Mohon tunggu...
Risa Suryanti
Risa Suryanti Mohon Tunggu... Psikolog - Clinical Child Psychologist

konseling anak dan remaja

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Perlukah Orang Tua Membedakan Cara Mengasuh Anak Laki-laki dan Perempuan?

27 Desember 2023   15:37 Diperbarui: 27 Desember 2023   15:40 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Akhir-akhir ini, populasi LBGT terus menunjukkan adanya pergerakan. LGBT merupakan perilaku seksual yang menyimpang yang di alami oleh seseorang yang memiliki orientasi yang berbeda terhadap perilaku seksual. Di Indonesia, keberadaan kaum LBGT masih menjadi perdebatan karena masyarakat Indonesia mayoritas beragama muslim dan memiliki nilai moral sosial yang cukup tinggi. Sampai saat ini, belum ada data statistik pasti terkait jumlah LGBT di Indonesia. Karena memang tidak semua kalangan LGBT terbuka dan dengan mudah mengakui orientasinya.

American Psychology Association menyebutkan bahwa kemungkinan penyebab LGBT adalah karena pengaruh genetik, hormonal, serta faktor lingkungan. Tanpa mengesampingkan faktor genetik dan hormonal, faktor lingkungan mempunyai peran cukup besar pada LGBT. Faktor lingkungan sering disebut-sebut sebagai penyebab LGBT. Misalnya ada seseorang yang bergaul di lingkungan LGBT, maka orang tersebut dapat mempengaruhi orientasi seksual mereka. Ada pula kondisi keluarga yang tidak harmonis, orang tua yang sering bertengkar, melakukan kekerasan, hingga bercerai juga turut diduga dapat menjadi penyebab seseorang memiliki jenis orientasi seksual tertentu.

Anak dikatakan optimal tumbuh kembangnya apabila mampu mampu memenuhi tugas di setiap tahapan tumbuh kembangnya. Ada banyak aspek perkembangan yang harus dipenuhi oleh anak. Salah satunya adalah memenuhi tugas dalam aspek sosial. Santrock (2002) mengatakan bahwa aspek-aspek sosial kehidupan anak meliputi  identitas diri, relasi sosial, dan gender.

 Banyak orang tua yang merasa, seiring dengan berjalannya waktu maka anak-anak akan paham dengan identitas dan tugas mereka secara sosial. Anak memang mempunyai fitrah atau sesuatu yang mereka bawa dari lahir. Tapi dengan banyaknya paparan dari lingkungan, maka seyogyanya orang tua membersamai, membimbing, mengarahkan anak dalam mengenal identitas, relasi sosial, termasuk masalah gender.

Memperkenalkan masalah gender pada anak selayaknya dilakukan sedini mungkin. Apalagi karena hal ini sangat erat kaitannya dengan tugas perkembangan sosial anak yang harus dilewati oleh anak -anak usia dini yaitu mempelajari tentang perbedaan jenis kelamin.

Orang tua perlu memahami perbedaan identitas gender dan peran gender


1. Identitas gender

  • Identitas Gender Menurut Santrock (2002) bahwa yang dimaksud dengan identitas gender adalah rasa seseorang sebagai laki-laki atau perempuan, yang diperoleh dari sebagian besar anak-anak pada waktu mereka usia 3 tahun. Hal serupa diungkapkan oleh Diane E. Papalia (2001) bahwa identitas gender merupakan kesadaran seseorang tentang gendernya dan juga orang lain, menurut jenisnya hingga antara usia 2-3 tahun.

2. Peran gender

  • Santrock (2002) menyebutkan bahwa peran gender merupakan sebuah harapan yang berisi tentang bagaimana seharusnya seorang laki-laki atau perempuan itu berpikir, bertindak, dan merasa.

Saat kita berbicara tentang peran gender, kita punya harapan bahwa kelak anak-anak menjadi laki-laki dewasa dan perempuan dewasa yang mampu secara optimal menjalankan tugas-tugas mereka.

Pengasuhan yang berdasarkan gender, bukan berarti membatasi anak-anak dalam proses belajarnya.

Anak laki-laki cenderung gagah, perkasa sehingga mereka tidak boleh mengenal permaianan perempuan seperti masak-masakan. Begitu pula sebaliknya, anak Perempuan yang cenderung feminim, lemah lembut dilarang mengenal permainan seperti perang-perangan, manjat-manjat pohon.

Hal ini merupakan suatu kesalahan pola asuh yang dapat menyebabkan terjadinya kesalahpahaman pada diri anak. Padahal segala jenis permainan itu dapat membantu menumbuhkan dan mengembangkan berbagai potensi kecerdasan yang ada dalam diri setiap anak.

Orang tua perlu memperhatikan dan mengingat poin penting dalam pengasuhan yakni segala nilai-nilai/ketrampilan hidup yang sifatnya universal maka orang tua sepatutnya mengajarkan tanpa pandang identitas gender.

Seperti kemandirian, ketrampilan berpikir kritis, ketrampilan dalam pengambilan keputusan, menganalisis dan menyelesaikan masalah. Baik anak laki-laki, maupun anak perempuan sama-sama harus dilatih untuk mengembangkan ketrampilan ini. Ketrampilan -- ketrampilan tersebut diharapkan mampu berkembang dalam diri anak laki laki karena mereka akan menjadi seorang pemimpin. Begitu pula dengan anak perempuan. Meskipun perempuan belum tentu menjadi seorang pemimpin, tapi perlu kita sadari bahwa perempuan kelak akan menjadi seorang ibu. Ibu merupakan guru pertama bagi anak-anaknya. Seorang ibu selain penuh kelembutan, ia juga harus mampu membersamai dan mengarahkan anak-anaknya. Tentunya ibu bisa melakukan itu semua jika mandiri dan mempunyai banyak ketrampilan hidup (berpikir kritis, tegas, mengambil keputusan dst).

Prof. Juke Siregar (2017) mengatakan bahwa orang tua selayaknya membersamai anak-anak dengan pengasuhan C.I.N.T.A.

Contoh

Belajar dari teori Bandura (1977), perilaku seseorang dapat terbentuk salah satunya dengan meniru (modelling). Dalam pengasuhan, sosok orang tua adalah model perilaku bagi anak-anak karena dikagumi dan dipandang

Iklim

Iklim yang dimaksud adalah suasana interaksi orang tua dengan anak. Suasana interaksi keluarga akan terbentuk dari gaya pengasuhan orang tua dan tipe anak.

Nilai

Menentukan nilai dalam keluarga yang akan dianut dan dikembangkan akan melewati beberapa tahapan. Mulai dari menyatukan pemahaman terkait nilai yang kemudian akan dikembangkan sampai dengan menjadikan nilai ke perilaku sehari-hari.

Tanggung Jawab 

Sikap dan tanggung jawab yang dimiliki seseorang, tidak dilihat dari kematangan usia. Tetapi dilihat dari bagaimana cara orang tua dalam pengasuhan, Pendidikan yang diberikan.

Asih

Perasaan menyayangi dan disayangi dalam relasi orang tua anak akan membentuk suatu hubungan yang asih. Hubungan tersebut dapat terbentuk jika terdapat empati, saling menghormati, fokus pada kebutuhan anak, membuka hati, dan waktu yang diluangkan bersama anak.

Kemudian apa yang menjadi pembeda dalam mengasuh anak laki-laki dan perempuan?

1.  Porsinya

  • Misalnya laki-laki dalam mengenal dunia kosmetik. Mengenal jenis-jenis alat make up dan kegunaannya, kemudian ada upaya anak ingin mengembangkan produk. Kegiatan ini masih sesuai porsi. Namun apabila, anak laki-laki ingin mencoba menggunakan dengan tujuan estetika, keindahan atau mempercantik dirinya maka ini tidak sesuai porsinya.

2. Kedekatan anak dengan ayah dan ibunya (Santosa, 2023)

  • 0-2 tahun

Anak laki-laki dan Perempuan dekat dengan ibunya karena berada di tahap menyusui.

  • 3-6 tahun

Anak laki-laki dan Perempuan harus dekat dengan ayah dan ibunya agar memiliki keseimbangan emosional dan rasional. Di tahapan ini, anak juga hrus memastikan identitas gendernya. Kelekatan ini membuat anak-anak paham dan mampu membedakan antara sosok laki-laki dan sosok Perempuan. Mereka secara alamiah paham menempatkan dirinya sesuai dengan indentitas seksualnya. Baik cara bicara, cara berpakaian, cara merasa, cara berpikir, dan cara bertindak sebagai laki-laki atau Perempuan dengan jelas.

  • 7-10 tahun

Anak laki-laki lebih dekat dengan ayah. Usia ini egosentris mulai bergeser ke sosio sentris. Mereka sudah mulai memiliki tanggung jawab, paham nilai/moral. Bermain dengan ayah sebagai aspek pembelajaran untuk bersikap dan bersosial. Mulai belajar menghayati peran kelelakian, dan peran ayah dalam lingkungan sosial. Begitu pula anak Perempuan dekat dengan ibu agar peran Perempuan dan peran keibuannya muncul.

  • 10-14 tahun

Usia ini anak mulai memasuki fase remaja atau sering dikenal fase kritis. Fase ini remaja banyaknya perubahanan (fisik dan psikologis). Erickson dalam teori perkembangan sosialnya menyebutkan bahwa usia ini remaja memasuki tahapan pencarian identitas Vs kebingungan. Ada remaja yang sudah yakin merasa mantap dengan identitasnya, namun ada juga remaja yang masih bingung dengan identitasnya.

Itulah sebabnya, penting bagi orangtua dan orang dewasa memberikan dukungan yang memberikan anak agar bisa menemukan identitas dirinya dengan nyaman dan aman.

Anak laki-laki didekatkan dengan ibu, dan anak perempuan didekatkan dengan ayah.

Anak laki-laki dekat ke ibu agar saat ia mulai muncul rasa ketertarikan dengan lawan jenis maka ia lebih memahami  perempuan secara langsung dari sosok perempuan di dekatnya yaitu ibunya. Anak belajar cara memperhatikan, memahami, dan memperlakukan lawan jenis dari kacamata perempuan (yakni ibunya).

Anak perempuan harus didekatkan ke ayahnya agar saat ia mulai muncul rasa ketertarikan dengan lawan jenis maka ia lebih memahami laki-laki secara langsung dari sosok laki-laki di dekatnya yaitu ayahnya.

Remaja yang sudah paham dengan identitas, dan peran gendernya diharapkan mampu menjadi laki-laki dewasa dan Perempuan dewasa yang mampu menjalankan tugas sosialnya secara optimal.

Semangat membersamai anak-anak ya parent.

Semoga Allah mudahkan langkah kita dalam mendampingi anak-anak. Aamiin.

Sumber

Association, A. P. (2008, October 29). Understanding sexual orientation and homosexuality. Retrieved from https://www.apa.org/topics/lgbtq/orientation

Diane E. Papalia, R. D. (2001). Human Development. Boston: McGraw Hill.

Santosa, H. (2023). Fitrah Based Education. Jakarta: Yayasan Fitah Wirabumi Madani.

Santrock, J. W. (2002). Life Span Development : Perkembangan Masa Hidup, Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Siregar, P. J. (2017). Perkembangan dan Pengasuhan Anak Hingga Remaja. Bandung: Alumni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun