Mohon tunggu...
Nur Farihatul Khoiriyah
Nur Farihatul Khoiriyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - being inspired and addicted to someone

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga (20107030006)

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Intip Suasana Malioboro di Kala Pandemi Covid-19

20 April 2021   22:46 Diperbarui: 20 April 2021   23:35 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: dokpri

Siapa yang tidak tau malioboro. Ya, Yogyakarta sangat identik dengan Malioboro. Bahkan bisa disebut Malioboro adalah mahkotanya Yogyakarta. Sebagian orang jika ditanya tentang Jogja maka mereka langsung tertuju pada Malioboro. Malioboro adalah salah satu dari sekian banyaknya tempat wisata di Jogja yang ramai dikunjungi wisatawan. Terletak di titik kilometer 0 yang memudahkan para wisatawan mencarinya.

Di Malioboro ini pengunjung akan disambut oleh berbagai jenis cinderamata yang dijual para pedagang dipinggir jalan Malioboro itu. Memang Malioboro telah menjadi roda perekonomian masyarakat Jogja yang bekerja sebagai pedagang. Hal ini dapat dilihat langsung betapa banyaknya pedagang, toko, mall, bahkan hotel yang ada di sekiataran Malioboro. Mereka memanfaatkan peluang yang ada karena Malioboro termasuk salah satu objek wisata yang paling banyak dikunjungi wisatawan.

Berbagai macam cinderamata dijual muali dari blangkon, gantungan kunci, miniatur-miniatur, pernak-pernik, tas rotan, kaos Jogja, dan pastinya yang paling khas dari Jogja yaitu batik. 

Tidak hanya cinderamata, namun pedagang juga banyak menyajikan kuliner khas Jogja. Mulai dari makanan berat hingga camilan. Makanan berat khas Jogja tentunya gudeg, makanan ini dibuat dari nangka muda yang dimasak dengan santan hingga warnanya kecoklatan. Sedangkan camilan khas jogja seperti yangko, bakpia pathok, geplak, dan masih banyak lagi.

Selain banyaknya barang-barang khas Jogja dan uniknya tempat ini, salah satu alasan mengapa Malioboro banyak dikunjungi adalah karena tidak ada penarikan biaya untuk memasuki area Malioboro. Jika di tempat wisata seperti biasanya, maka para pengunjung akan dikenai baiaya masuk namun, di Malioboro ini tidak. Para pengunjung hanya membayar parkir untuk kendaraan pribadinya.

Saat weekend jumlah pengunjung akan lebih banyak dari biasanya. Hal itu sering membuat jalan sekitar Malioboro menjadi macet. Banyak wisatawan yang menghabiskan waktunya di akhir pekan dengan jalan-jalan ke Malioboro.

Wisatawan yang berkunjung ke Malioboro bukan hanya wisatawan asli Indonesia tetapi juga manca negara. Jika kita ke Malioboro maka akan kerap menemui turis yang sedang berjalan-jalan. Wisatawan asing juga banyak yang mengagumi Malioboro dari tempat, makanan, dan juga barang-barang antiknya. Tak sedikit dari mereka rela berlibur lebih lama di Jogja.

Apalagi suasana Malioboro sore menjelang malam, maka akan semakin ramai pengunjung. Tempat ini cenderung lebih banyak dikunjungi oleh para pasangan karena Malioboro menyajikan suasana yang romantis dikala malam hari. Sudah tak asing lagi dengan sebutan Jogja penuh kenangan.

Jika dulu wisatawan bebas masuk dan jalan-jalan di Malioboro, maka ada sedikit perbedaan dikala pandemi ini. Dari jumlah wisatawan yang datang mengunjungi Malioboro pun terlihat menurun drastis. Ketatnya protokol kesehatan yang harus dipatuhi baik untuk pedagang dan juga para pengunjung. Hal ini sangat berpengaruh dengan para pedagang yang menjual cindera mata, makanan, hingga mall yang ada di sekitar Malioboro.

Awal-awal pandemi terjadi, dari pemerintah Jogja memang melarang toko-toko buka dan banyak orang yang bergerombol di Malioboro. Bahkan Malioboro sempat tutup untuk beberapa waktu. Pesepeda yang bergerombol pun akan cepat dibubarkan oleh satpol pp yang berjaga di area Malioboro.

Suasana Malioboro pun bisa dibilang sepi dan sangat lenggang. Biasanya tempat ini ramai pengunjung dan sekarang sepi karena pandemi ini. Semua pedagang dilarang berjualan guna untuk memutus rantai penyebaran covid.

Namun setelah adanya new normal, maka satu persatu toko, mall, dan para pedagang mulai kembali berjualan. Namun, tetap dengan mematuhi protokol kesehatan. Banyak dari mereka (pedagang) yang tidak punya pemasokan karena pandemic korona ini. Maka dari itu, mereka tetap berjualan meskipun wisatawan yang berkunjung ke Malioboro sudah menurun.

sumber gambar: dokpri (Bu Tina pedagang batik di Malioboro)
sumber gambar: dokpri (Bu Tina pedagang batik di Malioboro)

Manurut Ibu Tina, salah satu pedagang batik di Malioboro ini mengatakan bahwa penghasilan yang didapat pun sangat jauh beda dibandung dulu sebelum pandemi ini datang.

"Pandemi seperti ini pengunjung sedikit jadi pembeli juga sepi. Biasanya saya bisa dapat 3-5 juta dalam sehari, namun saat pandemi seperti ini paling banyak dapat 2 juta", tutur bu Tina.

Para pedagang pun tetap berjualan meski hujan. Barang-barang dagangannya ditutupi semacam tikar plastik sambil menunggu reda. Pedagang di area Malioboro ini buka dari pagi hari hingga tengah malam.

Karena masih dalam suasana pandemi maka pengunjung dan para pedagang dihimbau untuk tetap mematuhi protocol kesehatan. Bahkan setiap hari masih ada razia dari satpol pp.

"Karena pandemi jadi setiap hari ada satpol pp dan juga polisi yang berjaga di area Malioboro. Kalo gak pake masker juga pasti kena teguran"

"Banyak sampah plastik yang berserakan, trus ada orang yang merokok juga nanti ditegur. Jadi gak boleh ada sampah berserakan dan merokok di area ini", tutur bu Tina.

Bukan hanya himbauan untuk tetap mematuhi protocol kesehatan, tetapi juga adanya larangan merokok di area Malioboro. Jika dilihat, ada banyak pengunjung yang merokok di sekitaran Malioboro ternyata itu sangat dilarang dan jika ketahuan maka akan dikenai teguran.

Adanya teguran jika masih ada sampah berserakan dan larangan merokok sebenarnya sangat baik untuk kebersihan lingkungan. Kebersihan lingkungan agar tetap bersih dan tidak ada asap rokok untuk mengurangi polusi udara.

Saat pandemi seperti ini, area Malioboro kini juga diberlakukan sistem buka tutup jalan pada jam 6 sore sampai jam 9 malam. Saat ditutup jalan ini hanya boleh dilewati oleh pesepeda, becak dan andong. Jalan area Malioboro ini ditutup dengan tujuan untuk mengurangi kemacetan sekitar Maliobroro karena pada jam tersebut pengujung akan bertambah banyak. Setelah pukul 9 malam, maka jalan akan kembali dibuka.

Untuk saat ini, Malioboro sudah mulai ramai kembali oleh para pengunjung dari berbagai daerah, walau tidak seramai sebelum adanya pandemi ini. Terlihat dari pedagang, mall, hotel, tempat makan banyak yang sudah buka. Mereka menjalani aktifitas seperti hari biasa dengan tetap mematuhi protocol kesehatan.

Karena pandemi ini masih berlangsung, maka kita tetap wajib mematuhi protocol kesehatan dimanapun kita berada. Kurangi kerumunan dan keluar rumah jika ada kepentingan. Dengan begitu, kita akan mengurangi rantai penyebaran covid-19 ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun