Aku tidak melalui jembatanmu, sebagaimana engkau tak menapaki jalanku, maka biarkan saja begitu. Juga saat engkau mengguratkan warna biru dan aku menarik garis abu-abu, biarkan, jangan dipikirkan terlalu jauh.
Bukankah hujan dan kemarau punya waktunya sendiri? Seperti gelap dan terang yang silih berganti, atau pasang dan surut yang tak pernah berhenti? Tidakkah semua justru saling melengkapi?
Maka, untuk apa semua bantahan, apa juga gunanya panjang lebar sebuah penjelasan? Jika kita mampu membangun taman pengertian, di atas keringnya pasir perbedaan, bukankah akan tumbuh kebijaksanaan yang kelak berbuah kedamaian?
Jadi untuk apa terus melebarkan jurang, apa gunanya tembok-tembok itu kau tebalkan, tidakkah lebih elok jika kita membangun titian, dengan merajut titik-titik persamaan?
Terserah padamu jika tak sudi, aku sudah putuskan untuk terus mengalirkan hati.
Solo, 15 Agustus 2019