Mohon tunggu...
Riska Y. Imilda
Riska Y. Imilda Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

IG: riskayi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kata Romantis di Balik Hujan

11 Maret 2018   17:21 Diperbarui: 11 Maret 2018   17:38 2175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://ultraimg.com/

"Kisah romantis dalam cerita kejahatan itu sulit ditemukan dan bahkan hilang sama sekali. Penulis merangkainya dengan menggelapkan kata romantis. Kasih sayang yang ada didalamnya sedikit diungkapkan, membuat sang tokoh utamanya sengsara dan susah. Kamu tahu kenapa? Karena penulis  tidak ingin ada kisah kasih sayang didalamnya,"  kata dia pajang lebar.

"Lalu? Aku sudah tahu itu," ucapku singkat.

"Kamu seharusnya, tidak perlu memaksa untuk terlihat kuat dengan mengabaikan kisah percintaan. Kisah tersebut tak rutin membuatmu bosan. Aku tahu kamu menyukai hal romantis, tetapi hal itu kamu sembunyikan demi menutupinya dan mengabaikannya."

Kala itu, bukan saja mulutku membisu tetapi hatiku mencoba untuk membeku. Aku tak sengaja, membenarkan pernyataan itu. Aku telah membohongi diri tentang kisah romantis. Aku berusaha untuk tidak merasa lemah dan berharap akan kisah romantis dalam cerita-cerita penulis penuh akan kata puitisnya. Aku tidak ingin tertipu, akan hal itu.  Seperti hari ini, aku menyembunyikan kata 'hujan' yang sebenarnya. Aku tak ingin menyadari bahwa hujan itu memang memberikan kisah romantis.

Sepertinya, hujan tidak ingin berhenti. Terpaksa, aku harus menerobos rintik-rintik hujan tanpa menggunakan payung. Bodoh sekali, kenapa aku selalu lupa akan payung. Celana dan sepatuku kembali basah bahkan kini tasku juga. Tanpa berpikir panjang, aku menerobos derasnya air yang turun dari kayangan kata cerita dalam dongeng.

Brughhh.... (Badanku terhempas dan jatuh di genangan air)

Aku beranjak perlahan-lahan dan berharap dapat berdiri tegak. Namun, sayang tubuhku tak kuat menopang untuk berdiri. Sosok yang aku tabrak terasa lebih keras dan alhasil kini aku tersungkur.

"Ka, maaf sekali. Tadi, aku tidak sempat lihat kalau kamu.."

Dengan cepat aku memotong pembicaraannya, aku ingin melihat wajah yang sempat memanggil namaku. Suara itu, sungguh telah lama aku tak mendengarnya. Suara yang aku kenal dan menyatukan semangatku untuk berdiri. Namun, tangan kokoh itu kembali membantuku. Dia, yang mengajarkanku tuk jujur pada kisah-kisah romantis, ada didepanku.

Hujan, kembali mempertemukanku setelah puisi terakhir yang dia berikan pada selipan novel romancebeberapa tahun lalu. Wajah yang mengatakanku, agar berhenti membaca kisah tentang kejahatan kala itu. Kini tepat ada didepanku dan memasang simpul senyum yang begitu kunantikan. Tanpa berkata-kata, aku semakin membeku pada bantuan yang dia berikan. Aku bertemu dengan dia yang hilang di kala hujan.

(Hujan. Terima kasih atas kenangan yang sengaja kau buatkan untukku dan dia. Hujan. Terima kasih berkat kau, aku dan dia menciptakan kenangan yang tidak patut untuk dihilangkan. Hujan, maafkan apabila hinaan kejam yang aku limpahkan. Ternyata, hujan jua yang mempertemukanku dengan kisah romantis, aku dan dia." Bandung, 11 Maret 2018.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun