Mohon tunggu...
Riski Ramadan RR
Riski Ramadan RR Mohon Tunggu... Wiraswasta - I love imagination

Pekerja Serabutan [ kerjaannya banyak, bayarannya sedikit ]

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bunga yang Tercampak

29 November 2022   12:15 Diperbarui: 29 November 2022   13:40 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Wanita paruh baya itu tampak senang menduduki kursi goyang yang belum lama ia beli. Kegiatan rutin tiap sore dilakukannya demi mendapat ketenangan. Konon, orang-orang takut jika melewati rumahnya yang setengah tertutup pohon mangga yang rindang. Karena situasi yang memaksa untuk berpikiran aneh, sebagian tetangga menganggap wanita itu bukan orang baik-baik.

Dari info beberapa orang wanita itu hanya tinggal bersama seorang gadis berusia 19 tahunan. Tidak pernah pergi ke mana punselain halaman yang tiap hari dibersihkan gadis itu. Pernah beberapa kali sesorang mengunjungi rumah wanita paruh baya itumembawa dokter atau sendirian. 

Ketika dimintai keterangan soal wanita itu, tak banyak di antara orang-orang yang mengunjungi rumah itu, malah menggeleng acuh seolah menyembunyikan sesuatu. 

Para tetangganya pun pernah berniat ingin lebih tahu tentangnya. Tetapi, wanita itu terlanjur memelototi setiap tetangga yang hendak ke rumahnya, membuat semua orang takut dan membatalkan niat untuk bersilaturahmi atau sekedar saling mengenal.

Gadis di rumahnya pun seolah bisu, tak terdengar apa pun tentang wanita itu yang keluar dari mulutnya. Para warga sekitaran rumahnya pun merasa ada hal ganjil dengan wanita itu. Mereka pun sempat mempunyai rencana untuk menggerebek, tetapi pak RT enggan menuruti warganya karena memang tidak ada bukti atau kepastian apapun.

Dan, wanita itu sempat mengonjang-ganjing kampung dengan kegiatan rutinnya setiap hari minggu: memakai kebaya merah lengkap dengan sanggul, bunga melati dan aksesoris lain, layaknya seorang pengantin. Lalu, duduk di kursi goyang sembari memegang setangkai bunga mawar merah dan tatapan lurus serta bibir merahnya yang menyungging. Setiap minggu pun gadis itu harus mendatangkan jasa rias pengantin terpercaya.


"Mohon maaf, Nyonya. Apakah ada hal yang harus saya kerjakan?" Tanya gadis itu lembut. Sementara Mbak perias hanya diam dan tersenyum.

"Hm!" Wanita itu hanya berdeham sambil mengayunkan tangannya ke belakang, pertanda untuk 'menyuruh' kedua perempuan itu pergi.


Sementara di balik pohon mangga miliknya, terdapat beberapa orang yang mengintip wanita itu dengan anehnya. Mereka yang penasaran,sedang mengawasi perias pengantin itu. Memang sudah berkali-kali mereka mempertanyakan: 'Mengapa,, ada apa,, dengan wanita itu?' Tetap hasilnya hanya sebuah gelengan, lalu dengan bisu melangkah jauh. Saking penasarannya, mereka tak putus semangat untuk memecahkan rasa yang mengganggu di benaknya.


Seolah diam tanpa mengguncang, wanita paruh baya itu bisa disebut air yang tenang belum tentu tiada buaya. Seakan menghipnotis warga sekampung untuk mengetahui sisi lainnya yang mengobrak-abrik pikiran juga mengundang rasa penasaran yang sangat amat dalam.


Apakah wanita itu sengaja memainkan drama supaya menjadi terkenal?
Ternyata tidak. Ada satu warga yang menilai bahwa wanita itu cenderung seperti orang tak waras atau depresi parah. Dan, meminta untuk memberhentikan kelakuan konyol: mengintip di balik pohon mangga atau hal lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun