Hari ini, saya baru saja membuka galeri ponsel dan menemukan foto lama. Sebuah momen sederhana namun begitu berarti sekarang. Sebuah senyum, tawa, dan tatapan yang entah sejak kapan tak lagi saya lihat secara langsung.
Dulu, saya berpikir akan selalu ada waktu untuk bertemu lagi, untuk mengobrol lebih lama, untuk mengatakan hal-hal yang selama ini tertunda. Tapi nyatanya, waktu tidak menunggu kesiapan kita. Dan saya sadar, waktu yang tepat itu ternyata tidak pernah benar-benar datang.
Kita sering kali terlalu sibuk menunda dengan alasan-alasan yang terdengar masuk akal seperti "Nanti kalau sudah longgar," "Besok saja pas sudah siap," atau "Tunggu momen yang pas."Â
Padahal, momen terbaik itu sering kali bukan yang kita rencanakan, melainkan yang kita pilih untuk hadir sekarang juga. Kita menanti waktu ideal, sampai akhirnya semua hanya jadi penyesalan yang terlambat disadari.
Banyak dari kita merasa baik-baik saja saat menunda. Tidak ada yang langsung meledak, tidak ada sirene yang berbunyi saat kita memilih untuk menunggu. Tapi justru di situlah bahayanya.
Penundaan itu datang diam-diam, dengan bungkus kenyamanan. Kita tidak merasa sedang rugi apa-apa, sampai waktu benar-benar menunjukkan taringnya.Â
Mau itu menghubungi orang tua, menyelesaikan tugas, minta maaf ke sahabat, memulai usaha, hingga menyatakan perasaan, semuanya sering kita tunda karena merasa belum waktunya.
Memang harus hati-hati dan penuh pertimbangan, terkadang sebenarnya belum itu bukan waktunya, tapi keberanian kita untuk mengambil langkah.
Saya tidak sedang bicara dari atas podium, saya bicara dari barisan penonton yang pernah beberapa kali menyesal karena menunggu terlalu lama. Kita pikir masih ada besok, padahal besok itu hak istimewa yang belum tentu diberikan.Â
Waktu Tidak Pernah Menunggu
Lucunya, kita tahu waktu itu terus berjalan. Tapi tetap saja memperlakukannya seolah-olah dia akan setia di tempat.
Kita sering menganggap hidup seperti menonton film yang bisa dipause, bisa diulang, tinggal drag ke menit mana pun yang kita suka.