Mohon tunggu...
Mario Manalu
Mario Manalu Mohon Tunggu... Editor - Jurnalis JM Group

A proud daddy

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Agung Rai, Kekuatan Tak Terbatas Tekad Manusia

17 November 2019   15:20 Diperbarui: 17 November 2019   15:26 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Agung Rai, pendiri dan pemilik ARMA (Dok. Putu Suasta)

"Saya mengetahui teknik melukis, tahu tahap dan langkah-langkahnya. Tapi saya tak bisa membuat lukisan bagus seperti yang dibuat teman-temanku" kenangnya dalam buku biografi yang disusun Putu Suasta.

"Melukis seperti meditasi. Itulah hobiku waktu kecil. Saya selalu melukis, tapi kemudian saya sadari itu bukan duniaku"

Gagal menjadi pelukis membuat Agung Rai melupakan sejenak dunia seni dan menyibukkan diri dengan berbagai pekerjaan serabutan. Tapi gelora terhadap seni kembali bangkit dalam jiwanya ketika menyaksikan para turis asing tawar menawar dengan penjual souvenir di tengah kesibukannya menjalani profesi sebagai pemandu wisata amatir.

Pengalaman itu memberinya ide untuk menawarkan karya-karya seni terutama lukisan kepada para turis asing. Segera dia sadari di sanalah bakat terbesarnya. Dia mampu menjelaskan teknik, cerita di balik sebuah karya seni dan falsafah kultural yang diusungnya. Karena penjelasan-penjelasan itu para turis menggemari karya-karya seni yang dia tawarkan.

Dia kemudian memperluas pasarnya ke Kuta dan Sanur, membangun kontak dengan para turis yang ada di sana serta memperluas jalinan kerja sama dengan para pemilik art shop. Secara perlahan dia membangun reputasi sebagai pedagang karya seni yang bermata tajam. Banyak lukisan yang tampak biasa di mata banyak orang, kemudian menjadi bernilai tinggi dan berharga mahal ketika di tangan Agung Rai.

Ketika keadaan ekonominya telah jauh lebih baik, Agung Rai kemudian menghidupkan mimpi masa kecilnya: memiliki galeri seni sendiri. Bagi banyak  orang yang berasal dari keluarga biasa, mimpi seperti itu mungkin terasa absurd, tapi Agung Rai membuktikan bahwa tekad manusia memiliki kekuatan tak terbatas. Melebihi mimpi masa kecilnya, dia kini memiliki galeri, museum dan resort yang saling terintegrasi.


"Ketika menjadi penjaja karya seni di jalanan, saya selalu mengingatkan diri bahwa pekerjaan itu bukan semata-mata hanya untuk mencari uang, tapi juga mewujudkan mimpi masa kecilku yakni memiliki galeri", demikian dia tuturkan dalam buku semi-biografi yang disusun Jean Couteau Dan Warih Wisatsana (2014).

Satu per satu lukisan bernilai tinggi dia sisihkan sebagai koleksi pribadi (bukan untuk dijual kembali) sambil terus melanjutkan usahanya mempromosikan karya-karya para seniman Bali ke seluruh dunia. Sesekali dia berkeliling Indonesia bahkan juga ke luar negeri untuk memburu karya-karya para mestro.

Saat koleksinya sudah memadai, dia membangun galeri di sepetak tanah yang dia beli bersama istri tahun 1977. Dia kemudian melakukan perluasan dengan membangun museum dan resort untuk mewujudkan visinya: sebuah kompeks seni budaya, dibangun dengan filosofi aristektur Bali dan dilengkapi dengan area pertanian natural untuk memberi pengunjung pengalaman otentik.

Resort dia posisikan sebagai unit bisnis untuk membiayai pengelolaan museum dan galeri beserta kegiatan-kegiatan seni budaya yang diselenggarakan ARMA Foundation.

Dengan visi itulah ARMA hingga hari ini setia menjalankan fungsi kulturalnya yakni memberi pendidikan seni budaya kepada masyarakat, membuka peluang lahirnya karya-karya baru para seniman dan terus mempromosikan karya-karya anak bangsa. Agung Rai tidak saja berhasil mewujudkan mimpinya, tetapi juga mimpi banyak seniman yang berhasil menjangkau dunia berkat jasa dan perannya. Semua itu hanya bermodalkan tekad kuat, ketulusan dan kerja keras untuk mengabdi melalui seni budaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun