Mohon tunggu...
Suripman
Suripman Mohon Tunggu... Akuntan - Karyawan Swasta

Pekerja biasa, menulis alakadarnya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ya, Saya Memang Kafir!

5 Februari 2019   09:00 Diperbarui: 5 Februari 2019   14:36 4537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam konteks itulah, tidak ada keberatan apapun bagi saya saat disebut sebagai kafir oleh teman-teman Muslim.

Saya memahami, tulus menghormati dan menghargai keyakinan teman-teman Muslim tersebut.

Jadi memahami, kemudian menghormati, menghargai dan memaklumi sistem nilai yang berbeda adalah kata kuncinya! Buat saya mudah, entah untuk yang lainnya.

Itulah yang membuat saya tidak pernah sekalipun tersinggung disebut kafir (bukan kafir harbi, ya?). Saya menempatkannya secara proporsional, memahaminya bahwa itu dinyatakan oleh kawan-kawan saya yang memang memiliki sudut pandang dan sistem nilai yang berbeda.

Dan hal tersebut sama sekali tidak pernah menciderai hubungan persahabatan dan persaudaraan kami, sebagai sesama manusia, terlebih sebagai sesama warga dari Indonesia tercinta. Justru ikatan kami menjadi jauh lebih otentik dan makin erat.

Pada saat Idul Fitri tiba, sebagian teman-teman muslim pulang kampung, sementara yang tidak pulang kampung, seharian meninggalkan komplek perumahan tempat tinggal kami, untuk silahturahmi dengan keluarga mereka.


Biasanya, saya dengan ringan, berucap kepada seorang teman yang sudah seperti saudara dan juga kepada teman-teman Muslim lainnya: "Tenang Beh, biar kami yang kafir-kafir ini jaga kompleks kita, Babeh dan kawan-kawan lain jalan saja", dan gelak tawa keakraban yang tuluspun pecah!

Pada saat Natal, sebagian besar kawan-kawan Muslim tidak mengucapkan selamat, saya menghormatinya karena memahami bahwa hal tersebut berkaitan dengan aqidah, sesuatu yang tidak bisa ditawar dalam Islam.

Hari ini perayaan Tahun Baru Imlek, sebagian kawan-kawan saya yang Muslim mengucapkan selamat, sebagian tidak, itu juga tidak apa-apa buat saya, sekali lagi karena saya menghormati keyakinan kawan-kawan saya.

Tak ada ketersinggungan, tak ada sakit hati, justru yang ada kebahagiaan dan keakraban, kekeluargaan yang muncul dari sepenuhnya pengertian. Itulah sejatinya indahnya keberagaman.

Terakhir, saya mohon maaf jika ada kata-kata yang salah. Tulisan ini hanya untuk berbagi pengalaman dan pandangan pribadi saja. Tidak mewakili kelompok etnis dan agama manapun. Tidak juga untuk memberikan penilaian terhadap agama manapun.

Qong Xi Fa Cay!

Terimakasih sudah rela membuang waktu untuk membaca tulisan dangkal saya, tabik!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun