Mohon tunggu...
Dwi Rini Endra Sari
Dwi Rini Endra Sari Mohon Tunggu... -

Lahir di Jakarta...smp-kuliah di Jogja kembali lagi ke Jakarta untuk mengabdi kepda negara di Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

"Tsunami Ready", Dukung Poros Maritim Dunia

17 November 2017   14:26 Diperbarui: 27 November 2017   15:17 950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Masih teringat di benak kita, pada 2004, telah terjadi peristiwa tsunami yang telah merenggut lebih dari 230.000 orang, dan 1 juta orang kehilangan tempat tinggal dan telah meninggalkan rekam jejak kehancuran di sekitar pantai samudera hindia.  Pasca kejadian tsunami menyadarkan pemerintahan Indonesia bahwa negara Indonesia merupakan daerah  rawan gempa bumi dan tsunami karena dikelilingi 3 lempengan, Eurasia, Indo Australia dan Pasifik serta sesar aktif.  Kondisi inilah yang menuntut  perlu adanya sistem peringatan tsunami sehingga pada tahun 2008 silam diresmikan sistem Peringatan Dini Tsunami, (Indonesia Tsunami Early Warning System).  Melalui sistem ini, diharapkan dapat memberikan informasi peringatan dini gempa dan tsunami 5 menit, setelah terjadi gempa bumi.

Dalam perkembangan berikutnya, InaTEWS ditunjuk oleh Intergovernmental Oceanographic Commission (IOC)/Komisi Kelautan Antar Negara di UNESCO menjadi Tsunami Service Provider (TSP) bersama India dan Australia yang siap memberikan layanan peringatan dini tsunami kepada negara-negara di Samudra Hindia.

Seperti yang kita ketahui selama ini, bahwa tsunami sangat jarang terjadi. Tetapi pada kenyataannya, peristiwa tsunami memakan korban jiwa yang tidak sedikit.  Selain tsunami di Aceh, di Indonesia pun telah terjadi tsunami, seperti di Pangandaran (2006). Buru (2009), dan termasuk antara lain juga di Sendai (2011). Selain itu kejadian gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Jepang ( 2011) silam.  Kondisi ini membuktikan bahwa secanggih teknologi yang kita punya, sangat diperlukan respon masyarakat mandiri yang tepat dan prosedur evakuasi yang terarah sehingga perlu dibutuhkan peta, dan prosedur evakuasi berdasarkan kondisi geografis seempat.

Untuk itu pada tahun ini BMKG menjadi tuan rumah pelatihan pembuatan peta, rencana, dan prosedur, evakuasi tsunami yang dilakukan dari tanggal 13 s.d. 23 November 2017 di Region Training Centre di Citeko Bogor. Kegiatan ini pertama kalinya diadakan di dunia, dengan konsep tsunami ready program yang diterapkan pada tingkat kawasan, yaitu Samudera Hindia yang merupakan bagian dari kerjasama antara BMKG dengan IOC (Intergovernmental Ocean Commission) di UNESCO yang diikuti oleh 21 peserta dari 6 negara anggota Kelompok Koordinasi Antar Pemerintah dalam Sistem Peringatan Dini dan Mitigasi Tsunami (Intergovernmental Coordination Group for the Indian Ocean Tsunami Warning and Mitigation System -- ICG IOTWMS),  yaitu India, Indonesia, Malaysia, Maladewa, Oman, Seychelles, dan Yaman dan melibatkan 11 narasumber, termasuk diantaranya dari NOAA (National Ocean and Atmospheric Administration), USA.

Salah satu implementasi dari tsunami ready program di Kawasan Samudera Hindia adalah pelatihan pembuatan peta, rencana evakuasi tsunami, dan prosedur penyelamatan atau Tsunami Evacuation  Map Plan And Procedure (TEMPP)  yang merupakan kerjasama BMKG-IOTIC/Pusat Informasi Tsunami Samudera Hindia.

Pelatihan ini sangat penting dilakukan untuk meningkatkan kemampuan SDM dan negara-negara untuk menciptakan infranstruksi dalam pembuatan permodelan redaman tsunami, pemetaan rendaman tsunami untuk evakuasi, pemetaan evakuasi, perencanaan prosedur, dan informasi tsunami publik serta rencana tanggap darurat dan prosedur operasional dan perencanaan pelatihan.

Kegiatan ini diharapkan tidak hanya terhenti sampai sini, tetapi perlu dilakukan secara berkelanjutan karena perlu adanya regenerasi dalam penguatan kapasitas/ kemampuan dalam menghadapi resiko dampak tsunami karena diakui tidak  mudah membangun masyarakat untuk paham dan mudah menerima informasi dari produk yang kita hasilkan, sperti petaan rendaman tsunami untuk evakuasi, dan informasi tsunami publik sebagai bentuk rencana tanggap darurat.

BMKG Dukung Poros Maritim, Melalui Peringatan Dini

Seperti yang diutarakan Kepala BMKG, Prof. Dwikorita Karnawati, M. Sc, Ph. D bahwa kita, termasuk negara-negara di kawasan Samudera Hindia, merupakan daerah yang rawan terjadinya tsunami, Untuk itu perlu dilakukan langkah-langkah untuk memnimalisir resiko bencana dari tsunami.

BMKG mengambil peran sangat besar untuk mendukung dan "menyelamatkan" poros maritime dunia, melalui pembangunan sistem peringatan Dini Tsunami dan dipercaya sebagai RTSP (Regional Tsunami service Provider).

Tetapi, hal ini tidak hanya sebatas itu, tetapi pun diperlukan adanya kesadaran masyarakat untuk melakukan evakuasi. Untuk meningkatkan kesedaran masyarakat akan dampak resiko tsunami, telah dilakukan berbagai kegiatan sebagai Tsunami Ready , seperti Tsunami drill, dan IOwave yang akan dilaksanakan pada 2018.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun