Mohon tunggu...
Riska Rahmadewi
Riska Rahmadewi Mohon Tunggu... Freelance

Hai! Saya adalah seorang penulis pemula yang penuh semangat dan selalu haus akan pengetahuan baru. Melalui blog ini, saya berbagi cerita-cerita inspiratif, tips praktis, dan refleksi pribadi tentang perjalanan hidup. Dengan gaya penulisan yang hangat dan autentik, saya berharap dapat menginspirasi dan memberikan wawasan baru kepada pembaca. Bergabunglah dalam perjalanan saya dan temukan keajaiban dalam setiap cerita.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kosong di Antara Cahaya

18 Oktober 2025   10:47 Diperbarui: 18 Oktober 2025   10:47 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto suasana kota-(gemini))

Langit malam di kota itu begitu terang. Lampu-lampu menembus kegelapan seperti ribuan bintang buatan manusia, berkelip di antara gedung-gedung tinggi yang menjulang angkuh ke langit. Namun bagiku, semua itu tidak berarti apa-apa. Cahaya itu terlalu ramai, terlalu berisik---dan terlalu palsu untuk bisa menenangkan hatiku yang sunyi.

Aku berjalan di trotoar yang basah sisa hujan sore tadi. Di seberang jalan, layar besar menampilkan iklan terbaru tentang gedung apartemen mewah yang akan segera dibangun. "Hidup nyaman, bahagia, dan modern," katanya. Aku menatapnya beberapa detik, lalu tersenyum tipis---senyum yang lebih menyerupai ejekan pada dunia yang terlalu percaya pada kebahagiaan buatan.

Aku tidak menginginkan itu. Tidak pernah. Tidak lagi.

Mereka bilang dunia ini penuh keindahan. Tapi mataku sudah terlalu lelah untuk mencari keindahan yang katanya bisa membuat hidup ini berarti. Aku sudah mencoba melihat segalanya dari sisi berbeda, tapi hasilnya selalu sama: datar, kosong, dan dingin.

Aku pernah mencoba membuat diriku bahagia seperti yang disarankan banyak orang.

"Belanja saja, beli hal-hal yang kamu suka. Itu akan membuatmu senang," kata salah satu teman kantorku.

Aku menuruti saran itu. Sepulang kerja aku pergi ke pusat perbelanjaan, membeli pakaian baru, sepatu yang belum tentu kupakai, parfum mahal yang baunya cepat membuatku pusing.

Di depan kaca besar toko, aku melihat bayangan diriku sendiri---gadis berwajah datar dengan kantung belanja di tangan. Orang-orang di sekitarku tersenyum puas dengan barang yang mereka beli, seolah kebahagiaan bisa dibungkus dalam plastik dan dibayar dengan kartu kredit.

Aku mencoba ikut tersenyum, tapi rasanya hampa.

Sesampainya di rumah, aku membuka satu per satu belanjaanku. Semua terlihat indah... sampai aku menyadari tidak ada satu pun yang membuatku merasa hidup. Aku hanya merasa semakin kosong, seolah ruang di dadaku membesar, menelan seluruh cahaya yang tersisa di dalam diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun