Mohon tunggu...
Rinta Wulandari
Rinta Wulandari Mohon Tunggu... A Nurse

Wanita Muslim. Menulis untuk Menyenangkan Hati, Melegakan Fikiran. Purna Nusantara Sehat team Batch 2 dan Nusantara Sehat Individu VII Kemenkes RI. ## Perawat di RS milik Kementerian Kesehatan RI 2019-sekarang. email: rinta.write@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

A Day in My Life, Sehari Jadi Perawat Nyeri

10 Oktober 2025   12:18 Diperbarui: 10 Oktober 2025   19:09 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang poli pain intervensi siap melakukan pelayanan | Dok. Pribadi

Menjadi perawat di ruang rawat jalan, namun lebih sering bertugas di satu ruangan poli tertentu merupakan suatu kesempatan buatku. Kesempatan karena aku bisa mendalami suatu ilmu baru, dan akan terbiasa dengan aktivitas yang rutin dan diulang-ulang tiap hari. Hal ini membuatku tidak hanya mengerti, namun jadi terbiasa melakukan hal-hal yang dikerjakan di poli ini.

Aku menyadari fungsi tugasku. Sebagai profesi yang bekerja bersama dokter spesialis yang subspesialis nyeri. Sesuai nama polinya Pain Intervensi. Aku akan bersiap menerima banyak pasien nyeri dan segala keluhannya. 

Nyeri bisa dirasakan banyak orang dan siapa saja. Karena Rumah Sakit tempatku bekerja khusus persyarafan dan otak. Maka nyeri yang pasien dapat hampir keseluruhan dari sakit syaraf yang mereka miliki sebelumnya. 

Pasien stroke dapat mengalami nyeri persendian akibat spastisitas (kekakuan otot) dan kontraktur (pemendekan otot permanen), subluksasi bahu (dislokasi parsial), serta gangguan pada sistem saraf (nyeri sentral pasca-stroke). Nyeri ini bisa berupa nyeri tajam, terbakar, atau sensasi kesemutan, dan dapat memengaruhi kualitas hidup serta partisipasi dalam rehabilitasi.  

Belum lagi nyeri dari persyarafan tulang belakang. Nyeri akibat tejepitnya syaraf di tulang belakang juga merupakan salah satu keluhan yang sering kudengar di utarakan para pasien.

Ruang poli pain intervensi siap melakukan pelayanan | Dok. Pribadi
Ruang poli pain intervensi siap melakukan pelayanan | Dok. Pribadi

Di Poli Nyeri dokter akan melakukan Asasment ulang, mengkaji keluhan pasien dengan cara mengobrol, lalu melihat hasil pemeriksaan penunjang yang sebelumnya sudah diperiksa (Rontgen, MRI, EMG, KHS, dll). 

Kemudian melakukan pemeriksaan secara mendalam dengan Ultrasonografi (USG). Alat ini akan menyorot bagian dalam kulit yang diperiksa. Kedalamannya pun bisa diatur. Dokter akan melihat gambaran dalam bentuk otot di bawah kulit, atau organ dibawahbkukit pasien. 

Setelah melihat bentuknya lalu dokter memutuskan apakah akan di suntik, diambil cairan (jika terdapat efusi) atau terapi obat minum dulu.

Kadang aku bersama dokter ikut diskusi sambil melihat hasil sorotan USG pada pasien, diskusinya karena aku yang pingin tahu. Senangnya jika dokter mau menjelaskan sebagian ilmunya untuk juga kuketahui. Sebuah rezeki bagiku, yakni bertambahnya ilmu.

Kala dokter menjelaskan hasil pemeriksaan MRI pada pasien. Dan pasien mengisi lembar persetujuan sebelum tindakan injeksi. | | Dok. Pribadi
Kala dokter menjelaskan hasil pemeriksaan MRI pada pasien. Dan pasien mengisi lembar persetujuan sebelum tindakan injeksi. | | Dok. Pribadi

Aku menyadari perawat memiliki tugas yang tak kalah kompleks. Mulai dari persiapan ruangan, persiapan alat (mengambil alat dari Farmasi), koordinir pasien yang masuk supaya tertib dan bergantian, memanggil pasien, memastikan pasien berbaring di tempat tidur tanpa terjatuh (sebagian pasien memiliki kelemahan satu sisi) atau pasien lansia, memastikan alat USG tepat dari posisi dokter memeriksa, ketersediaan gell USG, paling inti: meracik obat suntik yang sudah diintruksikan dokter secara tepat dan dosis sesuai. Kemudian asistensi pemberian obat suntiknya agar bisa diinjeksikan dengan tepat, terakhir menutup luka dengan plester.

Ilustrasi perawat yang mempersiapkan obat injeksi | by canva AI. 
Ilustrasi perawat yang mempersiapkan obat injeksi | by canva AI. 

Salah satu resiko yang kadang tak kusadari adalah kejadian tak diinginkan (KTD) salah satunya luka karena terkena ampul. Penggunaan ampul injeksi berbahan kaca beresiko menyebabkan luka akibat serpihan kaca, atau goresan pasca membuka ampul injeksi. Jika lupa tekniknya, hal ini bisa terjadi. 

Kemarin contohnya, aku terkena pecahan ampul yang kupatahkan. Tak terasa memang, namun saat cuci tangan pake handrub (alkohol 70%) luar biasa perihnya. 

Maka teknik mematahkan ampul ke arah titik patah yang ada sebagai petunjuk harus diikuti. Jika tidak terjadi hal ini. Begitu juga kewaspadaan tertusuk jarum harus lebih teliti dan diperhatikan.

Salah satu kejadian tidak diinginkan. Tergores pecahan ampul | Dok. Pribadi
Salah satu kejadian tidak diinginkan. Tergores pecahan ampul | Dok. Pribadi

Harus memperhatikan titik patahan ampul  supaya tidak terluka | | Dok. Pribadi
Harus memperhatikan titik patahan ampul  supaya tidak terluka | | Dok. Pribadi

Kembali lagi, setelah dilakukan tindakan perawat yang melakukan edukasi terkait arahan selanjutnya. Edukasi pula waktu kontrol jika pasien dirujuk balik harus koordinasi ke mana, atau jika ada rontgen atau Ct Scan pemeriksaan harus ke mana untuk proses administrasinya. Kemudian mengarahkan pengambilan obat di mana. 

Kegiatan yang aku lakukan berulang-ulang ini membuat aku tidak kesulitan dalam mengarahkan, atau lupa alur administrasi. Jika pun ada yang keluapaan aku biasanya langsung bertanya di kakak perawat yang ada di Nurse Station 4 yang standby di depan ruangan. Mereka mengkoordinir lebih banyak poli. Bedanya karena aku perawat asistensi tindakan injeksi makan aku standby di dalam ruang poli.

Karena perawat yang berjaga di ruang itu  kebanyakan adalah aku. Maka tak heran beberapa pasien mengenali wajahku. Walau pake masker, dan tanpa mengenal nama. Misal saat aku bertugas di Asasment (tempat pemeriksaan awal pasien Poli). 

Saat memeriksa tekanan darah pasien: "Inikan Suster di Poli 15 ya?" Aku hanya jawab "Iya Pak, hari ini tugasnya di sini.. hehe, ada kok perawat yang jaga di dalam poli 15 pak..." jawabku tersenyum.

Ya, aku memang jaga di poli 15 namun target kinerja lainnya harus dikejar, maka bertugas di ruang Assasment merupakan suatu kebutuhan juga bagiku.

Nah selesai tindakan seluruh pasien jika pasien sedang full biasanya pada pukul 14.30 atau pukul 15.00. Pulang kerja pukul 16.00 siang. Maka aku masih ada waktu sekitar 1 jam lebih untuk beres-beres alkes, cek laporan dokumentasi, cek resep alkes apakah ada yang terlewat untuk diresepkan dokter, serta mengembalikan alkes sisa ke Farmasi. Setelah itu siap-siap pulang ke rumah. Salin baju, beberes ruangan sebentar. Dan pulang...

Sebelum naik KRL aku sholat Ashar dulu. Biasanya di stasiun Cawang, atau di stasiun LRT terdekat jika aku menaiki LRT. Lalu berjibaku dengan padatnya penumpang Kereta di jam pulang kerja. 

Mau nulis lagi? Tidak, aku biasanya mengisi dengan tidur sambil berdiri di dalam kereta. Lelah sekali, karena dari pagi hingga jelang sore duduk, berdiri, dan jalan-jalan beberapa kali, belum mikirnya, belum upaya ramah dan senyumnya. Hihi

Saat dokter spesialis sedang melakukan pemeriksaan sebelum dilakukan injeksi Carpal Tunel Syndrome (CTS) pada pasien | Dok. Pribadi
Saat dokter spesialis sedang melakukan pemeriksaan sebelum dilakukan injeksi Carpal Tunel Syndrome (CTS) pada pasien | Dok. Pribadi

Bekerja memang melelahkan. Jika hari kerja setengah hari dari 24 jam rasanya di tempat kerja saja. Maka sepulang kerja bonusnya adalah lelah. Pulang ke rumah bertemu anak-anak makan bersama dan tidur lebih awal adalah sesuatu yang selalu dicari. Karena esok harinya harus berjuang lagi. 

Senja mulai muncul. Foto depan mushola stasiun Cawang, Jakarta Timur. Sepulang kerja | Dok. Pribadi
Senja mulai muncul. Foto depan mushola stasiun Cawang, Jakarta Timur. Sepulang kerja | Dok. Pribadi

Dear Kompasianer, bisa dipastikan para pembaca dan penulis kompasiana memiliki pekerjaan. Bagaimana pekerjaan di kantor? Apakah aman lancar, atau sedang ada target yang sedang diusahakan?

Semangat ya. Jangan resign dulu. Katanya ekonomi negara kita sedang tak baik-baik saja. Tapi jangan lupa tetap nulis di Kompasiana ya. Selain meredakan stress, K-rewards nya juga bisa jadi tambahan beli mainan gemes untuk anak-anak. Semangat!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun