Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Jika Harus Berbagi Data dengan Facebook, Saya Lebih Baik Tinggalkan WhatsApp

13 Januari 2021   11:42 Diperbarui: 13 Januari 2021   12:18 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : doxy.in

Kebijakan baru WhatsApp yang mewajibkan 2 miliar lebih penggunanya untuk membagikan data pribadi mereka ke Facebook paling lambat 8 Februari 2021 viral dan terus menjadi bahan perbincangan.

Disebutkan sebagai konsekuensi bagi pengguna yang tidak menyetujui kebijakan privasi itu maka mereka tidak akan dapat lagi menggunakan aplikasi WhatsApp. 

Tetapi CNN Indonesia (9/1/2021) menulis bahwa kebijakan ini hanya berlaku untuk pengguna di luar Eropa saja sedangkan pengguna di Eropa tidak dipaksa untuk berbagi data. Seperti di Irlandia misalnya, praktek berbagi data tetap seperti kebijakan lama.

Pertanyaannya adalah apa perbedaan pengguna di Eropa dan di luar Eropa. Mengapa di luar Eropa harus dan di Eropa tidak? Bukankah hal seperti ini merupakan bentuk diskriminasi yang seakan-akan menomorduakan pengguna di luar Eropa?

Saya tidak mau berpolemik lebih jauh mengenai dasar, maksud dan tujuan dari WhatsApp membuat kebijakan tersebut. Dan saya juga tidak mau menyalahkan WhatsApp atas kebijakan barunya ini karena itu hak prerogatifnyanya sebagai pemilik aplikasi. 

Tetapi jika ada kata "pemaksaan" yang mengatakan "harus" maka saya juga punya hak untuk tidak setuju. Jika memang "harus" maka saya juga lebih baik meninggalkan WhatsApp dan beralih ke aplikasi perpesanan lain. 

Yang jelas "pemaksaan" membuat saya merasa tidak nyaman dan kehilangan kemerdekaan. Karena hal ini menyangkut data pribadi yang rentan dengan kebocoran dan penyalahgunaan oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab.

Ini bukan zaman batu. Dan saya pikir di zaman teknologi super canggih seperti sekarang ini persaingan sudah sangat terbuka lebar. Tidak ada yang bisa memonopoli atau memaksakan produknya. Ada banyak pilihan, kita hanya tinggal memilih sesuai dengan kepentingan, selera dan kemampuan kantong kita.

Masih ingat BBM atau BlackBerry Messenger yang sempat heboh karena sangat digandrungi penggunanya sekitar tahun 2013-2015? Tetapi bagaimana nasibnya sekarang? Sudah berakhir bukan? Dan bagaimana "nasib" pemiliknya?

Itu menandakan bahwa tidak ada sesuatu yang abadi  Dan seharusnya WhatsApp juga belajar dari hal tersebut. Okelah sekarang WhatsApp sangat populer dengan pengguna 2 milyar lebih, tetapi apakah pengguna tidak mungkin beralih ke aplikasi lain?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun