang sedang mengaduk mie instan. Sesaat Reno memandang wajah Midah yang setali tiga uang dengan artis sinetron Faradilla Yoshi.

"Iya, ini masih cari-cari lowongan kerja di internet. Midah ngga kuliah daring?" tanya Reno sambil menghirup kuah mie rebus yang masih mengepul.

"Lagi males kuliah, Kak. Banyak tugas pula, bikin pusing," jawab Midah sambil merengut.

"Kamu ngga boleh begitu, Midah. Kalau ada kesulitan dalam tugas kuliah, Kakak siap bantu. Katanya mau jadi GM. Mana ada GM pemalas macam ini," goda Reno yang disambut cubitan oleh Midah. Reno terkekeh sambil meringis.

"Ya udah, Midah ke dalam dulu, mau kuliah," ujar Midah sambil bersungut dan berlalu meninggalkan Reno.

"Bye, Ibu GM yang sadis." Reno menggoda Midah sambil mengelus-elus bekas cubitan. Midah lalu membalikkan tubuhnya dan menjulurkan lidahnya pada Reno.

Tiba-tiba gawai Reno berbunyi, seorang kawan lama menelepon. Setelah berbasa-basi, Reno terlibat percakapan serius. Kawan lama itu membawa kabar yang membuatnya bimbang.

"Ya sudah.... Lo pikir-pikir aja dulu tawaran Gue ini, tapi jangan lama-lama. Besok pagi apa pun keputusan Lo, hubungi Gue. Bisa?" tanya suara di gawai Reno. Sekian detik berpikir, Reno pun mengiyakan. Percakapan selesai setelah satu dua kalimat.

Di kamar kontrakan, Reno melamun memikirkan tawaran kawan lamanya itu. Tawaran yang bisa jadi solusi masalah keuangan dirinya. Pekerjaannya pun ringan dan bisa dilakukan dimana saja, asal daring. Hanya saja ada hal yang masih mengganjal di hatinya. Nurani dan akalnya sedang berdiskusi. Karena diskusi tak menemukan titik temu, akhirnya dilakukanlah voting. Akal berhasil mempercundangi nurani.

Akhirnya Reno menerima pekerjaan dari kawan lamanya itu. Setelah mendapatkan penjelasan lengkap, Reno pun memulai pekerjaan barunya itu. Reno diberi katalog dan tugasnya hanya menawarkan orang-orang untuk melakukan transaksi. Tak ada gaji pokok, yang ada hanya komisi yang bergantung pada jumlah transaksi.

Notifikasi mobile banking pun jadi sering berbunyi dari gawai Reno. Pundi-pundinya pun kembali berisi setelah tiga bulan ini kering. Ia bisa membayar lunas semua hutangnya di warung Mpok Lela. 

Ia juga bisa membayar uang sewa kontrakan untuk setahun kedepan. Walau begitu, tak seorang pun tahu tentang pekerjannya itu. Reno melakukannya secara anonim, menggunakan nomor yang baru. Walau kadang nuraninya protes, tetapi tak mampu mengimbangi kedigdayaan akalnya. Hidup dijalaninya dengan damai, sampai satu hal mengejutkan menerpa.

Bermula dari katalog terbaru yang diterima oleh Reno malam itu. Ia tak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya melihat sosok yang dikenalnya dalam kategori new arrival. Segera ia mengambil gawainya dan menelepon seseorang. Sejurus kemudian keduanya telah berada di sebuah caf di bilangan Green Lake City.

"Ada apa sih, Kak? Tumben malam-malam begini mengajak ketemuan," kata gadis cantik yang memakai gaun terusan warna peach itu. Rambut hitam panjangnya dibiarkan tergerai. Reno memandang lekat gadis berbibir tipis itu sambil pikirannya merancang pembicaraan kedepan.

"Midah..., kamu tahu apa pekerjaan Kakak?"

"Ngga tahu.... Kakak kan ngga mau kasih tahu Midah. Kenapa sih pakai main rahasia gitu?"

"Bukan ngga mau kasih tahu, tapi jujur Kak Reno malu dengan pekerjaan itu. Tapi karena Kakak butuh uang untuk biaya hidup, dengan terpaksa Kakak melakukannya. Dua bulan ini semua berjalan lancar, sampai tadi malam  Kakak menemukan hal yang tak bisa Kakak abaikan. Ini ada hubungannya dengan kamu, Midah." Reno berhenti sejenak, melihat respon dari Midah. Gadis  periang itu hanya memasang wajah datar. Ia tak tahu arah pembicaraan ini.

"Pekerjaan Kakak ada hubungannya dengan Midah? Maksudnya gimana? Kakak jangan buat Midah penasaran dong!" Midah mulai gusar. Reno lalu memperlihatkan gawainya pada Midah. Seketika wajah Midah pucat pasi.

"Apa pun yang ada di pikiranmu, Midah.... Apa pun yang menjadi alasanmu.... Apa pun yang kamu cari, semua tidak seindah yang kamu bayangkan. Tak ada masa depan cerah disana, percayalah. Kakak minta agar kamu jangan masuk ke dunia jahanam itu."

"Tapi Midah ingin seperti teman-teman, Kak. Pakai baju branded, handphone seri terbaru, makan-makan di resto mahal, liburan ke luar negeri, tinggal di apartemen mewah. Lagi pula mahkota Midah sudah direnggut Bonzo, cowok brengsek kampungan itu. Tak ada yang perlu dipertahankan lagi!" Wajah Midah merah padam menahan emosi. Tangannya mengepal dan bibirnya bergetar. Sekuat tenaga ia menahan air mata, namun akhirnya jatuh juga. Untuk beberapa saat, Reno membiarkan air mata Midah tertumpah.

"Bagaimana kalau di tempat ini kita sama-sama berjanji. Kakak berhenti bekerja dan Midah keluar dari dunia jahanam itu. Kita putuskan komunikasi dengan segala yang berhubungan dengannya. Tuhan jadi saksinya. Tak perlu ada orang lain yang tahu." Entah bagaimana kata-kata itu bisa keluar dari mulut Reno. Itu artinya ia harus bersiap-siap kembali menjadi pengangguran. Di sisi lain, ia tak ingin anak Mpok Lela yang begitu baik padanya, terperosok jurang nista. Kali ini, nampaknya nurani berhasil membalikan keadaan.

Reno menggenggam tangan Midah, mencoba menguatkan hatinya. Ia menatap Midah penuh harap. Midah pun mengangguk dengan sisa air mata masih menghias paras indahnya. Senyum Reno mengembang, begitu juga dengan Midah.

"Sekarang kita makan steak dulu. Mungkin besok-besok kembali lagi makan mie instan rebus," canda Reno yang disambut tawa renyah Midah.

 ***

Midah meletakkan mie instan rebus dan segelas teh manis hangat dihadapan Reno. Ia lalu duduk di samping Reno, dengan jarak yang sangat dekat.    

"Masih belum dapat pekerjaan, Kak?" tanya Midah. Reno dan Midah lalu saling pandang dan menggaruk kepala yang tak gatal. Dj vu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun