Mohon tunggu...
Dwi Rini Endra Sari
Dwi Rini Endra Sari Mohon Tunggu... -

Lahir di Jakarta...smp-kuliah di Jogja kembali lagi ke Jakarta untuk mengabdi kepda negara di Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Dahsyat, Media Sosial Menyulap Menjadi "Kawan" atau "Musuh"?

26 Agustus 2017   11:05 Diperbarui: 26 Agustus 2017   11:58 1515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

 Dari waktu ke waktu, tanpa kita sadari, kita terhanyut pada dimensi waktu yang membawa kita kedalam lingkaran perkembangan teknologi dan informasi. Masyarakat dihadapkan dengan dunia instan, berbeda dengan tempo lalu, kita hidup di dunia "tradisional."Dulu, kita hanya mentah-mentah menerima informasi, tanpa kita bisa menembus ruang dan waktu informasi. Dunia instan yang saat ini kita hadapi, membuat kita berselancar di dunia "maya." Mudahnya masyarakat memainkan peranan untuk menunjukkan sebuah eksistensi. Tidak jarang dari mereka yang tidak menggunakan hati naluri, mereka menebar isu yang menyesatkan. Maukah kita menggandaikan esksistensi kita dengan isu murahan? 

Dunia maya yang saat ini sedang mengalir deras di tengah-tengah masyarakat, memicu "jejamuran" media sosial. Tanpa kita sadari, media sosial telah "meracuni" kita. Tidak sedikit dari kita yang menghabiskan waktu kita melalui media sosial. Hampir setiap hari. Bahkan setiap detik dan menit, masyarakat mengupdate informasi baik berupa tulisan dan gambar di media sosial mereka. Seakan-akan media sosial telah menjadi bagian dari kehidupan kita tidak dapat dipisahkan. 

Di era pemerintahan, media sosial pun dapat dijadikan sebagai startegi "marketing" yang dapat membentuk serta membangun reputasi. Tetapi kondisi ini akan berbanding terbalik, jika muncul suatu hatters atau hoax yang dapat mempengaruhi suatu reputasi instansi atau individu yang bersangkutan. 

Perkembangan media sosial menandakan bahwa realitas perkembangan budaya masyarakat telah beralih dari konvesional ke modern. Media sosial dianggap mampu mendistribusikan informasi dan memblow up suatu isu sehingga dengan cepatnya isu bergulir ke tengah masyarakat. Media sosial pun dapat dijadikan sebagai kontrol sosial. Seperti yang ada di media sosial, akhir-akhir ini, kita diramaikan dengan beberapa viral terkait kunjungan Sekjen Partai Komunis Vietnam ke Indonesia. Kunjungan yang dijadwalkan 22, 23, dan 24 Agustus menuai beberapa opini publik yang telah berhasil memunculkan fitnah dan propaganda di berbagai media sosial dengan mencampuradukan kunjungan ini dengan masalah ideologi politik yang dianut Vietnam. 

Kita pun dapat menggandeng media sosial untuk menggempur hoax dengan hitungan menit, bahkan detik serta memantau sejauh mana perkembangan isu atau hoax . Media sosial pun dapat digunakan untuk membentuk pencitraan dengan dibuktikan dari data Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bahwa kementerian/lembaga telah melakukan viral program pemerintah, hal ini terlihat ketika pada event IORA, dari tercatat 150.8 Juta (7.3 juta Akun) hanya 46 Kementerian/ Lembaga yang memviralkan program ini , sementara ketika Tafisa, tercatat 27 kementerian/ lembaga dari.47,2 Juta. 

Di balik itu semua, tidak sedikit dari masyarakat yang mengatakan 'hati-hati menggunakan media sosial karena bisa jadi media sosial "harimau-mu."Pernahkah terlintas di benak kita betapa dahsyatnya media sosial menggilir kita ke dunia yang "benar' atau sebaliknya ke dunia yang "salah"? 

Media Sosial, "Musuh' atau 'Kawan?'

Akhir-akhir ini, kita dihebohkan dengan berbagai informasi yang viral di beberapa media sosial yang memuat unsur provokasi, seperti kunjungan Sekjen Partai Komunis Vietnam ke Indonesia. Kunjungan ini menuai beberapa opini dari Netizen yang mengaitkan dengan paham ideologi yang telah berhasil menghasut publik terhadap pemerintahan kita. 

Beberapa awam berspekulasi bahwa langkah kita menerima kunjungan tersebut dapat melahirkan kembali laten komunis di negeri ini. Pernahkah terlintas di benak kita saat menerima informasi tersebut bahwa Indonesia menganut politik luar negeri bebas aktif? Politik bebas aktif yang memberikan arti bagi Indonesia bahwa bebas bergaul dengan negara mana saja, dan aktif menjaga perdamaian dunia. Sebagai bagian dari ASEAN, tentunya dengan semangat perdamaian abadi yang tertuang UUD 45, Indonesia sudah selayaknya menerima kunjungan negara tetangga dengan baik dan tebuka. Bahkan dengan Malaysia dan Singapura yang pernah berkonfrontasi dengan kita dimasa lalu pun, tetap kita temani. Kenapa tidak dengan Vietnam yang notabene tidak pernah punya masalah apapun dengan Indonesia sampai hari ini?

Belum lama kita dihebohkan dengan viral kunjungan kunjungan Sekjen Partai Komunis Vietnam, kita "diusilkan" dengan kejadian gambar bendera Indonesia yang terbalik di buku panduan SEA Games 2017 pun menjadi sorotan netizen di medsos, mereka dengan leluasanya memviralkan opini mereka di medsos. Kondisi ini menggambarkan betapa dahsyatnya pengaruh media sosial telah membius masyarakat dan "mempoles" seseorang memainkan peran mau jadi apakah mereka? 

Melalui media sosial, mereka bebas mengekspresikan jiwa, pikiran, dan pandangan mereka. Media sosial dijadikan wadah untuk mengkreasikan dan mengemas informasi. Di balik itu semua, melalui media sosialpun dapat berinteraksi dengan audience-fans/followers lewat posting yang engaging utuk mengundang tanggapan/respons, memahami para influencer (key opinion leader-KOL) di twitter, berkomunkasi dengan konsumen secara langsung (egaliter-tanpa batas), meningkatkan profile online brand dengan menegaskan keahlian di bidangnya, dan menciptakan traffic dengan memposting konten dengan link ke website dan blog perusahaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun