kau begitu merana, meradang di kubangan amarah, mengamuk, berteriak-teriak kecewa, menuding ke segala arah, semua salah, semua percuma, sebab engkau percaya, dunia telah bersekongkol membuatmu tulang-tulangmu patah.
dan jubah-jubah yang mengelilingi, mengobarkan api, menaburi garam pada luka hati, membuat perih makin perih, hingga kau terkapar, menggigil dan mendidih, ngiang sumpah perwira tertutup dahsyatnya bunyi gemeretak gigi.
mereka telah menipumu, mereka telah memanfaatkanmu, dibalik jubah-jubah itu, mereka sembunyikan niat membakar pusaka menjadi debu, mereka tampilkan muka-muka palsu, menempel dan menghisap kesadaranmu, serupa benalu.
dan aku tengadah, sepenuh jiwa bermohon pada sejatinya digdaya, agar kau sadar pada sumpah, tepat pada waktunya. agar sejuk kembali udara, agar subur kembali tanah, agar engkau tercatat sebagai ksatria, bukan sebagai sampah di buku-buku sejarah.
semoga...!
Jakarta, 17 Mei 2019