Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Robohnya Surau Kami", Autokritik untuk Semua Umat Beragama (1)

5 Februari 2021   12:45 Diperbarui: 7 Februari 2021   07:51 2213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar dari goodreads

Saya sudah berulangkali membacanya tetapi tidak pernah bosan. Mungkin tidak berlebihan jika saya menyebut "Robohnya Surau Kami" (1955), karya Ali Akbar Navis sebagai cerpen terbaik yang pernah ditulis oleh sastrawan Indonesia, hingga saat ini. Saya menyebut demikian karena beberapa alasan diantaranya: 

Pertama, keberanian A A Navis mengangkat tema yang sangat jarang disentuh oleh sastrawan pada masa itu hingga sekarang, yaitu kritik terhadap pemeluk agama Islam yang notabene juga agama A A Navis sendiri yang saya sebut sebagai autokritik, dengan bahasa yang sangat tajam dan vulgar. 

Tokoh Haji Saleh digambarkan sebagai umat yang sangat rajin menyembah Tuhan. Siang dan malam bahkan setiap saat, tidak ada pekerjaan lain dari Haji Saleh selain beribadah, menyebut nama Tuhan dalam segala situasi, serta rajin membaca kitab suci. Itulah mengapa Haji Saleh sangat yakin akan masuk surga saat sedang berantri di akhirat.

Tetapi dalam segala tingkah ketaatannya ternyata Haji Saleh sama sekali tidak mengerti "hakikat beribadah". Sehingga Haji Saleh tidak pernah mengerti apa sebenarnya yang dikehendaki Tuhan dari ibadahnya. Haji Saleh berpikir bahwa Tuhan itu mabuk disembah dan suka pujian saja, sehingga hal itulah yang selalu dilakukannya setiap hari.

Haji Saleh juga berpikir bahwa dengan rajin beribadah, pintar mengaji dan menghafal luar kepala isi kitab suci, itu sudah cukup. Tetapi hakikat ibadah yang sesungguhnya ternyata bukan itu. Tidak cukup hanya pintar mengaji dan hafal ayat kitab suci luar kepala namun harus dimasukkan ke hati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Tuhan menginginkan ibadah yang seutuhnya, yaitu diikuti perbuatan nyata dalam kehidupan, seperti tidak suka saling berkelahi, tidak saling menipu dan saling memeras serta tidak pemalas, dsb. Intinya ibadah yang sesungguhnya tidak boleh egoistis atau mementingkan diri sendiri, tetapi harus memperhatikan saudara sekaum, anak, istri dan harus rajin beramal untuk membantu sesama. 

Karena ketidaktahuannya itulah maka Haji Saleh tidak habis pikir ketika dirinya dimasukkan ke neraka. Di satu sisi dia yakin bahwa Tuhan tidak mungkin silaf tetapi di sisi lain dia malah mempertanyakan dan ingin mengingatkan Tuhan kalau-kalau Dia mungkin silaf.

 Tetapi lebih parahnya lagi ketika di neraka Haji Saleh berjumpa dengan teman-temannya yang tidak kurang ketaatannya dalam beribadah. Bahkan dengan salah seorang yang telah sampai empat belas kali ke Mekah dan bergelar syekh pula, juga masuk ke dalam neraka jahanam itu.

Kedua, "Robohnya Surau Kami" adalah cerpen kontemporer yang selalu up to date atau kekinian dan tidak akan pernah usang di makan zaman. Selalu sesuai dengan situasi masa lalu, masa kini dan di masa yang akan datang. Sosok seperti Haji Saleh itu dengan segala tingkahnya masih selalu relevan dengan situasi saat ini bahkan di masa yang akan datang.

Jika diperhatikan salah satu "tabiat" Haji Saleh dan teman-temannya yang tidak kurang taatnya beribadat adalah selama di dunia mereka suka demonstrasi, suka protes meneriakkan resolusi dan revolusi. Hal itupun terbawa-bawa hingga ke akhirat, bahkan Tuhan pun mereka protes dengan berdemonstrasi dan Haji Saleh tampil sebagai pemimpin dan juru bicara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun