Mohon tunggu...
Rinta Wulandari
Rinta Wulandari Mohon Tunggu... A Nurse

Wanita Muslim. Menulis untuk Menyenangkan Hati, Melegakan Fikiran. Purna Nusantara Sehat team Batch 2 dan Nusantara Sehat Individu VII Kemenkes RI. ## Perawat di RS milik Kementerian Kesehatan RI 2019-sekarang. email: rinta.write@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senandung Rinai dalam Bejana Rindu

8 Agustus 2025   17:55 Diperbarui: 8 Agustus 2025   17:55 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok.Pribadi. by Canva AI

Rinai hujan menemaniku menikmati indahnya malam, entah kenapa ada rasa yang berbeda malam ini. Tahu tidak? Daritadi aku membayangkan diriku dimasa lalu, di masa aku masih SMA. Masa-masa yang menggebu, masa anak muda dan remaja banget, belum memahami apapun. Mengikuti arus hilir mudik kehidupan, yang sedang kusoroti adalah, cara pergaulanku dahulu. Aku aktif di organisasi, siswa berprestasi, dan mengikuti tren masa kini. Pacaran, jadi sesuatu yang lazim, hanya sebatas nonton bioskop rame-rame, makan siang bareng. Beberapa minggu kemudian putus. Lalu tak menegur sapa, jika berpapasan, pasti menunduk, seperti tak mengenal.

Senyum geli tersungging di bibirku. Ternyata efek sesudah putus itu dahsyat. Bahkan bisa memutus hubungan silaturahim antar manusia, ah bahaya itu. Aku kembali menatap langit malam ini, rinai hujan masih menemaniku. Konstan. Sejak tadi rasanya sama, dingin. Aku masih duduk di depan jendela kamar yang terbuka, meresapi aroma tanah yang menguap. 

Saat ini aku jomblo. Lebih tepatnya memutuskan untuk jomblo. Setelah kuliah, mengenakan jilbab, mengikuti kajian keislaman di kampus, rutin ikut kholaqoh, tenang dalam lingkaran ukhti pejuang Jannah, kini aku paham mengapa Allah SWT dengan tegas melarang segala hal yang mendekati Zina, termasuk pacaran. Setiap di kampus, ada saja teman bersama kekasihnya, atau teman dekat lawan jenis. Teman-teman dekat semasa SMA dulu kadang  menanyaiku mengenai keputusan ini, lebih tepatnya... malah waktu itu, dengan frontal mereka menawariku berbagai Foto laki-laki seumuran kami, dengan wajah beraneka rupa. Haah memangnya produk atau pakaian dipilih-pilih?

Aku yakin sama Allah. Aku yakin namaku dan dirinya sudah dicatat di Lauh Mahfudz. Aku yakin Allah telah mempersiapkan calon imamku, dan calon imamku itu akan datang menemui tulang rusuknya yang hilang ini. Kini usia ku sudah menginjak usia 20 tahun, jelang 21 tahun. Sebagian temanku gencar mencari pacar, dengan dalih target menikah mereka sudah dekat, usia yang menjadi patokan mereka menikah hampir dekat. Ah padahal, mereka pun tak tahu, satu menit mendatang apakah jiwa mereka masih di kandung badan atau tidak? 

Hm.. selama ini aku bukan tanpa usaha, aku berjuang dalam diam menggapai calon imamku. Bagaimana caranya? Aku mempersiapkan diri sebaik mungkin, mempersiapkan ilmu, memperdalam agama, dan meningkatkan kualitas diri. Aku yakin time schedule yang ku buat insyaAllah akan di Acc oleh Allah SWT. Di usia 24 tahun, adalah targetku menikah. 

Duhai hujan, aku masih menatapmu. Menatap dalam rinai mu yang menenangkan, mendengar jelas denting rintik mu diatas genting. Duhai hujan, apakah calon imamku sedang menatap engkau juga? Kalau iya, titipkan salamku padanya. Aku disini menanti saat yang dirahmati Allah, disaat yang indah, saat kami berdua sudah siap. Dan sekarang adalah proses bagiku dan dirinya mempersiapkan diri, membangun kualitas hidup kami masing-masing. Biarlah bejana rindu ini diisi dengan penantian yang manis. Masa menanti kamu, hei kamu! Calon imamku kelak!

Duhai calon imamku, siapakah engkau gerangan? Apakah engkau lelaki yang ku kenal? Apakah engkau satu kota denganku? Satu negarakah? Atau kita beda benua? Wahai calon imam, dimanakah engkau? Apakah engkau berkulit sawo matang sepertiku? Atau kah lebih legam? Atau kulitmu seputih salju disana? Bagaimana dengan warna rambutmu? Apakah hitam? Atau pirang kah? Seribu tanya yang kuukir dalam penantian ini. Namun aku yakin, engkau sudah dipersiapkan Allah, jauuh sebelum kita berdua lahir. Iya, di Lauh Mahfudz sana. Wahai calon imam, jangan lupa sholat wajib berjamaah dan rutinkan sholat sunnah. InsyaAllah aku akan selalu memperbaiki diri sama sepertimu. Oh Allah, aku yakin dengan janji-Mu, bahwa lelaki yang baik untuk perempuan yang baik, pun sebaliknya.

Masih dalam lamunan, tatapanku menerawang ke langit tinggi. Aku tersentak tatkala adik perempuan ku datang, menerabas pintu kamar tanpa permisi. 

"Kak Zahraa..  handphone mu ketinggalan di kamarku.. sejak tadi ada yang menelepon.."

Aku menengok kearah adikku, ia memberikan handphone kepadaku. Ah ada 5 Missed Call. Ku buka dengan sigap siapa si penelpon ini..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun